Share

6. Pindah

Author: Queenazalea
last update Last Updated: 2023-02-15 17:03:55

Anjani sudah selesai menyiapkan semua barang-barangnya. Beruntung juga orangtuanya percaya kalau Anjani bekerja di salah satu restoran dengan memegang beberapa kendali di sana untuk mengurus restoran milik Alvaro, yang sebenarnya dia adalah asisten di rumah pria itu sebagai juru masak pribadinya pria tersebut.

Ia memilih taksi online untuk mengantarkannya. Mulai dari pakaian dan juga sepatu serta alat make up sudah disiapkan oleh Anjani, hanya menunggu papanya untuk pulang. Dia ingin meminta izin dengan baik-baik pada papanya. Untuk saat ini Anjani juga sudah bersama dengan kedua adiknya dan juga mama tirinya.

Mereka mengobrol sebelum Anjani berangkat.

“Pesan Mama hanya satu sama kamu. Jaga diri baik-baik saat kamu lepas dari pengawasan. Jangan kecewakan Mama sama Papa.”

Anjani juga tahu bagaimana harus mengurus dirinya dengan baik. Apalagi hanya ada dia di rumah ini yang perempuan. Maka, mau tidak mau harus tetap menjaga diri dengan sangat baik. Wanita itu kemudian tersenyum kepada mama tirinya dan mengeluarkan sejumlah uang untuk mereka bertiga.

“Nanti Mama pakai ini dengan baik. Aku juga sudah dapat DP untuk masuk ke sana.”

Sementara itu Dewi yang heran dengan pekerjaan Anjani yang belum dimulai tapi sudah diberikan DP oleh bosnya. “Kamu nggak salah? Orang kalau kerja itu harus kerja dulu baru dapat uang. Kamu kok kebalikan?”

“Nggak apa-apa, Ma. Kata bos aku ini adalah DP untuk pengurusan semua restoran dia. Aku harus urus semua cabang yang dia punya. Jadi suatu saat kalau kalian mau makan di sana, jangan lupa hubungi aku.”

Bukan seperti itu maksud dari Dewi, akan tetapi Anjani belum masuk bekerja tapi sudah diberikan uang yang cukup banyak. “Ya sudahlah, kamu punya tabungan juga? Buat bayar kos kamu?”

“Sudah ada, Ma. Tenang saja, semuanya aman kok. Ini buat Mama sama adik-adik aku yang sedang berjuang ini.”

Anjani sayang pada dua adik laki-lakinya yang memang ingin dia bahagiakan. Kedua adiknya selalu akur dengannya, bahkan ketika dia pulang malam ketika kuliah dulu pun, adiknya menemani dan rela menunggu sampai malam hari saat dia punya kegiatan. Tidak ada keluhan sama sekali.

Sampai detik ini juga Anjani selalu berpikir bagaimana cara membahagiakan mereka semua.

Ingin kalau papanya juga berhenti bekerja dan menikmati hari tua bersama dengan mamanya. Namun, ini masih belum cukup. Anjani harus bisa jadi anak yang benar-benar baik dan bisa untuk menyenangkan mereka semua.

Sampai papanya pulang bekerja untuk hari ini.

Disambut dengan sangat baik, dan sebelum pergi Anjani harus menunggu pria itu pulang.

“Jadi berangkat sekarang?”

“Ya, Pa. Aku berangkat sekarang, nanti pasti pulang kok.”

Terlihat ekspresi pria itu juga berat untuk melepaskan Anjani. “Sebenarnya kamu nggak usah kerja. Kamu nikah saja, Papa punya kenalan. Kamu nikah sama dia juga nggak masalah. Kamu nggak usah kerja. Dia mau cari istri yang bisa ada di rumah terus.”

Anjani tidak mau dijodohkan, kariernya juga tidak boleh mati hanya karena itu. “Nggak, Pa. aku nggak bakalan mau untuk mendongakkan kepala terus kepada pria. Aku harus bisa mandiri, biar nggak diremehkan suatu saat nanti. Aku nggak mau kalau nanti aku diremehkan oleh orang lain.”

