Share

5. Sepakat

Author: Queenazalea
last update Last Updated: 2022-10-30 04:00:08

Alvaro mendapatkan kabar dari Anjani kalau wanita itu akan segera ke restoran yang sudah diberitahukan olehnya. Sementara saat ini dia sedang menemani sang nenek di sana.

Anjani juga memberitahukan kalau dia akan tiba setengah jam lagi karena keadaan yang sedikit macet.

“Kamu dengar nggak nenek cerita?”

“Ya, Nek. Aku dengar.”

“Kamu bisa-bisanya ditendang dari rumah sama Papa kamu. Lagian kamu juga kan mau nikah sama, Rena.”

“Jangan bahas dia, Nek. Nenek tahu sendiri kan kalau kesalahan itu nggak akan pernah bisa bikin semua balik.”

“Emang masalah apa?”

Tidak mungkin cerita untuk saat ini. Apalagi Anjani yang akan datang kemari, kalau Anjani datang sudah pasti digampar oleh neneknya Alvaro yang sudah menghancurkan hubungan pria itu dengan wanita lain.

Mereka makan bersama sampai Anjani menghubungi.

Alvaro mengangkat tangannya ketika Anjani datang. Wanita itu menghampirinya dan ia mempersilakan wanita itu duduk. “Duduklah!”

Anjani melepaskan tasnya dan berkata. “Nenek, kita ketemu lagi?”

Ekspresi Alvaro malah menatap ke arah neneknya yang juga menyambut hangat Anjani. “Kaki Nenek baik-baik saja?”

Sialan, berarti yang ditolong oleh Anjani waktu itu adalah neneknya Alvaro sendiri. Namun malah diusir olehnya ketika terlambat datang ke kantor. “Barusan Nenek cerita sama kamu soal dia. Nenek nggak sempat tanya namanya atau nenek yang lupa sama namanya. Yang penting ketemu di sini.”

Beruntung tidak dia katakan siapa wanita gila yang menghancurkan hubungannya. Bisa-bisa Alvaro mati kutu karena neneknya di sini dan bertemu dengan Anjani. “Kaki saya sudah membaik. Terima kasih bantuan kamu waktu itu. Terus gimana? Kamu bilang buru-buru waktu itu, kan.”

“Iya, Nek. Nggak diterima tapi di kantor itu. Tapi nggak apa-apa. Hari ini sudah mulai kerja di sini.”

Wanita ini juga tidak mengatakan yang menolak dan mengusirnya dari perusahaan adalah Alvaro. Berarti dia konsisten untuk sama-sama menjaga rahasia berdua. “Kamu beneran kerja di sini?”

“Ya, saya kerja di sini, Nek.”

“Syukurlah, kita bisa ketemu setiap hari. Kebetulan restoran ini punya cucunya Nenek. Nih bos kamu cucu Nenek.”

Tatapan mereka berdua tajam saling tatap seolah arus listrik sedang menjalar antara mereka. Anjani langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat mencari kesadaran. Ingat bahwa mereka akan tinggal berdua, itu paling mengerikan.

Selesai makan, Alvaro bangun dari tempat duduknya. “Nenek bilang tadi mau istirahat. Nenek pulang dulu, ya. Aku mau ngomong sama Anjani, dia hari ini pertama masuk. Jadi perlu perkenalan.”

Padahal dia ingin mengusir neneknya sendiri karena sudah bertemu dengan Anjani mungkin akan jadi bencana. Apalagi kalau sampai keceplosan.

Neneknya sudah pergi. Alvaro berkacak pinggang sewaktu mengajak Anjani masuk ke dalam ruangan khusus dan menatap wanita itu dengan lekat. “Kenapa kamu nggak bilang yang kamu tolong itu adalah Nenekku?”

Anjani malah mengangkat kedua bahunya. Lalu mengatakan. “Aku ini bukan orang yang punya kekuatan supranatural, ya. Juga nggak ada tuh tulisan 'Neneknya Alvaro' di kalung Nenek. Aku kan sudah bilang nggak bisa abai sama hal seperti itu. Apalagi di sana cuman ada aku.”

Pria itu menarik napas dalam-dalam. “Oke, pertama aku ucapkan terima kasih. Kedua aku minta maaf atas apa yang aku lakukan ke kamu tanpa dengerin penjelasan kamu di kantor waktu itu. Dan yang ketiga, tolong jangan bilang ke Nenek kamu ditolak di perusahaanku. Kita sama-sama saling sembunyikan.”

