Share

Pekerjaan Untuk Nazwa

Nazwa masih menunggu sebuah kendaraan umum. Ia memilih naik sebuah angkot untuk menghemat biaya.

Walau bagaimanapun tabungan Nazwa tidak begitu banyak. Uang sisa dari setiap belanja, selalu ia sisihkan. Sementara untuk kebutuhan lainnya, Raka selalu memenuhi dengan membelikan sendiri untuk istrinya.

Beberapa saat kemudian, sebuah angkot lewat. Dengan semangat Nazwa naik ke mobil itu. Sepertinya ia merasa kekenyangan gara-gara makan terlalu banyak.

"Harusnya aku tidak makan berlebihan tadi. Sekarang jadi sakit perut."

Tidak butuh waktu lama Nazwa sudah sampai di rumah kosnya. Saat memasuki daerah perumahan dengan banyaknya tempat kos-kosan itu, Nazwa sudah disapa oleh beberapa mahasiswi yang juga kos di tempat itu. Semuanya ramah-ramah, begitupun ibu pemilik kos-kosan.

Wanita itu segera masuk ke dalam rumah. Kemudian menuju toilet untuk mengeluarkan kotoran yang sudah penuh di dalam perutnya.

"Ah ... lega rasanya," ucap Nazwa setelah keluar dari toilet seraya mengelus perutnya yang lebih rata dari sebelumnya.

Nazwa membuat segelas teh hangat, kemudian memilih untuk duduk di sebuah kursi dekat televisi. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah telepon.

"Nomor baru. Dari siapa?" Nazwa penasaran. Dengan perlahan ia mengangkat telepon itu. Terdengar suara seorang perempuan menyapa di seberang sana.

["Selamat siang, bisa bicara dengan Ibu Nazwa?"] tanya seorang perempuan itu kemudian.

"Iya saya sendiri." Nazwa menjawab dengan sangat yakin.

["Perusahaan kami sedang membutuhkan karyawan di bagian marketing. Jika Ibu Nazwa berkenan, Ibu bisa segera datang ke perusahaan kami. Kami akan mengirimkan pesan lebih lanjut melalui sebuah email."]

"Sa--saya bersedia," jawab Nara terbata karena merasa gugup.

["Baik, bisa ditunggu email berikutnya. Terima kasih dan selamat siang."]

Sambungan terputus. Nazwa merasa senang bukan main. Ia melompat kegirangan hingga hampir terjungkal di dekat kursi. Beruntung tidak ada orang lain di sana. Wanita itu tidak sabar menunggu pesan masuk ke alamat email-nya.

Selain melamar pekerjaan secara langsung, Nazwa juga melamar pekerjaan secara online. Pikirnya, perusahaan yang telah menelponnya adalah perusahaan yang ia hubungi melalui akun email.

Setelah mendapatkan pesan email terbaru dan membacanya, Nazwa sempat terkejut saat menyadari alamat dan nama perusahaan yang dituju. PT Sanjaya Gemilang Group.

"Aku merasa tidak asing dengan namanya. Tetapi aku tidak pernah melamar pekerjaan di perusahaan ini. Bagaimana bisa?" ucap Nazwa sangat penasaran.

Nazwa tidak ingin ambil pusing. Dia sudah bersyukur karena ada perusahaan yang mau menawarinya sebuah pekerjaan.

"Aku harus mandi lagi dan segera ganti baju. Sepertinya masih ada waktu untuk hari ini."

Wanita itu segera pergi untuk mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang baru. Teh hangat yang masih tersisa, ia biarkan dingin begitu saja.

"Sudah siap. Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya." Nazwa bercermin dan mengamati wajahnya yang akhir-akhir ini lebih banyak merasa sedih. "Senyum Nazwa. Kesempatan sudah di depan mata." Wanita itu berusaha meyakinkan diri sendiri.

Nazwa memilih untuk naik sebuah taksi agar penampilannya tetap rapi. Ia tidak ingin mengecewakan seseorang yang akan mewawancarainya nanti.

Dengan full senyum dan tubuh tegapnya, wanita itu berjalan pelan setelah memasuki area perkantoran. Mendadak dirinya merasa nervous. Bertahun-tahun ia tidak pernah lagi bekerja di sebuah perusahaan. Dulu ia hanya merasakan magang saja.

Belum sempat bekerja, Raka sudah terlebih dahulu menikahinya. Dan sejak saat itu Nazwa menjadi ibu rumah tangga yang tidak pernah pergi kemana-mana.