Dewi juga sebenarnya setuju dengan hal itu. “Ya biarin saja, Mas. Kalau itu memang kemauannya, toh juga dia aman. Dia jabatannya bagus, nanti kita bisa kunjungi kapan pun kita mau. Kamu juga pulang sekali seminggu, Nak. Biar kita bisa makan bareng di sini.”

“Tenang saja, Ma. Setiap hari Sabtu aku balik kok. Nanti kita bisa kumpul, Senin pagi aku baru balik lagi ke tempat tinggal aku.”

Walaupun berat dilepaskan. Akan tetapi akhirnya Anjani diberikan kebebasan juga untuk pergi dari rumah ini untuk memperjuangkan keluarga yang ingin sekali dibahagiakan. Taksi juga sudah menunggunya.

Orangtuanya mengantarkan dia sampai di depan rumah.

Dengan sangat baik ia bersalaman kepada kedua orangtuanya dan juga adik-adiknya yang melepaskannya. “Kakak jaga diri baik-baik. Awas kalau ada yang ganggu nanti aku ke sana.”

Anjani tidak akan diganggu, lagi pula sudah ada perjanjian dengan Alvaro, dirinya pasti akan dijaga dengan baik oleh pria itu. Karena Alvaro mengatakan akan bertanggung jawab atas semuanya.

Setibanya di sana, dia menghubungi pria itu yang kemudian Alvaro keluar dari kediamannya. Menyambut kedatangan Anjani.

Ekspresi pria itu seketika menjadi mengerikan. “Kamu angkut semua barang kamu?”

Anjani mengangguk saat ada beberapa koper yang dia bawa, belum lagi tas ranselnya. “Ini kan semua nanti aku tiba-tiba butuhin. Nggak mungkin aku pulang kan gitu aja.”

Pria itu mempersilakan Anjani masuk. “Terserahlah.”

Anjani tersenyum ke arah pria itu lalu membawa kopernya masuk satu persatu. “Kamar kamu ada di sana!” tunjuk Alvaro padanya.

Anjani mengiyakan dan langsung membawa barangnya ke dalam kamar. Ternyata waktu sampai di sana semua sudah lengkap, tempat tidur yang nyaman dan juga lemari, serta ada rak sepatu yang Anjani inginkan.

“Kak, isi kulkas ada?”

Alvaro masih berdiri di depan pintu kamarnya Anjani sembari melipat tangan di depan dada yang kemudian mengiyakan pertanyaan Anjani. “Masak gih! Lagi lapar. Tapi mau tidur dulu. Nanti bangunin, ya.”

Enak sekali perintah si pria yang mengajak Anjani ke sini. Akan tetapi dirinya juga cukup lelah dengan semua ini. Lalu kemudian Anjani tidak melanjutkan memasukkan pakaian ke dalam lemari.

“Nggak diteruskan?”

“Nanti aja. Kan kakak juga kelaparan.”

“Oh oke, kamu kalau masak jangan yang pedes ya. Aku nggak suka.”

“Apalagi?” tanya Anjani biar tidak salah memasak untuk pria ini.

Alvaro masih berpikir apa yang dia tidak sukai. “Tapi sepertinya aku nggak beli makanan yang aku nggak suka sih. Intinya jangan pedes, yang ada mules. Kamu juga jangan makan pedes, aku nggak mau kerepotan nanti bawa kamu ke rumah sakit segala.”

“Iya, Kak. Nggak makan pedes kok, Mama juga nggak bolehin.”

“Aku mau tidur bentar.”

Pria itu meninggalkan kamarnya Anjani, tetapi baru beberapa langkah dia keluar, dia langsung berbalik. “Kamu butuh mobil?”

“Nggak deh.”

“Kamu ke restoran pakai apa?”

“Ikut kakak dong.”

Alvaro padahal ingin merayu orangtuanya agar tidak memecatnya dari kantor. Dia ingin kembali ke perusahaan itu. “Anjani, bisa kita bekerja sama? Aku merindukan suasana kantor saat ini.”

Anjani menatap pria itu dan bingung arah pembicaraan apa ini.

“Maksudnya?”

“Kamu kan tahu aku dipecat.”

“Ya, tahu. Terus hubungannya sama aku?”

Alvaro yang ingin cerita tapi malah mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Lupakan saja! Ayo masak sana! Aku lapar sekali.”