“Aku tahu itu.”

Pria itu kemudian menganggukkan kepala dan bagus kalau Anjani paham. “Surat kontrak kamu sudah aku kerjakan. Tinggal tanda tangan dan bawa pulang. Kamu besok bisa pindah ke rumahku.”

Anjani menatap Alvaro dengan sinis. Lalu kemudian dia memeluk tubuhnya sendiri. “Pikiranmu liar, aku bukan orang yang ada di dalam pikiranmu.”

“Tapi kamu kelihatan mesum.”

Baaaaaam.

Alvaro merasa ditampar oleh ucapan dari wanita ini. “Kamu itu nggak ada rem ya kalau ngomong. Main nyablak gitu lho.”

Anjani menutup mulutnya. “Ya udahlah, yang penting kamu bisa masak.”

“Bisa, di rumah sering masak.”

“Mana nomor rekening kamu?”

Wanita itu mendongakkan kepala menatap Alvaro. “Langsung gajian?”

“DP doang ya, biar kamu nggak bisa lari. Otakku sudah mumet, Anjani. Jangan tambah beban, apalagi ngaku lagi hamil. Aku bisa gila.”

“Nggak lagi, Pak. Sumpah nggak bakalan.”

Alvaro menyodorkan ponselnya. “Masukin nomor rekening kamu. Kita ketemu besok di rumahku. Kamu datangnya agak pagian, ya.”

“Barang aku banyak, Pak.”

“Kirim mulai hari ini.”

Alvaro kemudian mengirimkan sejumlah uang.

Wanita itu merasa belum bekerja tapi sudah digaji. “DP 40 juta. Kamu jangan lari. Gaji kamu beda nanti. Itu sebagai permulaan. Jangan bawa lemari kamu, ya. Aku cekik kamu kalau bawa lemari ke rumah.”

“Iya deh iya.”

Tapi Anjani membelalakkan matanya menyadari uang yang disebutkan tadi empat puluh juta. “Ini lagi nggak bercanda, kan?”

“Nggak, itu buat kamu urus diri kamu selama di rumahku. Uang itu untuk biaya kamu selama tinggal nanti. Sedangkan gaji kamu silakan kirim ke orangtua seperti yang kamu bilang.”

Anjani tersenyum pada pria itu.

Sial, Alvaro kehilangan kesadaran. Kenapa wanita ini cantik sekali?

Anjani baru tersenyum dan baru pertama kali ini terlihat berdandan dan serius untuk penampilan.

“Satu hal, jangan pakai celana pendek di rumahku.”

Anjani mengiyakan. “Aku nggak punya celana pendek.”

“Oke.”

“Uangnya boleh dipakai nggak?”

“Silakan, itu hak kamu. Yang penting besok jangan terlambat. Kamu harus siap-siap juga. Ohya aku lupa bilang, restoran bukan hanya satu ya. Nenek serahkan ini semua ke aku barusan. Yang di kelola ada tujuh. Kamu urus semua.”

“Heh?”

“Gaji naik, kamu tenang saja. Kamu nanti fasilitasnya mobil, sana sini kamu urus apa yang jadi keluhan. Kamu nggak setiap hari kelilingi semuanya. Paling seminggu sekali. Apa pun keluhan kamu harus ngomong!”

“Baik, Pak.”

“Kamu panggil, Al! Nggak usah panggil Bapak. Aku nggak pernah nikah sama Ibu tiri kamu.”

Anjani menghentakkan kakinya kesal dengan jawaban dari pria itu. “Kamu menyebalkan juga.”

“Kamu lebih menyebalkan, nggak ngomong soal Nenek.”

Anjani lagi-lagi harus menghadapi pria itu dengan pertanyaan yang sama. “Aku sudah bilang aku nggak tahu, Al. Kamu nggak ngerti banget sih.”

Pria itu menjambak rambutnya. “Aku mau gila kehilangan pekerjaan.”

“Kan restoran ada tujuh. Ya jalani, kita kerja sama.”

“Sial, aku putus cinta, Anjani. Kamu benar-benar wanita paling sialan yang aku kenal.”

“Eiiiiits, nanti Tuhan marah lho kamu bilang begitu. Nggak boleh benci sama orang, ya. Mama pernah bilang kalau terlalu benci sama orang nanti jatuh cinta.”

Alvaro sudah ditembak dengan ucapan itu oleh Anjani. Kalau boleh jujur, Anjani lebih cantik dibandingkan dengan Rena.

