Skandal BabySister dan Suamiku
..
[Pah, jangan lupa pulang cepet, ya. Aku sudah tidak sabar honeymoon denganmu]
Kedua alisku bertaut ketika membaca pesan keluar di ponsel Nadia yang masih menyala kepada nomor asing. Bukankah Nadia belum menikah? Tapi kenapa pesannya seperti itu?
"Eh, maaf, Bu. Tadi saya masih siap-siap," celetuk Nadia mengagetkanku.
Hari ini dia ijin libur selama satu minggu, katanya ada urusan keluarga yang tidak bisa di tinggalkan. Tak masalah, aku bisa minta tolong ibu untuk menjaga Arkan selama dia tidak ada karena pekerjaanku juga tidak bisa ditinggalkan untuk menjaga jagoan kecilku dengan Mas Darma.
"Nad, kamu udah nikah?"
Seketika Nadia terpaku, lalu menggaruk kepalanya asal.
"Iy-iya, Bu. Maaf tidak mengabari, soalnya acaranya mendadak, kemarin waktu saya cuti dua hari itu," jawabnya polos.
Beruntung sekali aku memiliki BabySister sepertinya, karena Nadia bukan tipe orang yang suka macam-macam. Dia aku ambil dari yayasan, kesibukanku sebagai pemilik resto menjadikanku tidak bisa mengurus Arkan sendirian.
"Oh ... Terus ceritanya ini mau honeymoon? Kenapa? Kok nggak jujur aja, sih?"
"Hehe ... Saya takut Ibu sama Bapak marah gara-gara ini."
Aku tertawa, BabySisterku ini memang ada-ada saja. Mana mungkin aku marah hanya karena dia menikah?
"Lucu kamu Nadia. Yaudah, nih aku tambahin uang saku kamu. Mau honeymoon kemana, sih? Gaya banget kamu pakai honeymoon," ledekku sembari menyerahkan dua puluh lembar uang seratus ribuan.
Ya tidak masalah ... Hitung-hitung uang itu untuk ganti amplopku waktu dia menikah kemarin.
Kedua mata Nadia berbinar, lalu menerima uang itu dengan senyum lebar di bibirnya. "Wah. Terimakasih, Bu. Maaf saya merepotkan," ucapnya dengan menundukkan kepala.
"Nggak apa-apa. Udah bilang Bapak? Siapa tahu nanti ditambahin uang transport kamu," kataku dengan meraih Arkan dari ranjangnya.
Nadia terdiam, sepertinya dia sedang sibuk bersiap-siap. "Em ... Iya nanti saya bilang, Bu."
Aku mengangguk, lalu berniat membawa Arkan keluar kamarnya dan menghubungi Mas Darma yang masih ada di kantor. Tak biasanya hari jumat seperti ini dia pulang terlambat.
"Oh iya, Nad. Tadi kamu mau honeymoon kemana? Siapa tahu Mas Darma punya uang lebih buat beliin kamu tiket sama suami kamu," ucapku ketika sampai di ambang pintu.
"Ke-ke Bali, Bu ...."
Sekali lagi aku menganggukkan kepala. Aku memang bukan tipe orang yang perhitungan, selama orang itu baik padaku maka aku pun bisa lebih baik padanya. Dab biasanya, Mas Darma selalu mendukungku dalam hal itu.
Gegas aku keluar, mencari ponselku dan menghubungi Mas Darma untuk membicarakan hal ini. Rasanya tidak enak saja, melihat Nadia telah menikah tanpa sepengetahuan kami.
Namun, belum sempat aku menekan nomor telepon Mas Darma, suara deru mobilnya telah kudengar di luar sana. Syukurlah, aku tidak perlu repot-repot menghubunginya.
Gegas kuhampiri suamiku yang masih ada di teras, lalu mengajaknya masuk dan duduk di ruang tamu. Pasti dia lelah sehabis pulang kerja.
"Mas, ternyata Nadia udah nikah, loh. Terus hari ini dia mau libur ternyata mau honeymoon. Kamu ada uang lebih nggak, Mas? Belikan dia tiket lah, kasihan," kataku dengan Arkan yang ada di gendonganku.
Mas Darma diam sejenak, lalu memandangku tepat saat Nadia telah keluar dengan satu koper kecil di tangannya. Sepertinya dia telah siap hendak berangkat.
"Mau honeymoon kemana?"
"Ke Bali, Pak," jawab Nadia singkat.
