Home / Fantasi / Sistem Pahlawan Rakyat Jelata / Bab 3 Menangkap Provokator

Share

Bab 3 Menangkap Provokator

last update Last Updated: 2025-10-04 15:50:06

“Atau mungkin otakmu sudah geser gara-gara dipukuli para polisi itu.”

Rein tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam. Mungkin kawan-kawannya benar, itu hanya khayalannya saja. Diskusi berlanjut mereka memiliki rencana untuk unjuk rasa berikutnya, agar berdiskusi secara damai dengan Kepala Distrik maupun dewan distrik.

“Ya sudah aku pamit pulang ke kosan dulu lah, pusing kepalaku,” ujar Rein. Ia melenggang pergi dari emperan gedung fakultas pulang menuju ke indekosnya. Ia membuka gagang pintu kamar sederhana itu, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Ia hanya menatap langit-langit kamarnya, plafon bolong-bolong dan juga cat dinding usang sudah menjadi pemandangannya sehari-hari. Rein sengaja menyewa tempat murah ini, dengan keadaan ekonominya.

“Sistem keadilan surgawi,” gumamnya pelan dengan nada tidak bersemangat. “Sudah kuduga ia hanya khayalanku saj dan tidak akan muncul.”

“Selamat datang kembali di sistem keadilan surgawi tuan. Nama Rendi Joseph, level 0 dengan perolehan exp 100, kamu akan naik ke level berikutnya.” Rein melompat dari tempat tidurnya ia terkejut sejadi-jadinya karena suara itu muncul kembali.

Ia memang tidak bisa memastikan betul bahwa semua itu nyata karena jelas orang lain tidak bisa mendengarnya, tetapi suara itu terlampai nyata baginya. “Aku tahu keresahanmu tentang keberadaanku, kamu bisa memberitahu orang lain ketika mencapai level 1”

“Ya, kamu bisa untuk share item kepada orang lain nantinya,” sambungnya

Suara aneh itu berkata, jika level 1 tiba, Rein akan mendapatkan bonus yang dinamakan peta harta karun. Dalam prakteknya ia akan mendapat petunjuk, tentang semua artefak kuno yang tersebar di bumi.

Benda-benda itu disebut item khusus, bisa memberi kekuatan Rein atau orang lain yang diberinya. “Aneh sekali ada level dan sebagainya, seperti main game saja.” Rein hanya garuk-garuk kepala keheranan.

“Mungkin aku ini sudah benar-benar gila,” gumamnya kemudian. Ia lantas keluar kamar dan masuk ke kamar mandi.

Indekos ini terdiri dari dua lantai, untuk lantai atas kamar mandi dalam. Sementara kamar bawah hanya ada satu kamar mandi luar yang digunakan empat kamar secara berganti-gantian. Maklum saja kamar kos harga ekonomis.

“Ahhh...Segarnya,” gumamnya ketika air dingin membasahi rambutnya. Benda cair menyegarkan itu membasahi pori-pori kulitnya. Rein juga merasakan sakit pada kulit kepalanya, akibat pukulan yang dilayangkan para oknum polisi kemarin.

Usai puas mengguyur tubuhnya, Rein berjalan hendak kembali ke kamar. Ternyata Joko sudah menunggunya tepat di depan pintu. “Rein, ayo cari makan.”

“Kemana?”

“Warung biasanya lah, cari yang murah saja ayo pakai motorku.”

Rein mengangguk, ia masuk ke kamarnya dan berganti baju secepat kilat. Ia kemudian membonceng temannya itu menuju ke warung makan. Menu seperti biasa yang menemaninya, hanya nasi orek tempe dan juga gorengan.

Keadaan dompetnya yang tipis, membuatnya tidak terlalu memilih-milih makanan. “Misi baru! Temukan provokator di aksi unjuk rasa berikutnya dan kamu akan mendapat 400 exp dan misi tambahan temukan intelejen yang menyusup di antara mahasiswa dan kamu akan mendap 200 exp.”

