Share

Kopi Petaka

Author: Mega Silvia
last update Last Updated: 2022-09-23 11:19:48

"Lantas, apa bedanya? Bukankah tiap hari kamu lembur? Memangnya kalau pulang cepat satu hari, hidup kamu bisa jadi berbeda?!"

Vanilla menarik nafas dalam-dalam, tapi ia tahan sebelum jatuhnya ke belakang alias kentut.

"Banyak sekali perbedaannya, Pak. Hari ini tuh saya mau bertemu kakak saya. Kalau saya gak ketemu dia, yang ada dia marah sama saya. Kalau dia marah, nanti ngadu ke Ibu saya. Kalau udah ngadu, saya dikutuk jadi batu. Mau, Pak?" Ia sampai membeberkan perjalanan hidupnya yang cuma ada dalam otaknya itu.

Kala mencibik. Batu apa dulu, kalau batu giok yah boleh-boleh saja.

Kala menaiki tangannya. Kebetulan, ia juga punya kakak yang sangat ia sayangi. Kala jadi teringat Alin. Karena itu, hatinya sedikit melunak.

"Ya sudah, hari ini kamu bisa pulang cepat!" Berterima kasihlah pada Alinea yang sering menyirami batin Kala dengan kasih sayang.

Tidak ingin membuang kesempatan, Vanilla berlari ke ruangannya dan langsung membereskan meja kerja. Urusan dokumen menumpuk? Ia pura-pura gak lihat.

"Iiih, iih...!" Vanilla bergidik menatap beberapa berkas yang mesti ia selesaikan minggu ini namun sialnya belum terpegang sama sekali.

"Kalian baik-baik disini,ya. Aku mau ketemu Kak Senja dulu!" Vanilla bicara dengan tumpukkan kerjaannya. Syukur-syukur kalau mereka bisa kerja sendiri. Tapi itu gak mungkin.

Vanilla meletakkan tasnya di bahu kanan. Sedang tangan kirinya memegang gelas kopi yang terbuat dari plastik itu. Ketika melewati ruangan Kala, ia sedikit tertegun sembari mengagumi pahatan wajahnya.

"Bahkan, lagi serius kerja pun, Pak Kala ganteng!" pujinya sendiri. Sedetik kemudian, ia melihat Kala memperhatikan bingkai foto dan tersenyum. Entah, tapi itu bikin Vanilla penasaran.

'Foto siapa, sih. Dia lagi lihatin Apa. Foto pacarnya?' batin Vanilla bermonolog. Ia jadi menatap kopi gelas itu. Kayaknya Vanilla punya ide melihat foto siapa yang bisa membuat Kala menatap teduh.

Vanilla kembali ke pantry. Ia membuatkan Kala kopi hitam langsung dari mesin pembuat kopi. Untuk gulanya, ia hanya memberi sedikit. Karena Kala suka dengan rasa alami. Itu lebih nikmat baginya. Setelah kopi selesai. Vanilla mengetuk ruangan Kala.

"Masuk!" suruh Kala tanpa memperhatikan siapa yang masuk karena ia sedang sibuk.

"Maaf, Pak. Tapi sebelum pulang saya mau memberikan kopi ini buat Bapak. Buat teman lembur!" Vanilla berjingke dengan heels-nya. Ia mau lihat objek didalam bingkai foto itu. Tingkahnya mengundang rasa penasaran Kala

"Kamu mau lihat?!" Ia malah menawarkan dengan senang hati. Bagi Kala, Alinea itu sangat cantik. Jadi, patut dibanggakan. Kala sudah mengambil figura itu. Ia jadi kayak anak kecil yang sedang menyombongkan mainan barunya.

"Eenggh... gak usah, Pak!" Ah, kenapa sudah sampai sini Vanilla malah gak siap mau lihat? Mungkin, dirinya jiper. Gimana kalau itu foto pacar Pak Bosnya? Terus, lebih cantik lagi. Patah hati dong?

"Hm!" Kala bergumam kecewa lalu memasukkan foto Alin ke dalam laci. Sudahlah, ngapain juga kasih lihat? Gak penting juga! pikirnya.

"Ya udah deh, Pak. Saya betulan balik,ya!"

Baru selangkah, Kala menahan Vanilla. Sepertinya, tadi ia salah persepsi. Kala ingat, Alinea saja gak pernah marah kepadanya kalau ia ingkar janji. Semua karena hubungan kakak-adik terlalu erat.

Kalau begitu, seharusnya kakak Vanilla juga paham dong! Adiknya lembur demi kemajuan perusahaan. Perusahaan maju. Ia juga, 'kan yang bangga?

"Setelah saya pikir, sepertinya, kamu tetap lembur malam ini. Soal kakak kamu, kamu,'kan bisa menelpon dia dan bilang pulang terlambat. Saya yakin, dia akan memahami adiknya!" tutur Kala.

Menyesal sudah membawakan kopi kalau akhirnya jadi gini!