Kulihat mereka saling berpandangan, tapi sedetik kemudian Nadia lantas menundukkan kepala. Dia anak baik, sopan, semoga saja mendapatkan suami yang baik pula.
Mas Darma kemudian mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan uang yang aku tak tahu jumlahnya kemudian di serahkan kepada Nadia. Suamiku itu juga sepertiku, tidak perhitungan.
"Buat beli tiket," kata Mas Darma sembari menyodorkan uang itu.
Sekali lagi kedua mata Nadia berbinar lalu mengucapkan terimakasih berkali-kali sebelum benar-benar meninggalkan rumahku. Ah, berbagi itu memang indah, semoga saja berkah.
..
Selepas kepergian Nadia, aku menidurkan Arkan di kamarku dan Mas Darma. Niat hati ingin ikut istirahat, karena sepagian ini resto sangat ramai pengunjung. Meskipun pemilik tapi aku juga ikut serta membantu karyawanku yang sedang kerepotan.
"Lho, kamu mau kemana, Mas?" tanyaku saat tiba-tiba Mas Darma telah bersiap dengan baju dan dandanan rapi. Dia juga mengeluarkan koper dan memasukkan beberapa bajunya.
"Aris, Dek. Ngajakin keluar kota sekarang. Katanya mau ada kunjungan kerja di suatu tempat. Mendadak banget, sih. Tapi katanya penting," terang Mas Darma dengan sibuk memasukkan baju-bajunya.
"Nginep, Mas? Berapa hari? Nadya nggak ada, loh. Aku sendirian jaga Arkan, dong." Aku merajuk, tidak rela jika Mas Darma juga tidak ada di rumah.
"Iya ... Katanya butuh waktu berhari-hari. Kamu baik-baik di rumah sama Arkan, ya. Kan ada ibu yang bisa bantu jagain. Nanti aku transfer uangnya buat transport ibu kesini, ya. Udah aku berangkat dulu, Aris udah nunggu di bandara," katanya lagi dengan terburu-buru.
Aku hanya mendengus, lalu mencium punggung tangannya dan mengantarkannya sampai ke pintu depan. Suamiku itu memang orang sibuk, tapi baru kali ini dia meninggalkanku dan Arkan di akhir pekan.
Kurebahkan tubuhku lagi di samping Arkan usai kepergian Mas Darma sembari berselancar disosial media. Di rumah ini hanya tinggal Mbok Nem dengan Ayuk yang menemaniku. Mereka asisten rumah tangga yang kebetulan menginap di rumah ini seperti Nadia.
Tiba-tiba saja kedua mataku membeliak ketika melihat postingan Aris sedang bersama anak dan istrinya di sebuah waterboom ternama di kota kami. Sepertinya dia tengah mengajak keluarga kecilnya berlibur.
Bukannya tadi Mas Darma bilang mau keluar kota dengan Aris? Tapi kenapa Aris ada di waterboom?
Kuketik pesan balasan pada postingannya, rasanya benar-benar ada yang janggal.
[Ris, katanya keluar kota sama Mas Darma. Kok liburan sendiri?]
Sejenak aku menunggu hingga akhirnya pesan balasan pun masuk.
[Keluar kota? Sama Darma? Enggak tuh, Mbak. Justru malah Darma yang ijin padaku mau pergi selama semingguan ini. Aku pikir mau liburan juga denganmu]
Degh!
Kok? Kenapa begini? Apa Mas Darma berbohong?
"Lho. Katanya keluar kota sama Aris, kok kata Aris beda lagi. Ada apa, ya?" gumamku kecil sembari masih fokus pada layar ponsel.
"Bu ... Sebenarnya ada yang ingin saya katakan. Ini mengenai Bapak dan Nadia," ucap Mbok Nem mengagetkanku.