Rein terbatuk-batuk, ia kemudian minum air putih yang berada di atas mejanya. Suara dari sistem misterius itu datang secara tiba-tiba dan mengagetkannya.

Rein tidak melanjutkan makan, rasanya sudah tidak selera.

***

Beberapa hari berikutnya aksi unjuk rasa susulan kembali terjadi, kali ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa, tetapi juga masyarakat umum. Sejak awal demo ini berlangsung, memang mengkritisi kebijakan pemerintah daerah soal melonjaknya pajak sepuluh kali lipat.

“Hidup mahasiswa! Hidup Rakyat Kerajaan Khatulistiwa!” teriak Joko yang sedang berada di atas mobil bak terbuka mengkomandoi, di sana juga ada perwakilan dari kampus lain dan juga dari berbagai elemen masyarakat.

Rein kali in tidak menjadi koordinator aksi, ia memilih ikut berbaur dengan demonstran lain. Pasalnya ia mengikuti kata bisikan misterius itu untuk mencari si provokator. Netranya dengan jeli menjelajah ke semua anggota aksi massa.

Sampai akhirnya ia melihat, seseorang dengan rambut gondrong membawa sesuatu yang ia sembunyikan di tangannya. Rein mengejarnya, berusaha membuka jalan diantara ribuan manusia. “Bawa apa, kau hah?”

Tangan Rein menangkap tangan pria itu yang disembunyikannya di belakang. “Bom Molotov!”

Si gondrong yang panik, melancarkan bogem mentah ke pipi kanan Rein kemudian melarikan diri membelah lautan manusia. “Provokator! Tangkap dia!” ujarnya berteriak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 8 Kambing Hitam

    “Bolehkah saya masuk ke dalam kebun?”“Saya penjaga kebun ini, Mas. Sampeyan mau ngapain memangnya masuk.”Walau tidak bisa dijelaskan dnegan akal sehat, tetapi Rein mencoba untuk memahamkan bapak-bapak yang ada di sampingnya pelan-pelan. Sungguh semua yang ia katakan, tidak bisa masuk ke dalam logika.Negosiasi lama dilakukan, akhirnya ia berinisiatif memberi uang sebagai pelicin. “Begini saja deh, Pak. Kamu kukasih uang rokok, nanti ke dalam kebunnya juga ditemani kamu. Misal takut aku berniat jahat.”Bapak-bapak itu terdiam sejenak, ia mengelus jenggotnya yang berwarna putih. Beliau kemudian setuju dan mengangguk. Wajah Rein berseri-seri bahagia, ia kemudian mengambil dompet dan memberikan uang sebesar dua puluh lima ribu.“Nanti saja, Mas. Mari saya antar masuk.”Tangan kekar itu mengambil kunci dalam saku celananya, ia kemudian membuka gembok yang membelenggu gerbang. Ketika sudah terbuka, si bapak masuk duluan yang diikuti oleh Rein jalan di belakangnya.Rein kemudian melihat po

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   bab 7 Batu Merah Delima

    “Bawa saja coba pegang.”Secepat kilat, Rein menikamkan gunting yang ada di meja ke perut temanya itu. Joko yang kaget, segera melompat ketakutan. “Woy, gila! Mau membunuhku ya?” Tangannya meraba-raba perut bekas tusukannya.Ternyata tidak ada luka sedikitpun di sana, hanya saja kaos yang ia kenakan robek. Ia juga baru sadar, masih menggenggam erat batu yang diberikan Rein. “Sudah sini sekarang giliranku mencoba, aku genggam batunya lalu kamu tusukkan benda tajam.”Joko menuju dapur yang ada di belakang gedung pusat kegiatan mahasiswa, ia mengambil sebilah pisau. Menurutnya benda itu sangat tajam, soalnya baru dibeli anak-anak minggu lalu. “Pakai ini coba ya, Rein.”Rein kali ini bahkan sampai buka baju, sekarang ia bertelanjang dada. Dirinya sangat yakin, jika item tersebut akan memberi ability kekebalan baginya. Seperti yang sistem aneh itu katakan. Joko mulai menikamkan pisau ke perut kawannya.Sungguh di luar nalar, benda tajam itu tidak dapat menembus kulit perut dari Rein. Ujun