Sekalipun dia ingin jujur kepada orangtuanya kalau Anjani tidak serius waktu itu. Namun membawa Anjani ke rumah orangtuanya adalah musibah terbesar. Paling tidak dia akan dipaksa untuk menikah oleh orangtuanya. Sekalipun waktu itu Anjani hanya sedang balas dendam, tapi orangtuanya sudah mengancam jika tahu wanita itu siapa, maka akan tetap jadi istrinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Dengan Boss   52. Cinta Yang Tak Habis (TAMAT)

    Sebaik itu penerimaan keluarga besarnya Alvaro tentang kehamilan Anjani yang kedua. Sekarang dia mengandung anak ketiga mereka. Mulai dari sensitifnya, marah ketika Alvaro mulai menyentuh bagian yang tidak dia sukai, terutama bagian dada. Lalu mereka pergi untuk periksa kandungan. Hasil menunjukkan dia yang berbadan dua untuk kedua kali.Kehamilan sekarang disambut baik oleh orangtuanya Alvaro. Terutama sang mama yang berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sangat adil. Si kembar juga mendapatkan perlakuan yang istimewa di sini. Jeniffer juga sangat sayang pada Anjani.Mereka memang jarang bertemu. Apalagi dulu ketika si kembar sudah ada, bahkan dia juga dilarang untuk bertemu Anjani dan Alvaro. Tapi sekarang justru mereka sangat akrab.Jeniffer sedang menyusui anaknya. Kemudian Alea datang sambil menangis dan naik ke atas sofa. “Apa sayang?”Alea menarik bajunya Anjani. Dia berusaha menyingkirkan tangan anaknya yang berusaha membuka baju. Alea menangis semakin keras dan mengatakan. “M

  • Skandal Dengan Boss   51. Pria Luar Biasa

    Pertengkaran kedua anaknya semakin menjadi-jadi di rumah ini. Ada saja yang dipertengkarkan. Tapi jangan harap suara tinggi yang keluar dari mamanya Alvaro maupun papanya. Dua anak ini sangat diperlakukan baik. Belum lagi saat bertemu Wenda. Mereka akan jadi komplotan dan ribut sana sini. Anjani ingat waktu itu dia sering bertemu dengan Wenda.Tingkat kesabaran mertuanya memang bisa diacungkan jempol. Tidak pernah memarahi mereka semua. Justru berikan pengarahan yang bagus. Memecahkan piring sudah sering terjadi. Tapi suara teriakan mamanya Alvaro tidak pernah terdengar untuk memarahi keduanya.Hari ini pun sama. Keduanya berteriak karena mainan. Anjani duduk sambil memijit pelipisnya.Kalau dia marah, pasti ditegur oleh mertuanya.Dia benar-benar merasa tidak enak hati ada di sini jika berkaitan dengan anak-anak. Aiden pernah memecahkan televisi. Tapi tidak ada kemarahan juga dari mertuanya. Sementara Anjani yang merasa menciut karena pasti itu mahal sekali.Alea menangis karena tida

  • Skandal Dengan Boss   50. Berdamai Dengan Diri Sendiri

    “Mama, bagus kan, Ma?”Anjani sedang berdandan kemudian dipanggil terus menerus oleh Alea. Hari ini dia memutuskan untuk kembali ke rumah mertuanya semenjak beberapa kali mertua dan neneknya Alvaro datang menjemput mereka semua. Tapi waktu itu karena alasan kamar si kembar yang belum jadi.Anjani juga takjub melihat perjuangan mama mertuanya yang datang meminta maaf. Mengakui kesalahan dan pergi ke rumah keluarga mendiang ibunya Anjani untuk meminta maaf meskipun ucapan itu tidak diketahui oleh mereka.Sekarang, dia telah menyanggupi ajakan pulang itu.Saat dia sedang menggunakan maskara, Alea menarik lengannya Anjani. “Mama, lihat sini dulu!”Akhirnya dia menghela napas dan melihat ke arah Alea yang dari tadi memanggilnya.Dia melihat anaknya sudah selesai terlebih dahulu didandani oleh Alvaro. Di sini Aiden selalu anteng tanpa ada masalah apa pun. Akan tetapi setelah dia melihat Alea yang memang agak centil untuk seusianya. “Bagus sayang.”Lalu Alea langsung pergi. Dia mendengar tig

