Share

Rencana Licik

Author: Mega Silvia
last update Last Updated: 2022-09-23 11:20:30

"Lho, Bapak?!" Berbeda dengan Kala, Vanilla memiliki penilaian yang baik untuk head of management itu. Meski ia masih muda, tapi Justin selalu inovatif. Terutama ia manusiawi!

"Saya yang harusnya heran. Kenapa selarut ini kamu masih ada di kantor?"

Perjalanan dari lantai 11 sampai lantai 1 jadi sangat menyenangkan setelah banyak mengobrol dengan Justin di dalam lift. Yah, meski Vanilla tidak bisa mengutarakan uneg-unegnya ke Justin.

Ia hanya bilang, sedang lembur saja waktu Justin tanya alasannya masih di kantor. Setelah keluar lift, lelaki itu lebih dulu jalan. Vanilla mengerti semua karena Justin tidak ingin dianggap akrab dengan salah satu karyawan lantas pandangan orang jadi berubah dengannya.

Vanilla tahu dari temannya, Melinda. Waktu itu tersiar desas-desus kalau ia dekat dengan Justin. Tapi Justin langsung menegurnya dan tidak mau disebut begitu. Ia cuma takut, seandainya Melinda naik jabatan. Nanti dikira, karena ia me'lobby manajemen. Sikapnya sungguh gentleman di mata Vanilla.

'Atasan yang keren tuh kayak gini. Bukan kayak Kola-Kola!' Peduli apa, toh. Kala yang lebih dulu suka salah sebut namanya.

"Saya duluan!" Meski tak sehangat seperti waktu di lift, namun Justin tetap berpamitan pada Vanilla. Vanilla hanya mengangguk sambil mengambil makanan. Karena gak fokus, makanannya jatuh sampai isinya keluar dari kantong.

"Ahk!" Buru-buru diangkatnya. Belum 5 menit! Tatapan Justin jadi memincing, sayangnya ia terlalu tak acuh menanggapi keteledoran Vanilla.

"Yah, Mbak gimana? Kok Jatuh?" kata Pak Sekuriti.

Vanilla memintanya diam. Selama gak ada yang bilang ke Kala, laki-laki itu gak akan tahu,'kan makanannya sempat jatuh ke lantai? Hehehe

Vanilla segera kembali.

Ia gak mau semakin menggerus waktu. Bisa pulang jam berapa dirinya kalau terus di sini?

"Kayaknya besok-besok aku harus bilang deh ke Pak Kala. Jangan suka pesen makanan pas OB sudah pulang. Aku juga,'kan yang ketempuan. Tapi, untung saja aku bertemu Pak Justin. Yah, minimal aku agak terhibur!" Senandikanya. Sampai di depan ruangan Kala, Vanilla gak lagi mengetuk pintu ruangan Kala. Ia gak takut. Tapi, gimana kalau seandainya Kala sedang bertelanjang dada?!

"Pak, ini makanannya!" Vanilla ingin kembali ke ruangan, tapi Kala menahannya.

"Tunggu, Vani!"

"Apa lagi, sih, Pak..." Vanilla sampai menyeret ucapan meski sekarang agak lega karena pria itu gak salah sebut lagi.

"Saya cuma mau bilang. Kalau makanan itu untuk kamu. Saya sengaja pesan buat kamu!" terangnya, dengan wajah tanpa dosa. Sesaat Vanilla mengingat kembali kejadian tadi. Padahal, hampir saja ia mau menginjak burgernya. Tapi ternyata...

"Buat saya, Pak?!" Ia terperangah

"Iyah, karena kamu sudah membuatkan saya kopi," lanjut Kala. Vanilla melirik ke cangkir itu. Masih utuh, pantas ia gak keluar tanduk dan malah baik banget. Tapi, kok ... jadi merasa bersalah gini, sih?

"Saya sudah kenyang. Buat Bapak saja!" Vanilla menolak dengan santun. Sayangnya, Kala tidak terbiasa makan malam. Ia hanya makan di bawah jam 6 sore karena itu bentuk tubuhnya sangat proposional.

"Kamu saja yang makan. Saya tahu, kamu suka cheese burger, 'kan?"

Ada saatnya, Kala bisa sangat memperhatikan tapi disaat yang lain. Ia bisa sangat tidak peduli. Tepatnya, hanya orang-orang yang menarik di matanya yang bisa membuatnya seperti itu.

Kala ingat, waktu masih di luar negeri dan mereka meeting online. Vanilla tetap memakan burgernya meski sedang bertatapan muka. Apa wanita itu lupa kalau ia sedang mengaktifkan kamera. Tapi yang jelas, Kala gak bisa lupa sama suapan Vanilla yang besar itu. Seolah-olah ikut memakan Kala.

Vanilla mengambil bungkus burger kembali. Ia merasa tangannya sangat berat bagai memikul beban puluhan kilo. Otaknya sedang berfikir, gimana setelah Kala menyicipi kopi itu. Apa ia juga mengambil kembali burger yang ada di tangan Vanilla. Tapi, kok. Ia merasa itu pantas dilakukan oleh Kala.

"Biar sekalian saya buatkan kopi yang baru. Kopi ini sudah dingin," dalihnya. Kala menggeleng. Ia gak masalah minum kopi dingin. Lagi,'kan mubazir.