"Tenang Nazwa. Jangan gugup. Kamu pasti bisa." Dan sekali lagi. Wanita itu berusaha meyakinkan diri sendiri.

Setelah merasa cukup tenang, Nazwa segera berjalan melalui pintu masuk. Baru saja masuk dan hendak duduk, seorang perempuan datang menghampirinya dengan sebuah senyuman yang menawan.

"Dengan Ibu Nazwa? Silahkan masuk ke ruang HRD," ucap perempuan berkulit putih itu.

Nazwa mengangguk pelan. "Terima kasih, Bu."

Nazwa segera mencari ruangan HRD. Saat berada di depan ruangan yang dicarinya itu, tak sengaja netranya menangkap seseorang yang sedang berjalan terburu-buru.

"Bukankah itu Erland? Jangan-jangan dia—" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, seseorang menyuruh Nazwa untuk segera masuk ke ruangan HRD. Padahal wanita itu ingin mengikuti seorang lelaki yang ia rasa mirip dengan Erland.

Di ruangan HRD itu Nazwa merasa gugup. Ia tidak menyangka jika langsung diterima bekerja di kantor itu. Bagian HRD menerangkan tentang gaji dan lain-lain kepada Nazwa. Sesudah itu Nazwa diperkenalkan dengan para rekannya di ruangan kerjanya nanti.

"Hai, Nazwa. Selamat datang." Seorang karyawan bernama Mila menyapa. Begitupun yang lainnya memperkenalkan diri masing-masing.

"Perkenalkan saya Nazwa." Sambil tersenyum Nazwa pun ikut memperkenalkan diri. Seorang wanita yang mengantarkannya pamit untuk kembali ke ruangan HRD.

Sedangkan Nazwa menunggu atasannya untuk memberikan informasi tentang pekerjaan yang harus dikerjakannya hari ini.

Tak lama kemudian, seorang manager datang. Memberikan instruksi kepada Nazwa untuk duduk di kursi depan meja kerjanya.

Karena Nara belum memiliki pengalaman di bidang marketing, tugas pertamanya hanya mengerjakan tugas administratif dan membuat laporan-laporan.

Di samping Nazwa ada Mila yang ramah dan bisa menjadi teman yang baik untuk wanita itu. Sebentar saja keduanya sudah terlihat akrab.

"Kamu bisa bertanya apa saja kepadaku, Nazwa. Aku akan dengan senang hati memberikan informasi kepadamu," ungkap Mila dengan gaya centilnya.

"Terima kasih, Mila. Aku senang bisa bekerja satu ruangan denganmu." Nazwa tersenyum manis kepada teman barunya itu.

"Tentu saja. Semua orang pun menginginkan hal itu," balas Mila sangat percaya diri. Padahal setiap karyawan di sana selalu menghindari Mila karena orangnya yang suka ceplas-ceplos.

Namun beberapa waktu berlalu seorang general manager datang ke ruangan Nazwa sedang bekerja.

"Selamat siang semuanya. Sebentar lagi kita akan kedatangan Bapak CEO dari perusahaan ini. Saya harap kalian melakukan pekerjaan masing-masing dengan baik."

Lelaki itu melihat ke arah Nazwa. Dengan sebuah senyuman yang menawan ia menghampiri wanita itu.

"Kamu karyawan baru di sini? Bersikap baiklah kepada Bapak CEO yang akan masuk nanti," ucap general manager itu.

"Ba–baik, Pak." Nazwa menjawab dengan tergagap sambil mengangguk pelan.

"Kamu tidak perlu takut dengan saya. Panggil saya Mr. Zainal. Hahaha." Lelaki itu melihat jam di tangannya. "Saya harus segera pergi."

Sebelum berlalu pergi lelaki itu melemparkan sebuah senyuman yang sangat manis kepada Nazwa.

Nazwa mengusap dadanya pelan. "Syukurlah dia sudah pergi."

Mila mendekati Nazwa. Lalu menyenggol pelan bahunya. "Sepertinya dia tertarik padamu Nazwa. Hahaha. Mr. Zainal katanya." Mila mengejek teman barunya itu.

Ehem!

Sesaat kemudian terdengar suara seseorang berdehem. Membuat Mila segera kembali ke tempat kursinya. Ia takut jika atasannya mendengar tertawanya baru saja yang cukup keras.

"Selamat pagi semua." Lelaki itu menyapa dengan sebuah senyuman. Kemudian dengan perlahan berjalan menghampiri Nazwa yang sudah melongo sejak kehadirannya di depan pintu masuk bagian marketing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status