Share

Rencana Licik

"Lho, Bapak?!" Berbeda dengan Kala, Vanilla memiliki penilaian yang baik untuk head of management itu. Meski ia masih muda, tapi Justin selalu inovatif. Terutama ia manusiawi!

"Saya yang harusnya heran. Kenapa selarut ini kamu masih ada di kantor?"

Perjalanan dari lantai 11 sampai lantai 1 jadi sangat menyenangkan setelah banyak mengobrol dengan Justin di dalam lift. Yah, meski Vanilla tidak bisa mengutarakan uneg-unegnya ke Justin.

Ia hanya bilang, sedang lembur saja waktu Justin tanya alasannya masih di kantor. Setelah keluar lift, lelaki itu lebih dulu jalan. Vanilla mengerti semua karena Justin tidak ingin dianggap akrab dengan salah satu karyawan lantas pandangan orang jadi berubah dengannya.

Vanilla tahu dari temannya, Melinda. Waktu itu tersiar desas-desus kalau ia dekat dengan Justin. Tapi Justin langsung menegurnya dan tidak mau disebut begitu. Ia cuma takut, seandainya Melinda naik jabatan. Nanti dikira, karena ia me'lobby manajemen. Sikapnya sungguh gentleman di mata Vanilla.

'Atasan yang keren tuh kayak gini. Bukan kayak Kola-Kola!' Peduli apa, toh. Kala yang lebih dulu suka salah sebut namanya.

"Saya duluan!" Meski tak sehangat seperti waktu di lift, namun Justin tetap berpamitan pada Vanilla. Vanilla hanya mengangguk sambil mengambil makanan. Karena gak fokus, makanannya jatuh sampai isinya keluar dari kantong.

"Ahk!" Buru-buru diangkatnya. Belum 5 menit! Tatapan Justin jadi memincing, sayangnya ia terlalu tak acuh menanggapi keteledoran Vanilla.

"Yah, Mbak gimana? Kok Jatuh?" kata Pak Sekuriti.

Vanilla memintanya diam. Selama gak ada yang bilang ke Kala, laki-laki itu gak akan tahu,'kan makanannya sempat jatuh ke lantai? Hehehe

Vanilla segera kembali.

Ia gak mau semakin menggerus waktu. Bisa pulang jam berapa dirinya kalau terus di sini?

"Kayaknya besok-besok aku harus bilang deh ke Pak Kala. Jangan suka pesen makanan pas OB sudah pulang. Aku juga,'kan yang ketempuan. Tapi, untung saja aku bertemu Pak Justin. Yah, minimal aku agak terhibur!" Senandikanya. Sampai di depan ruangan Kala, Vanilla gak lagi mengetuk pintu ruangan Kala. Ia gak takut. Tapi, gimana kalau seandainya Kala sedang bertelanjang dada?!

"Pak, ini makanannya!" Vanilla ingin kembali ke ruangan, tapi Kala menahannya.

"Tunggu, Vani!"

"Apa lagi, sih, Pak..." Vanilla sampai menyeret ucapan meski sekarang agak lega karena pria itu gak salah sebut lagi.

"Saya cuma mau bilang. Kalau makanan itu untuk kamu. Saya sengaja pesan buat kamu!" terangnya, dengan wajah tanpa dosa. Sesaat Vanilla mengingat kembali kejadian tadi. Padahal, hampir saja ia mau menginjak burgernya. Tapi ternyata...

"Buat saya, Pak?!" Ia terperangah

"Iyah, karena kamu sudah membuatkan saya kopi," lanjut Kala. Vanilla melirik ke cangkir itu. Masih utuh, pantas ia gak keluar tanduk dan malah baik banget. Tapi, kok ... jadi merasa bersalah gini, sih?

"Saya sudah kenyang. Buat Bapak saja!" Vanilla menolak dengan santun. Sayangnya, Kala tidak terbiasa makan malam. Ia hanya makan di bawah jam 6 sore karena itu bentuk tubuhnya sangat proposional.

"Kamu saja yang makan. Saya tahu, kamu suka cheese burger, 'kan?"

Ada saatnya, Kala bisa sangat memperhatikan tapi disaat yang lain. Ia bisa sangat tidak peduli. Tepatnya, hanya orang-orang yang menarik di matanya yang bisa membuatnya seperti itu.

Kala ingat, waktu masih di luar negeri dan mereka meeting online. Vanilla tetap memakan burgernya meski sedang bertatapan muka. Apa wanita itu lupa kalau ia sedang mengaktifkan kamera. Tapi yang jelas, Kala gak bisa lupa sama suapan Vanilla yang besar itu. Seolah-olah ikut memakan Kala.

Vanilla mengambil bungkus burger kembali. Ia merasa tangannya sangat berat bagai memikul beban puluhan kilo. Otaknya sedang berfikir, gimana setelah Kala menyicipi kopi itu. Apa ia juga mengambil kembali burger yang ada di tangan Vanilla. Tapi, kok. Ia merasa itu pantas dilakukan oleh Kala.

"Biar sekalian saya buatkan kopi yang baru. Kopi ini sudah dingin," dalihnya. Kala menggeleng. Ia gak masalah minum kopi dingin. Lagi,'kan mubazir.