  • Skandal Dengan Boss   49. Undangan Kembali

    Anak-anak dibawa oleh orangtuanya, sedangkan Anjani dan Alvaro berkunjung ke rumah orangtua pria itu. Untuk pertama kalinya semenjak dia menginjakkan kaki lagi di rumah itu setelah sekian lama. Dulu, di sini dia mendapatkan kasih sayang paling baik dari mertuanya. Akan tetapi semenjak kejadian di mana dia ketahuan hamil di luar nikah. Mertuanya begitu kecewa dan memperlakukan dia dengan cara tidak baik.Beruntungnya suami juga tidak menuruti ucapan orangtuanya. Justru memperjuangkan Anjani dan juga anak-anak saat itu juga.Alvaro adalah pria keras kepala yang pernah Anjani temui selama ini. memiliki karakter yang paling beda dari kebanyakan orang yang pernah dia kenal. Sementara dia adalah seorang wanita yang dibesarkan dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan juga kemandirian. Bertemu dengan pria yang memiliki segalanya.Jika dikatakan secara ekonomi, Anjani jelas jauh di bawah Alvaro. Tapi entah kenapa sejak mereka berkasus, keduanya sama-sama jatuh cinta. Sampai Anjani tida

  • Skandal Dengan Boss   48. Usaha Menyatukan

    Alvaro bangun pagi-pagi karena kedua anaknya yang masuk ke dalam kamar begitu saja. Sedangkan dia belum mengenakan apa pun. Dia menoleh ke sebelahnya juga tidak ada Anjani.Sekarang yang menjadi masalah di sini adalah dia tidak mengenakan celana. Hanya menutupi tubuhnya dengan selimut usai bercinta tadi pagi.“Papa, kakak ikut kerja, ya!”“Alea juga, Papa.”Alvaro menghela napasnya. “Papa nggak ke kantor.”“Kenapa?”“Hari ini mau ajak Mama ke klinik kecantikan.”“Oh kita boleh ikut?”“Nanti pas pulangnya aja, ya.”“Mama disuntik di sana, Pa?”Keduanya naik ke atas ranjang. Alvaro tidak bisa membuka dirinya sekarang. “Biar Mama tetap cantik. Papa makin sayang sama Mama.”“Kalau nggak cantik, Papa nggak sayang?” tanya Aiden dengan polos.“Papa tetap sayang sama Mama.”Keduanya justru duduk di dekatnya Alvaro. Anak-anak yang dulu tidak pernah diinginkan Anjani sekarang tumbuh dengan sangat baik. Apalagi keduanya menjadi kesayangan di keluarga Anjani maupun Alvaro.“Kakak, adik sini benta

  • Skandal Dengan Boss   47. Merindukan Kebersamaan

    Alvaro duduk di ruang tamu sambil mengirimkan pesan kepada mamanya kalau dia sebentar lagi akan ke sana. orangtuanya meminta pulang. Dia juga sudah izin kepada kedua mertuanya. Tapi lihat saja bagaimana kelakuan anak-anak kalau Alvaro sudah rapi. Keduanya pasti akan menempel padanya. Seolah mengerti kalau sebentar lagi akan keluar rumah.“Kakak, ambilin Kakek asbak di dekat akuarium!”Aiden turun dari sofa karena mengerti ini adalah pengalihan mertuanya agar dia bisa pergi dari rumah tanpa anaknya menangis ingin ikut.“Papa duduk situ!” perintah Aiden dan seolah mengerti sebentar lagi Alvaro akan pergi.Yang belum bisa disingkirkan adalah Alea. Tatapan anaknya yang dari tadi tidak lepas dari Alvaro.Anaknya menyengir waktu itu. “Papa mau ke mana?”“Papa nggak ke mana-mana.”“Kenapa Papa ganteng?” maksud Alea adalah rapi karena seperti biasa. Kalau Alvaro berpenampilan seperti ini, tandanya dia akan pergi.“Nggak ada, Papa cuman di rumah kok.”Tapi anaknya tidak menanggapi lagi. Alea y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status