Pria itu menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata. “Terserah.”

“Terima kasih, Pak.”

“Jangan bilang, Bapak! Yang ada kamu ya yang jatuh cinta ke aku.”

“PD bener.”

Hidupnya sudah berubah, bertemu wanita gila seperti Anjani. “Tanda tangan itu dulu dong! Terus kamu pergi juga nggak masalah.”

“Nanti aku bawa barang ke sana, Kak.”

Alvaro mengangguk lebih suka dipanggil kakak dibandingkan bapak seperti tadi. “Nenek sepertinya bakalan nyariin kamu terus. Ingat jaga jarak sama, Nenek! Aku nggak mau ada salah paham apa pun.”

“Iya, Kak. Aku pergi dulu kalau begitu. Ini sudah aku tanda tangani dan boleh dibawa pulang!”

“Iya, kamu berikan ke orangtua kamu sebagai bukti kontrak kerja dan surat izin kamu untuk tinggal di tempatku.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Dengan Boss   52. Cinta Yang Tak Habis (TAMAT)

    Sebaik itu penerimaan keluarga besarnya Alvaro tentang kehamilan Anjani yang kedua. Sekarang dia mengandung anak ketiga mereka. Mulai dari sensitifnya, marah ketika Alvaro mulai menyentuh bagian yang tidak dia sukai, terutama bagian dada. Lalu mereka pergi untuk periksa kandungan. Hasil menunjukkan dia yang berbadan dua untuk kedua kali.Kehamilan sekarang disambut baik oleh orangtuanya Alvaro. Terutama sang mama yang berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sangat adil. Si kembar juga mendapatkan perlakuan yang istimewa di sini. Jeniffer juga sangat sayang pada Anjani.Mereka memang jarang bertemu. Apalagi dulu ketika si kembar sudah ada, bahkan dia juga dilarang untuk bertemu Anjani dan Alvaro. Tapi sekarang justru mereka sangat akrab.Jeniffer sedang menyusui anaknya. Kemudian Alea datang sambil menangis dan naik ke atas sofa. “Apa sayang?”Alea menarik bajunya Anjani. Dia berusaha menyingkirkan tangan anaknya yang berusaha membuka baju. Alea menangis semakin keras dan mengatakan. “M

  • Skandal Dengan Boss   51. Pria Luar Biasa

    Pertengkaran kedua anaknya semakin menjadi-jadi di rumah ini. Ada saja yang dipertengkarkan. Tapi jangan harap suara tinggi yang keluar dari mamanya Alvaro maupun papanya. Dua anak ini sangat diperlakukan baik. Belum lagi saat bertemu Wenda. Mereka akan jadi komplotan dan ribut sana sini. Anjani ingat waktu itu dia sering bertemu dengan Wenda.Tingkat kesabaran mertuanya memang bisa diacungkan jempol. Tidak pernah memarahi mereka semua. Justru berikan pengarahan yang bagus. Memecahkan piring sudah sering terjadi. Tapi suara teriakan mamanya Alvaro tidak pernah terdengar untuk memarahi keduanya.Hari ini pun sama. Keduanya berteriak karena mainan. Anjani duduk sambil memijit pelipisnya.Kalau dia marah, pasti ditegur oleh mertuanya.Dia benar-benar merasa tidak enak hati ada di sini jika berkaitan dengan anak-anak. Aiden pernah memecahkan televisi. Tapi tidak ada kemarahan juga dari mertuanya. Sementara Anjani yang merasa menciut karena pasti itu mahal sekali.Alea menangis karena tida

  • Skandal Dengan Boss   50. Berdamai Dengan Diri Sendiri

    “Mama, bagus kan, Ma?”Anjani sedang berdandan kemudian dipanggil terus menerus oleh Alea. Hari ini dia memutuskan untuk kembali ke rumah mertuanya semenjak beberapa kali mertua dan neneknya Alvaro datang menjemput mereka semua. Tapi waktu itu karena alasan kamar si kembar yang belum jadi.Anjani juga takjub melihat perjuangan mama mertuanya yang datang meminta maaf. Mengakui kesalahan dan pergi ke rumah keluarga mendiang ibunya Anjani untuk meminta maaf meskipun ucapan itu tidak diketahui oleh mereka.Sekarang, dia telah menyanggupi ajakan pulang itu.Saat dia sedang menggunakan maskara, Alea menarik lengannya Anjani. “Mama, lihat sini dulu!”Akhirnya dia menghela napas dan melihat ke arah Alea yang dari tadi memanggilnya.Dia melihat anaknya sudah selesai terlebih dahulu didandani oleh Alvaro. Di sini Aiden selalu anteng tanpa ada masalah apa pun. Akan tetapi setelah dia melihat Alea yang memang agak centil untuk seusianya. “Bagus sayang.”Lalu Alea langsung pergi. Dia mendengar tig