"Pak, Bapak bercanda,'kan?!" Vanilla sampai menumpuhkan telapak tangannya di meja kerja Kala. Namun, Kala tidak mempermasalahkannya. Ia tidak sekejam itu.

"Kamu gak bisa meminta perusahaan memaklumi urusan pribadi. Setiap orang memiliki kehidupan personal, tapi jangan sampai mengganggu waktu kerja. Itu yang dinamakan tanggung jawab!" tuturnya,

Vanilla cuma bisa tertegun. Lagi gini, dia masih sempat-sempatnya ngomongin tanggung jawab? Kerja jam 8 sampai 6 sore, apa gak cukup menunjukkan kalau Vanilla orang yang loyal pada perusahaan?

"Silakan kembali bekerja! Besok saya membutuhkan laporannya, Gani!" Salah, sungguh salah berfikir kalau Kala orang yang pengertian. Dibalik kata-kata manisnya, ia cuma mementingkan dirinya dan perusahaan. Vanilla meradang, wajahnya mungkin memerah karena marah.

"Vani! Vanilla, bukan Gani!" Wanita itu sampai mengepal kedua tangan dan sejajar dengan pipinya.

"Bapak bisa mengingat isi dari kontrak kerja saya. Tapi, nama saya saja, Bapak lupa," lanjutnya, lagi masih menggebu. Kala sendiri tidak tahu apa masalahnya salah panggil.

Toh, disini mereka cuma berdua. Apa Vanilla juga gak mau meresponnya jika ia panggil "Heh!"

Kala menghembuskan nafas. Ia ingin mengatakan lagi. Apa itu efisiensi kerja? Intinya, kalau masih bisa dikerjakan cepat, mengapa membuang waktu yang sudah Tuhan berikan? Tidak, tidak. Itu tindakan yang kurang arif. Sayangnya, Vanilla gak mau mendengarkan. Ia mengambil lagi cangkir kopinya membuat Kala melotot keheranan.

"Saya lupa pakaikan gula!" tuturnya, bohong. Justru, Vanilla mau memasukkan garam ke kopi Kala. Biarkan saja ia marah. Vani gak peduli.

Sampai di pantry, tanpa segan Vanilla memasukkan satu sendok penuh garam sambil tertawa jahat.

"Apa habis ini kamu masih mau salah panggil nama aku?" Vanilla yakin sehabis minum, Kala gak akan melupakannya seumur hidup.

Vanilla membawa cangkir kopi yang sudah dimodifikasi itu. Yah, gimana lagi. Namanya bawahan. Ia harus siap melayani sang atasan termasuk menyetujui ide gilanya buat lembur setiap hari.

"Diminum, Pak!" Sebelum pergi ke ruangannya. Vanilla mau melihat reaksi Kala.Ia jadi mematung disana.

"Letakkan saja disana, Dani!" Vanilla menepuk jidatnya keras. Tolong jangan pernah ganti huruf depan dengan M. Bisa gawat bacanya.

"Terserah, Bapaklah!" sungutnya, seraya berlalu. Kala memandang kopi yang Vanilla buat. Ia jadi ingin meminumnya. Baru mengangkat cangkir perasaannya gak enak. Jika diingat lagi, tadi sepertinya Vanilla sedang marah sekali. Apa karena ia suruh lembur. Kala menghembuskan nafas lantas meletakkan cangkir kopi ke tempat semula. Ia ingin menelpon layanan antar makanan. Karena Kala mau membelikan Vanilla burger dan segelas milkshake. Mungkin itu cukup untuk membalas kebaikannya yaitu membuatkan Kala kopi tanpa diminta. Tak lama pesanan Kala sampai, karena Vanilla ada di depan telepon. Ia lebih mendengar suara panggilan dari sekuriti bawah.

"Aiissh, apa lagi, sih?!" Vanilla jadi sangat sensitif karena pekerjaannya yang menumpuk. Ia mengangkat gagang telepon ogah-ogahan. "Halo!"

"Bu, ada makanan buat Pak Kala di bawah," infonya.

Vanilla kembali tanya "Berapa porsi?" Kalau cuma beli satu mending dia pura-pura gak tahu saja. Biar Kala sendiri yang ambil.

"Kayaknya, sih ... cuma satu porsi, Bu!" Tuh,'kan kejamnya tuh kelewatan. Dipikir dia doang yang punya lambung? Vanilla mencibik. Pokoknya. dia gak mau ambilin makanan Kala. Biarkan saja! Memangnya, dipikir enak naik lift lantai 11 sampai lantai ke bawah, lalu kembali lagi ke ruangan mereka bekerja?

Namun, lama-kelamaan, Vanilla kepikiran juga. Gimana kalau Pak Kala makin ngada-ngada karena lapar? Katanya 'kan, orang bisa jadi galak kalau lapar. Iih, serem deh!

Akhirnya, dengan langkah berat Vanilla turun ke lantai bawah. Suasana kantor yang sepi membuat buluk kuduknya berdiri. Vanilla memeluk tubuhnya juga bergidik. Namun seseorang mengagetkannya

"Vanilla!" tegur Justin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status