Home / Rumah Tangga / Sinyal Cinta CEO Duda / Pekerjaan Untuk Nazwa

Share

Pekerjaan Untuk Nazwa

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-01-26 15:18:57

Nazwa masih menunggu sebuah kendaraan umum. Ia memilih naik sebuah angkot untuk menghemat biaya.

Walau bagaimanapun tabungan Nazwa tidak begitu banyak. Uang sisa dari setiap belanja, selalu ia sisihkan. Sementara untuk kebutuhan lainnya, Raka selalu memenuhi dengan membelikan sendiri untuk istrinya.

Beberapa saat kemudian, sebuah angkot lewat. Dengan semangat Nazwa naik ke mobil itu. Sepertinya ia merasa kekenyangan gara-gara makan terlalu banyak.

"Harusnya aku tidak makan berlebihan tadi. Sekarang jadi sakit perut."

Tidak butuh waktu lama Nazwa sudah sampai di rumah kosnya. Saat memasuki daerah perumahan dengan banyaknya tempat kos-kosan itu, Nazwa sudah disapa oleh beberapa mahasiswi yang juga kos di tempat itu. Semuanya ramah-ramah, begitupun ibu pemilik kos-kosan.

Wanita itu segera masuk ke dalam rumah. Kemudian menuju toilet untuk mengeluarkan kotoran yang sudah penuh di dalam perutnya.

"Ah ... lega rasanya," ucap Nazwa setelah keluar dari toilet seraya mengelus perutnya yang lebih rata dari sebelumnya.

Nazwa membuat segelas teh hangat, kemudian memilih untuk duduk di sebuah kursi dekat televisi. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah telepon.

"Nomor baru. Dari siapa?" Nazwa penasaran. Dengan perlahan ia mengangkat telepon itu. Terdengar suara seorang perempuan menyapa di seberang sana.

["Selamat siang, bisa bicara dengan Ibu Nazwa?"] tanya seorang perempuan itu kemudian.

"Iya saya sendiri." Nazwa menjawab dengan sangat yakin.

["Perusahaan kami sedang membutuhkan karyawan di bagian marketing. Jika Ibu Nazwa berkenan, Ibu bisa segera datang ke perusahaan kami. Kami akan mengirimkan pesan lebih lanjut melalui sebuah email."]

"Sa--saya bersedia," jawab Nara terbata karena merasa gugup.

["Baik, bisa ditunggu email berikutnya. Terima kasih dan selamat siang."]

Sambungan terputus. Nazwa merasa senang bukan main. Ia melompat kegirangan hingga hampir terjungkal di dekat kursi. Beruntung tidak ada orang lain di sana. Wanita itu tidak sabar menunggu pesan masuk ke alamat email-nya.

Selain melamar pekerjaan secara langsung, Nazwa juga melamar pekerjaan secara online. Pikirnya, perusahaan yang telah menelponnya adalah perusahaan yang ia hubungi melalui akun email.

Setelah mendapatkan pesan email terbaru dan membacanya, Nazwa sempat terkejut saat menyadari alamat dan nama perusahaan yang dituju. PT Sanjaya Gemilang Group.

"Aku merasa tidak asing dengan namanya. Tetapi aku tidak pernah melamar pekerjaan di perusahaan ini. Bagaimana bisa?" ucap Nazwa sangat penasaran.

Nazwa tidak ingin ambil pusing. Dia sudah bersyukur karena ada perusahaan yang mau menawarinya sebuah pekerjaan.

"Aku harus mandi lagi dan segera ganti baju. Sepertinya masih ada waktu untuk hari ini."

Wanita itu segera pergi untuk mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang baru. Teh hangat yang masih tersisa, ia biarkan dingin begitu saja.

"Sudah siap. Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya." Nazwa bercermin dan mengamati wajahnya yang akhir-akhir ini lebih banyak merasa sedih. "Senyum Nazwa. Kesempatan sudah di depan mata." Wanita itu berusaha meyakinkan diri sendiri.

Nazwa memilih untuk naik sebuah taksi agar penampilannya tetap rapi. Ia tidak ingin mengecewakan seseorang yang akan mewawancarainya nanti.

Dengan full senyum dan tubuh tegapnya, wanita itu berjalan pelan setelah memasuki area perkantoran. Mendadak dirinya merasa nervous. Bertahun-tahun ia tidak pernah lagi bekerja di sebuah perusahaan. Dulu ia hanya merasakan magang saja.

Belum sempat bekerja, Raka sudah terlebih dahulu menikahinya. Dan sejak saat itu Nazwa menjadi ibu rumah tangga yang tidak pernah pergi kemana-mana.