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 6 Melawan Monster Penjaga

    “Tak kan kubiarkan, kau mengambil benda itu!” suara makhluk itu besar dan menggelegar. Namun Rein tidak bisa mundur, sudah sejauh ini ia berjalan kaki dari indekosnya. Ia harus berhasil mengambil item itu.Makhluk itu tinggi besar, bahkan ukuran tubuhnya jauh dari manusia. Badannya berwarna hitam dan matanya merah menyala. Entitas asing itu mulai mendekat, dengan cepat ia mengarahkan tinjunya tepat ke arah badan Rein.Pemuda itu berguling ke arah samping, ia berhasil menghindarinya. Rein yakin jika tangan sebesar itu mengenai tubuhnya, pasti dadanya akan hancur dan kepalanya akan terpisah dari tubuh mungilnya.“Akan kuhabisi kau, Manusia!” suara itu kembali menggelegar memekakkan telinga.Rein baru ingat, tutorial yang diberikan oleh sistem tadi, cara mengalahkan makhluk itu dengan cara memukulnya menggunakan batang pohon kelor. “Di sana, aku harus mengambilnya beberapa,” gumamnya setelah pandangan matanya menjelajah.Ia kembali melompat ke samping kanan, ketika pukulan dari makhluk i

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 5 Berburu Item

    “Ada dua jenis item yang bisa kamu kupulkan, yakni artefak kuno dan juga energi alam.”Rein mengikuti sumber cahaya yang menjulang sampai ke atas langit. Sampai di jalanan gang depan indekosnya, ia sedikit dibuat bingung, pasalnya ada beberapa titik cahaya di sana. Ia kemudian memutuskan, untuk pergi ke yang terdekat.Cahaya itu mengarah pada sebuah jurang yang ada di sebelah timur kampusnya. “Ke mana letak dari benda itu? Arah timur dari fakultas teknik? Bukankah di sana hanya ada jurang dan juga hutan kecil.” Ia berjalan sambil terus mendongak ke arah atas.Hanya berbekal sandal japit, kaos oblong, dan celana jeans pendek. Pandangannya fokus ke atas dan pastinya yang bikin aneh sambil berbicara sendiri. Pokoknya sudah seperti orang gangguan jiwa.“Woy hati-hati kalau jalan, mata dipakai dong,” teriak salah satu pengendara motor yang hampir menabraknya. Jujur saat ini Rein benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Ia hanya fokus, dengan tujuan benda tersebut.Langkah kakinya men

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 4 Menghilang Musterius

    “Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.“Si gondong itu lepas!”“Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi.Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko.Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.”Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 3 Menangkap Provokator

    “Atau mungkin otakmu sudah geser gara-gara dipukuli para polisi itu.”Rein tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam. Mungkin kawan-kawannya benar, itu hanya khayalannya saja. Diskusi berlanjut mereka memiliki rencana untuk unjuk rasa berikutnya, agar berdiskusi secara damai dengan Kepala Distrik maupun dewan distrik.“Ya sudah aku pamit pulang ke kosan dulu lah, pusing kepalaku,” ujar Rein. Ia melenggang pergi dari emperan gedung fakultas pulang menuju ke indekosnya. Ia membuka gagang pintu kamar sederhana itu, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.Ia hanya menatap langit-langit kamarnya, plafon bolong-bolong dan juga cat dinding usang sudah menjadi pemandangannya sehari-hari. Rein sengaja menyewa tempat murah ini, dengan keadaan ekonominya.“Sistem keadilan surgawi,” gumamnya pelan dengan nada tidak bersemangat. “Sudah kuduga ia hanya khayalanku saj dan tidak akan muncul.”“Selamat datang kembali di sistem keadilan surgawi tuan. Nama Rendi Joseph, level 0 dengan perolehan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status