Home / Rumah Tangga / Skandal Gila Suamiku / BAB 4- Ubah Strategi

Share

BAB 4- Ubah Strategi

last update Last Updated: 2023-11-30 23:20:48

“Nggak ada. Siapa yang aku datangi? Emang Sayank curiganya sama siapa?”

“Ya sebut aja siapa perempuan yang sedang Sayank dekatin.”

“Detrin?” ia menyebut nama perempuan yang pernah ia kenal lewat chat dan dulu ia ceritakan padaku. Ia pasti sengaja menyebut nama yang tak ada hubungannya sama sekali.

“Nggak tahu. Tapi bukan. Dia orang dekat kok.” Sindirku, kupikir ia akan sadar kalau yang dimaksud adalah Riya.

“Siapa ya?” tanyanya berlagak pilon. Sambil memandang ke langit-langit rumah, seolah jawabannya ada di sana.

“Sayank akrab sama dia, suka bercanda dan godain dia.”

“Siapa? Riya?”

DHESSS... Akhirnya ia sebut juga nama itu.

“Oh jadi Riya orangnya?”

“Nggak. Bukan. Aku nggak ngerti apa maksud Sayank. Katanya yang suka bergurau dengan aku, orang dekat. Aku Cuma asal sebut aja nama Riya.”

Aku mengurut pelipis. Tidak bisa seperti ini! Selagi aku tak punya bukti akurat yang bisa membuatnya mati kutu dan mengaku sendiri, selagi itu pula ia akan mati-matian menutupi sampai akhir. Kalau hanya sekedar mengandalkan omongan perempuan itu, bisa saja mereka nanti mengelak dan bahkan balik menyalahkanku.

Tapi, aku juga jadi ragu sendiri, apa benar dengan apa yang dikatakan Riya? Atau itu hanya untuk membuat hubunganku dengan Bang Roni merenggang? Tapi buat apa?

Selama ini aku mengenal Riya adalah orang yang baik dan dermawan. Ia suka memberi dan berbagi bahkan bukan hanya denganku, tapi juga dengan orang lain. Riya sosok orang ramah yang gampang akrab dengan orang baru, berbeda denganku yang agak tertutup dan pemalu.

Aku hanya bisa akrab dengan orang-orang yang bisa membuatku nyaman. Dan belakangan ini, aku cukup akrab dengan Riya, sejak ia sering meminta aku memasak dan menjaga anak-anaknya.

Hanya saja, memang sudah sejak lama aku melihat gelagat lain dari Riya setiap kali bertemu dan berbicara dengan Bang Roni. Ia terlihat caper dan gurauannya selalu mengarah ke topik-topik tentang cinta.

Suamiku yang memang suka bercanda, jadi terlihat keasyikan setiap kali meladeni banyolan Riya. Aku kadang hanya tersenyum melihat betapa akrabnya mereka. Tak sedikit pun curiga, karena memang mereka adalah sepupu kandung. Mertua perempuanku adalah adik dari Ibu Riya yang biasa kupanggil Bi Surani.

Bukan hanya itu saja, setiap kali kami ada acara kumpul keluarga besar, di saat baru datang dan tiba giliran Bang Roni bersalaman dengan Riya, perempuan itu selalu menyodorkan tangan menyuruh suamiku untuk mencium tangannya. Meski dibalut gurauan, aku tahu kalau itu seperti ia mengharap tangannya dicium, karena mungkin ia pernah melihat Bang Roni mencium punggung tanganku setiap kali mau bepergian ke mana-mana.

Pernah juga, saat lebaran kami menumpang mobil baru milik Riya untuk bersilaturahmi ke rumah keluarga yang lain. Bang Roni yang memang mahir mengemudi diminta untuk menyetir. Anehnya, Riya menyuruhku untuk duduk di kursi belakang bersama Bang Sarip suaminya. Sementara ia duduk di depan, bersama suamiku. Dan bisa kulihat betapa cerianya ia selama duduk di samping Bang Roni yang sedang menyetir, seolah-olah mereka adalah pasangan suami istri.

Feeling perempuan itu tak pernah salah. Aku tahu kalau Riya sudah menaruh hati sejak lama dengan Bang Roni. Tapi tak kuambil pusing. Aku justru saat itu bangga. Karena berpikir, wajah manis suamiku itu bisa membuat banyak wanita yang kelepek-kelepek. Artinya, aku adalah wanita beruntung yang bisa mendapatkannya.

Tapi kini, akibat aku yang terlalu santai dan lengah, aku kecolongan. Kalau memang benar apa yang diakui Riya, berarti ini semua terjadi juga karena kesalahanku.