Vanilla tidak bisa lagi berkelit. Ah,ya. Ia lupa, Kala juga orang yang paling efisien. Ia bukannya pelit hanya tahu bagaimana caranya memakai seluruh miliknya dengan baik dan jauh dari kata sia-sia. Seperti dia contohnya. Mentang-mentang punya sekretaris, Kala memakainya 1x24 jam full. Sampai rumah pun, biasanya Kala bisa menelpon Vanilla sekedar mengecek email atau sebagainya.

Vanilla jadi sebal kembali.

Sudahlah, memang dia mau keluar kerja,'kan. Ngapain juga mikirin. Buat burger ini, namanya juga perusahaan memakai tenaganya sampai malam. Wajar dong, kalau Vanilla diteraktir makan.

Vanilla sudah ada di meja kerjanya. Setiap 1 menit ia selalu melirik ke ruangan Kala. Semakin lama pria itu menenggak kopinya. Semakin tersiksa juga Vanilla.

"Lo, sih. Pakai acara ngerjain Pak Kala," runtuk, Vanilla sendiri.

****

Di dalam mobil. Justin terus mengingat kecerobohan Vanilla. Bukankah itu cukup fatal untuk orang dengan status sekretaris direktur utama? Ia memang tidak tahu, makanan itu untuk siapa. Tapi, kemungkinan besar untuk Kala.

"Heh, bodoh!" kutipnya sambil mengelus rahang tegasnya. Sepertinya, Vanilla bisa menjadi celah untuknya menjatuhkan Dikala. Ini akan menarik, mengetahui rahasia Kala dari sekretarisnya yang ceroboh itu. Justin yakin, ia bisa mempengaruhi Vanilla.

"Kalau perlu! Aku akan menjadi kekasihnya demi menjatuhkanmu, Kala! Aku memang bukan salah satu keluarga Tjandra. Tapi, jika aku bisa menjatuhkan Kala, bukan berarti aku tidak mampu dinobatkan sebagai presiden direktur pada pemilihan selanjutnya. Aku cukup mempengaruhi Pak Kale, selaku presdir saat ini juga ayah dari Dikala. Aku bisa menunjukkan seolah-olah anak lelakinya itu tidak becus bekerja. Dengan begitu, kekuasaan bisa jatuh di tanganku!" Justin bergumam sembari mengepalkan tangan, seolah kedudukan teratas dari klan Tjandra sudah ada di genggamannya.

Soal putri keluarga Tjandra. Ia pun tahu, Justin mengetahui dengan jelas siapa saja pemilik darah bangsawan itu. Namun, Alinea yang kakak Kala bukanlah permasalahan baginya. Gadis lemah yang hanya suka melakukan kegiatan kemanusiaan pastinya juga tidak tertarik dengan harta melimpah. Hanya tinggal Kala, penghalang jalannya.

Kala sebenarnya mirip dengan Alinea, ia tidak begitu silau akan harta.

Kehidupan sempurna yang dimiliki sejak kecil membuat Kala tidak punya obsesi semakin memperkaya diri. Karena ia tahu. Semakin kaya dirinya, maka semakin banyak orang yang ingin menjatuhkan. Banyak yang mendekatinya hanya untuk keuntungan pribadi, juga Kala mesti membayar semuanya dengan harus terpisah dari keluarga demi pekerjaan.

Semua itu menyulitkan bagi Kala.

Andai, ia dilahirkan menjadi orang biasa dan bisa punya waktu bercengkrama dengan keluarga lebih banyak, maka Kala akan memilih jalan itu. Memilih menjadi sederhana asalkan ia bahagia sepenuhnya.

Kala cuma berusaha yang terbaik untuk hidupnya saat ini. Apabila menjadi direktur pelaksana adalah cara ia berbakti kepada kedua orangtuanya, pastinya Kala tidak akan semudah itu menyerah. Sayangnya, Justin dan yang lain tidak tahu itu.

"Keluarga Tjandra akan berada di gengamanku. Hahaha!" teriak Justin bangga pada dirinya sendiri.

Justin seketika teringat bahwa dirinya mengenal Kala saat Kala masih 11 tahun. Ketika itu, Kala masih sangat suka bermain bola. Justrin jadi berpikir bahwa orang seperti Kala bukanlah permasalahan. Mungkin, saat dewasa ia cuma jadi atlet bola.

Ia lupa dengan istilah darah lebih kental daripada air. Sepandai atau sehebat apapun dirinya, posisi direktur utama memang hanya disiapkan untuk orang yang punya ikatan darah. Alias keturunan murni keluarga pemilik pabrik sebesar ratusan hektar itu.

Seolah, apa yang ia kerjakan selama ini untuk menyenangkan para pemimpin hilang bertiup bersama angin menjadi debu yang tak berarti. Tadinya, Justin mengira ialah satu-satunya kandidat penerus. Tetapi, beberapa bulan ini keyakinannya harus terkhianati apalagi setiap kali melihat Kala di kantor. Ia benci anak itu.

"Seharusnya ia ku bunuh sejak dulu. Aku lengah, membiarkannya hidup hanya karena berfikir ia tidak berminat meneruskan perusahaan," gumam Justin kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status