  • Skandal Dengan Boss   49. Undangan Kembali

    Anak-anak dibawa oleh orangtuanya, sedangkan Anjani dan Alvaro berkunjung ke rumah orangtua pria itu. Untuk pertama kalinya semenjak dia menginjakkan kaki lagi di rumah itu setelah sekian lama. Dulu, di sini dia mendapatkan kasih sayang paling baik dari mertuanya. Akan tetapi semenjak kejadian di mana dia ketahuan hamil di luar nikah. Mertuanya begitu kecewa dan memperlakukan dia dengan cara tidak baik.Beruntungnya suami juga tidak menuruti ucapan orangtuanya. Justru memperjuangkan Anjani dan juga anak-anak saat itu juga.Alvaro adalah pria keras kepala yang pernah Anjani temui selama ini. memiliki karakter yang paling beda dari kebanyakan orang yang pernah dia kenal. Sementara dia adalah seorang wanita yang dibesarkan dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan juga kemandirian. Bertemu dengan pria yang memiliki segalanya.Jika dikatakan secara ekonomi, Anjani jelas jauh di bawah Alvaro. Tapi entah kenapa sejak mereka berkasus, keduanya sama-sama jatuh cinta. Sampai Anjani tida

  • Skandal Dengan Boss   48. Usaha Menyatukan

    Alvaro bangun pagi-pagi karena kedua anaknya yang masuk ke dalam kamar begitu saja. Sedangkan dia belum mengenakan apa pun. Dia menoleh ke sebelahnya juga tidak ada Anjani.Sekarang yang menjadi masalah di sini adalah dia tidak mengenakan celana. Hanya menutupi tubuhnya dengan selimut usai bercinta tadi pagi.“Papa, kakak ikut kerja, ya!”“Alea juga, Papa.”Alvaro menghela napasnya. “Papa nggak ke kantor.”“Kenapa?”“Hari ini mau ajak Mama ke klinik kecantikan.”“Oh kita boleh ikut?”“Nanti pas pulangnya aja, ya.”“Mama disuntik di sana, Pa?”Keduanya naik ke atas ranjang. Alvaro tidak bisa membuka dirinya sekarang. “Biar Mama tetap cantik. Papa makin sayang sama Mama.”“Kalau nggak cantik, Papa nggak sayang?” tanya Aiden dengan polos.“Papa tetap sayang sama Mama.”Keduanya justru duduk di dekatnya Alvaro. Anak-anak yang dulu tidak pernah diinginkan Anjani sekarang tumbuh dengan sangat baik. Apalagi keduanya menjadi kesayangan di keluarga Anjani maupun Alvaro.“Kakak, adik sini benta

  • Skandal Dengan Boss   47. Merindukan Kebersamaan

    Alvaro duduk di ruang tamu sambil mengirimkan pesan kepada mamanya kalau dia sebentar lagi akan ke sana. orangtuanya meminta pulang. Dia juga sudah izin kepada kedua mertuanya. Tapi lihat saja bagaimana kelakuan anak-anak kalau Alvaro sudah rapi. Keduanya pasti akan menempel padanya. Seolah mengerti kalau sebentar lagi akan keluar rumah.“Kakak, ambilin Kakek asbak di dekat akuarium!”Aiden turun dari sofa karena mengerti ini adalah pengalihan mertuanya agar dia bisa pergi dari rumah tanpa anaknya menangis ingin ikut.“Papa duduk situ!” perintah Aiden dan seolah mengerti sebentar lagi Alvaro akan pergi.Yang belum bisa disingkirkan adalah Alea. Tatapan anaknya yang dari tadi tidak lepas dari Alvaro.Anaknya menyengir waktu itu. “Papa mau ke mana?”“Papa nggak ke mana-mana.”“Kenapa Papa ganteng?” maksud Alea adalah rapi karena seperti biasa. Kalau Alvaro berpenampilan seperti ini, tandanya dia akan pergi.“Nggak ada, Papa cuman di rumah kok.”Tapi anaknya tidak menanggapi lagi. Alea y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status