Vanilla tidak bisa lagi berkelit. Ah,ya. Ia lupa, Kala juga orang yang paling efisien. Ia bukannya pelit hanya tahu bagaimana caranya memakai seluruh miliknya dengan baik dan jauh dari kata sia-sia. Seperti dia contohnya. Mentang-mentang punya sekretaris, Kala memakainya 1x24 jam full. Sampai rumah pun, biasanya Kala bisa menelpon Vanilla sekedar mengecek email atau sebagainya.

Vanilla jadi sebal kembali.

Sudahlah, memang dia mau keluar kerja,'kan. Ngapain juga mikirin. Buat burger ini, namanya juga perusahaan memakai tenaganya sampai malam. Wajar dong, kalau Vanilla diteraktir makan.

Vanilla sudah ada di meja kerjanya. Setiap 1 menit ia selalu melirik ke ruangan Kala. Semakin lama pria itu menenggak kopinya. Semakin tersiksa juga Vanilla.

"Lo, sih. Pakai acara ngerjain Pak Kala," runtuk, Vanilla sendiri.

****

Di dalam mobil. Justin terus mengingat kecerobohan Vanilla. Bukankah itu cukup fatal untuk orang dengan status sekretaris direktur utama? Ia memang tidak tahu, makanan itu untuk siapa. Tapi, kemungkinan besar untuk Kala.

"Heh, bodoh!" kutipnya sambil mengelus rahang tegasnya. Sepertinya, Vanilla bisa menjadi celah untuknya menjatuhkan Dikala. Ini akan menarik, mengetahui rahasia Kala dari sekretarisnya yang ceroboh itu. Justin yakin, ia bisa mempengaruhi Vanilla.

"Kalau perlu! Aku akan menjadi kekasihnya demi menjatuhkanmu, Kala! Aku memang bukan salah satu keluarga Tjandra. Tapi, jika aku bisa menjatuhkan Kala, bukan berarti aku tidak mampu dinobatkan sebagai presiden direktur pada pemilihan selanjutnya. Aku cukup mempengaruhi Pak Kale, selaku presdir saat ini juga ayah dari Dikala. Aku bisa menunjukkan seolah-olah anak lelakinya itu tidak becus bekerja. Dengan begitu, kekuasaan bisa jatuh di tanganku!" Justin bergumam sembari mengepalkan tangan, seolah kedudukan teratas dari klan Tjandra sudah ada di genggamannya.

Soal putri keluarga Tjandra. Ia pun tahu, Justin mengetahui dengan jelas siapa saja pemilik darah bangsawan itu. Namun, Alinea yang kakak Kala bukanlah permasalahan baginya. Gadis lemah yang hanya suka melakukan kegiatan kemanusiaan pastinya juga tidak tertarik dengan harta melimpah. Hanya tinggal Kala, penghalang jalannya.

Kala sebenarnya mirip dengan Alinea, ia tidak begitu silau akan harta.

Kehidupan sempurna yang dimiliki sejak kecil membuat Kala tidak punya obsesi semakin memperkaya diri. Karena ia tahu. Semakin kaya dirinya, maka semakin banyak orang yang ingin menjatuhkan. Banyak yang mendekatinya hanya untuk keuntungan pribadi, juga Kala mesti membayar semuanya dengan harus terpisah dari keluarga demi pekerjaan.

Semua itu menyulitkan bagi Kala.

Andai, ia dilahirkan menjadi orang biasa dan bisa punya waktu bercengkrama dengan keluarga lebih banyak, maka Kala akan memilih jalan itu. Memilih menjadi sederhana asalkan ia bahagia sepenuhnya.

Kala cuma berusaha yang terbaik untuk hidupnya saat ini. Apabila menjadi direktur pelaksana adalah cara ia berbakti kepada kedua orangtuanya, pastinya Kala tidak akan semudah itu menyerah. Sayangnya, Justin dan yang lain tidak tahu itu.

"Keluarga Tjandra akan berada di gengamanku. Hahaha!" teriak Justin bangga pada dirinya sendiri.

Justin seketika teringat bahwa dirinya mengenal Kala saat Kala masih 11 tahun. Ketika itu, Kala masih sangat suka bermain bola. Justrin jadi berpikir bahwa orang seperti Kala bukanlah permasalahan. Mungkin, saat dewasa ia cuma jadi atlet bola.

Ia lupa dengan istilah darah lebih kental daripada air. Sepandai atau sehebat apapun dirinya, posisi direktur utama memang hanya disiapkan untuk orang yang punya ikatan darah. Alias keturunan murni keluarga pemilik pabrik sebesar ratusan hektar itu.

Seolah, apa yang ia kerjakan selama ini untuk menyenangkan para pemimpin hilang bertiup bersama angin menjadi debu yang tak berarti. Tadinya, Justin mengira ialah satu-satunya kandidat penerus. Tetapi, beberapa bulan ini keyakinannya harus terkhianati apalagi setiap kali melihat Kala di kantor. Ia benci anak itu.

"Seharusnya ia ku bunuh sejak dulu. Aku lengah, membiarkannya hidup hanya karena berfikir ia tidak berminat meneruskan perusahaan," gumam Justin kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status