"Tenang Nazwa. Jangan gugup. Kamu pasti bisa." Dan sekali lagi. Wanita itu berusaha meyakinkan diri sendiri.

Setelah merasa cukup tenang, Nazwa segera berjalan melalui pintu masuk. Baru saja masuk dan hendak duduk, seorang perempuan datang menghampirinya dengan sebuah senyuman yang menawan.

"Dengan Ibu Nazwa? Silahkan masuk ke ruang HRD," ucap perempuan berkulit putih itu.

Nazwa mengangguk pelan. "Terima kasih, Bu."

Nazwa segera mencari ruangan HRD. Saat berada di depan ruangan yang dicarinya itu, tak sengaja netranya menangkap seseorang yang sedang berjalan terburu-buru.

"Bukankah itu Erland? Jangan-jangan dia—" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, seseorang menyuruh Nazwa untuk segera masuk ke ruangan HRD. Padahal wanita itu ingin mengikuti seorang lelaki yang ia rasa mirip dengan Erland.

Di ruangan HRD itu Nazwa merasa gugup. Ia tidak menyangka jika langsung diterima bekerja di kantor itu. Bagian HRD menerangkan tentang gaji dan lain-lain kepada Nazwa. Sesudah itu Nazwa diperkenalkan dengan para rekannya di ruangan kerjanya nanti.

"Hai, Nazwa. Selamat datang." Seorang karyawan bernama Mila menyapa. Begitupun yang lainnya memperkenalkan diri masing-masing.

"Perkenalkan saya Nazwa." Sambil tersenyum Nazwa pun ikut memperkenalkan diri. Seorang wanita yang mengantarkannya pamit untuk kembali ke ruangan HRD.

Sedangkan Nazwa menunggu atasannya untuk memberikan informasi tentang pekerjaan yang harus dikerjakannya hari ini.

Tak lama kemudian, seorang manager datang. Memberikan instruksi kepada Nazwa untuk duduk di kursi depan meja kerjanya.

Karena Nara belum memiliki pengalaman di bidang marketing, tugas pertamanya hanya mengerjakan tugas administratif dan membuat laporan-laporan.

Di samping Nazwa ada Mila yang ramah dan bisa menjadi teman yang baik untuk wanita itu. Sebentar saja keduanya sudah terlihat akrab.

"Kamu bisa bertanya apa saja kepadaku, Nazwa. Aku akan dengan senang hati memberikan informasi kepadamu," ungkap Mila dengan gaya centilnya.

"Terima kasih, Mila. Aku senang bisa bekerja satu ruangan denganmu." Nazwa tersenyum manis kepada teman barunya itu.

"Tentu saja. Semua orang pun menginginkan hal itu," balas Mila sangat percaya diri. Padahal setiap karyawan di sana selalu menghindari Mila karena orangnya yang suka ceplas-ceplos.

Namun beberapa waktu berlalu seorang general manager datang ke ruangan Nazwa sedang bekerja.

"Selamat siang semuanya. Sebentar lagi kita akan kedatangan Bapak CEO dari perusahaan ini. Saya harap kalian melakukan pekerjaan masing-masing dengan baik."

Lelaki itu melihat ke arah Nazwa. Dengan sebuah senyuman yang menawan ia menghampiri wanita itu.

"Kamu karyawan baru di sini? Bersikap baiklah kepada Bapak CEO yang akan masuk nanti," ucap general manager itu.

"Ba–baik, Pak." Nazwa menjawab dengan tergagap sambil mengangguk pelan.

"Kamu tidak perlu takut dengan saya. Panggil saya Mr. Zainal. Hahaha." Lelaki itu melihat jam di tangannya. "Saya harus segera pergi."

Sebelum berlalu pergi lelaki itu melemparkan sebuah senyuman yang sangat manis kepada Nazwa.

Nazwa mengusap dadanya pelan. "Syukurlah dia sudah pergi."

Mila mendekati Nazwa. Lalu menyenggol pelan bahunya. "Sepertinya dia tertarik padamu Nazwa. Hahaha. Mr. Zainal katanya." Mila mengejek teman barunya itu.

Ehem!

Sesaat kemudian terdengar suara seseorang berdehem. Membuat Mila segera kembali ke tempat kursinya. Ia takut jika atasannya mendengar tertawanya baru saja yang cukup keras.

"Selamat pagi semua." Lelaki itu menyapa dengan sebuah senyuman. Kemudian dengan perlahan berjalan menghampiri Nazwa yang sudah melongo sejak kehadirannya di depan pintu masuk bagian marketing.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status