Skandal Babysitter dan Suamiku(2).."Bu, sebenarnya sudah lama Nadia mendekati Bapak. Bahkan sepertinya saat ini mereka sudah memiliki hubungan spesial," ungkap Mbok Nem membuatku seketika menjatuhkan ponsel yang masih ada digenggaman."Saya diancam Nadia supaya tidak mengatakan hal ini pada Anda, Bu. Tapi saya benar-benar tidak tega melihat orang sebaik Anda dibohongi oleh orang seperti Nadia. Dia musuh dalam selimut, Bu," lanjut Mbok Nem membuatku semakin terpaku.Seperti mimpi, aku benar-benar tidak bisa membayangkan bahwa apa yang baru saja kudengar adalah suatu kebenaran. Aku berharap, apa yang kudengar baru saja ini adalah sebuah lelucon yang hanya dikarang oleh Mbok Nem, orang yang telah menemaniku dari kecil sampai menikah pun aku meminta dia untuk ikut denganku."Mbok bohong, kan?"Masih tak percaya, aku menanyakan sekali lagi perihal apa yang baru saja dia katakan. Jika memang apa yang dikatakannya bohong, maka aku justru
Skandal BabySitter dan Suamiku(3).."Jangan gegabah dengan langsung melabrak mereka di muka umum. Nama besarmu akan ikut tercoreng jika tiba-tiba melabrak suamimu yang sedang berselingkuh dengan babysittermu," ucap Satya menasehati dengan menyodorkan beberapa lembar foto yang dia ambil sewaktu mengintai mereka."Persetan dengan nama besar. Yang aku inginkan hanya menangkap basah mereka berdua!"Dadaku dipenuhi emosi, rasa tak sabar untuk menjambak rambut panjang Nadia sudah terngiang di kepalaku. Perempuan seperti Nadia bensr-benar tidak bisa di beri hati."Baik, silahkan lakukan apa yang kamu mau. Namun, aku tidak ikut campur jika nanti media akan tahu tentang kasus ini. Jangan lupa, restomu adalah salah satu resto ternama. Kamu tidak takut jika usaha yang telah kamu bangun selama ini tumbang begitu saja hanya karena wanita itu?"Sejenak aku terdiam. Perkataan Satya ada benarnya juga. Seluruh orang tahu mengenai keharmonisan keluar
Skandal BabySitter dan Suamiku(4)..Suasana masih hening ketika aku baru saja membongkar skandal Babysitter dan suamiku itu. Aku tak habis pikir, bagaimana bisa Mas Darma lebih memilih berselingkuh dengan Nadia, babysitter di rumah ini. Apa kurangnya aku? Kurang cantik, kah? Atau kurang perhatian? Sungguh, di luar nalar."Demi apapun aku tidak melakukan hal itu, Dek. Tolong percaya," elak Mas Darma lagi, membuatku semakin muak.Aku hanya tersenyum miring, lalu berjalan ke arah Nadia. Sedari tadi, dia masih menunduk dalam."Oh, jadi orang ini yang menginginkan menjadi diriku? Duduk di posisiku? Begitu kah, Nadia?"Dia yang kuanggap polos dan sederhana itu menggeleng.Ciih! Dimana keberanianmu, Nadia? Keberanian seperti waktu kamu menggoda dan merayu suamiku!"Ti-tidak, Bu."Aku tertawa mendengar jawaban Nadia yang sedikit gugup. Orang sebaik dan sepolos Nadia, ternyata menyimpan sebuah rahasia besar yang mu
Skandal BabySitter dan Suamiku(5).."Kenalkan ini Sari, Babysitter baru Arkan," tandasku pada Mas Darma yang sedang sarapan.Nadia yang juga sedang menyuapi Arkan terkejut, seketika dia mendongak ke arahku. Aku hanya meliriknya sekilas, sebelum mempersilahkan Sari mengambil Arkan dari tangan Nadia."Lho ... Kok babysitter lagi? Kan masih ada Nadia?"Aku tersenyum kecut, lalu mendekat ke arah Nadia. "Nadia? Bukannya dia juga mau jadi nyonya di rumah ini, Mas?""Dek ... Sudah lah, kamu hanya salah faham."Nadia masih menunduk dengan menyuapi Arkan, tapi aku yakin di dalam hatinya sedang memakiku. Biar saja, dia mau jadi aku, kan?"Kenapa, Mas? Memang seperti itu nyatanya, kan? Tidak masalah jika dia ingin menjadi aku, tapi seluruhnya harus menjadi aku, ya?"Kulirik sekilas Nadia, dia menghentikan aktifitasnya menyuapi Arkan. Terlihat sekali dia tengah memperhatikan obrolan kami meski tak memandangku dan Mas Darma.
Skandal BabySitter dan Suamiku(6)..Tak sengaja aku bertemu Nadia, selingkuhan suamiku, yang sedang bersama teman-temannya di sebuah restoran cepat saji. Dia terlihat bahagia bersama temannya, tidak seperti waktu di rumah sebagai Babysitter bayiku."Gil* kamu, Nad. Nggak takut karma apa, ngrebut suami majikanmu," celetuk salah seorang temannya."Hahaha ... Enggak lah. Karma apaan. Justru ini tuh rejeki."Ha? Rejeki katanya? Kenapa mulutnya semenyebalkan itu."Tapi kamu nggak sepadan sama istrinya. Level dia ada jauh di atas kamu," tutur temannya yang lain membuatku tersenyum tipis.Temannya saja sadar diri, kenapa Nadia bisa sepercaya diri itu?"Heh, kamu ngremehin aku? Yang penting itu suaminya doyan sama aku, bukan seberapa tinggi level kami. Itu yang terpenting.""Tapi kalau jadi aku, malu deh kalau nanti diselingkuhin balik sama tuh laki. Nyari gebetan tuh yang sepadan, atau kalau nggak yang belum punya bini
Skandal BabySitter dan Suamiku (7)..Selingkuhan suamiku itu masih terlihat terkejut begitu aku mengatakan soal penjualan rumah ini. Sedangkan Mas Darma juga tak kalah kagetnya dengannya. Apa mereka pikir aku tidak serius dengan gertakanku kemarin? Sepertinya mereka benar-benar butuh pembuktian."Em .. mak-maksud saya. Ke-kenapa mau di jual, Bu? Bukannya rumah ini masih terlihat bagus dan masih nyaman ditinggali?"Aku tersenyum miring mendengar penuturannya. "Ah, kamu ini, Nad. Pandai sekali bicaranya."Kudekati dia yang berada tak jauh dariku dan Mas Darma sembari membawa tas ransel yang sudah kuisi penuh dengan bajunya. Kesabaranku sudah habis, tidak ada gunanya aku memelihara ular sepertinya. Tak hanya ulat berbulu, dia lebih dari itu."Ini, aku sudah baik hati ngemasin seluruh bajumu. Sekarang, kamu tinggal angkat kaki dari rumah ini tanpa harus bersusah payah membereskan barang-barangmu. Aku baik, kan? Sudah memperbolehkan berbagi suam
Skandal BabySitter dan Suamiku(8).."Mbak, ada paket dari Mas Satya," ucap seseorang yang baru saja datang di pintu gerbang itu.Aku menyambutnya hangat karena sejam yang lalu Satya memang mengabari bahwa sebentar lagi akan ada orang suruhannya yang datang untuk mengantarkan paket untukku. Katanya, semua foto yang dia ambil waktu di Bali telah dicetak, dan sekarang telah dikirimkan padaku.Tempo hari, aku baru sempat membawa dua lembar foto saat menangkap basah Mas Darma dan Nadia yang baru pulang honeymoon. Namun kini, semua foto dan bukti perselingkuhannya telah ada di tanganku."Terimakasih, ya," ucapku pada orang itu sembari menerima dua kotak darinya."Satya kirim apa, Dek? Berani ya kamu masih berhubungan dengannya!" kata Mas Darma lantang, membuatku ingin tertawa.Memang, kotoran dipelupuk mata justru tak akan nampak."Oh, kamu penasaran sama isi kotak ini, Mas?" jawabku dengan mendekat ke arahnya, lalu membuka
Skandal BabySitter dan Suamiku(9)..Aku menyandarkan tubuhku di sisi jendela kamar, menatap gelapnya malam tanpa dihiasi bintang-bintang. Entah, karena Tuhan sedang berpihak kepadaku atau hanya sebuah kebetulan saja.Malam semakin larut, semilir angin malam mulai menerobos masuk lewat jendela yang kubuka separuh. Dingin, itu yang sedang kurasakan kini. Tak hanya tubuhku, tapi juga hatiku.Jika biasanya, selalu akan terdengar gelak tawa menggema di rumah ini, tapi sekarang hanya tinggal sebuah kenangan saja. Terlebih kamar ini, saksi bisu perihal cintaku yang mendalam untuk Mas Darma. Semua telah sirna semenjak dia mengkhianatiku.Ingatanku tiba-tiba saja melayang pada kejadian beberapa saat yang lalu ketika dengan lantangnya aku meneriaki Pak Eko untuk menyeret Nadia untuk keluar dari rumah ini. Gund*k suamiku itu meronta dan berteriak kencang, sedang Mas Darma hanya memandangnya pilu.Aku tersenyum puas, ketika kaki kiri Nadia mela