“Jadi bener, Sayank lagi nggak ada hubungan dengan perempuan lain?” tanyaku dengan nada mulai menurun. Kini aku akan mengubah strategi. Karena cara sebelumnya tak akan berhasil.

“Nggak. Aku Cuma sayang dengan istriku.” Jawab Bang Roni sambil merangkul tubuhku. Tapi cepat ku lepas.

“Kok dilepas? Nggak mau dipeluk? Nanti aku diambil orang loh.” Guraunya.

“Aaaambillaah...” ujarku dengan nada cuek. “Kulepaskan kalau emang ada yang mau.”

“Kok gitu sih? Emang nggak sayang lagi sama aku? Nggak mau mempertahankan aku?” tanyanya seperti kaget dengan jawabanku.

“Kalau Sayank begitu gampang diambil orang, bukan berarti orang itu hebat. Tapi emang dasar Sayank aja yang gampang diambil. Kalau berkeras mau bertahan, nggak mungkin semudah itu diambil orang kan? Jadi untuk apa aku mati-matian mempertahankan orang yang udah nggak mau bertahan denganku? Lebih baik kuberikan sekalian.”

Bang Roni tercengang mendengar jawabanku. Namun kemudian ia terlihat sudah kembali berusaha tersenyum.

“Awas nangis.” Oloknya.

“Kalau melepas duri yang menyakitkan udah pasti nangis. Tapi aku yakin nangisnya nggak akan lama. Yang penting, duri itu cepat menunjukkan diri, jadi aku tahu kalau punya luka.” Sindirku dengan bahasa puitis.

“Nggak ngerti.” Kata Bang Roni.

Aku tersenyum. “Aku ingatkan ya Sayank. Kalau memang sekarang sedang mengkhianatiku, cepat ngaku. Biar gampang aku ambil keputusan. Siapkan aja uang untuk aku pulang kampung.” Kataku ketus.

“Tapi aku nggak selingkuh.”

“Ya syukur kalau nggak. Tapi ingat, Allah akan menunjukkan padaku bagaimanapun caranya.”

“Masa’ kalau aku selingkuh Sayank mau pulang?”

“Iyalah. Ngapain aku di sini kalau Sayank punya cinta yang lain? Kalau Sayank berani selingkuh, hanya ada dua pilihan.”

“Apa tuh?”

“Hubungan kita selesai dan aku kembali ke orang tuaku....”

“Nggak boleh!” potongnya. Padahal aku belum sempat menyelesaikan kalimatku.

“Kalau nggak mau pisah sama aku, maka kupastikan aku akan melakukan hal yang sama.”

“Sayank mau selingkuh juga?”

Aku menyeringai. “Iya dong. Biar Sayank juga merasakan gimana sakitnya diduakan. Dan merasakan gimana rasanya saat tahu pasangan kita mencium orang lain selain kita.” Sindirku.

“Untung aku nggak selingkuh.” Katanya enteng.

Aku hanya tersenyum kecil. Oh ya? Kita lihat saja. Aku akan coba membuktikan sendiri kebenaran omongan Riya. Setidaknya aku harus melihat, gerak-gerik Bang Roni beberapa hari ini. Untuk sementara, aku akan berpura-pura bodoh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 50 -TAMAT- (Yang Terbaik Untuk Semua)

    Pagi yang tenang, diiringi kicauan burung di pepohonan sekitar rumah. Embun membasahi tanaman bunga yang menghiasi halaman. Dan angin segar yang masih terasa dingin karena matahari belum juga menampakkan diri, menerpa wajahku yang sejak tadi duduk di teras sambil memegang tasbih digital. “Erin sama Erlan tidur lagi ya, habis shalat subuh?” tanya Ibu yang tiba-tiba saja muncul di belakangku. “Iya Bu. Biarin aja, mungkin mereka masih mengantuk.” Kataku, masih sambil menekan tasbih. “Jangan dibiasakan Sar, mereka tidur lagi habis shalat subuh. Biarpun lagi libur sekolah.” “Hari ini aja Bu. Biarlah mereka mengumpulkan tenaga buat menempuh perjalanan jauh.” “Iya juga sih.” Ibu mengambil posisi duduk di sampingku. “Udah berapa lama ya kamu nggak ketemu sama keluarga Roni? Nggak terasa kamu udah nggak pernah ke sana lagi sejak bercerai dan Roni mondok di pesantren.” “Ya kalau dihitung-hitung , sekitar dua tahunan Bu. Kan Eri

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 49 Menjauh Agar Tak Saling Menyakiti

    Aku berdecih mendengar kalimat Riya. Perempuan ini sepertinya masih belum sadar, kalau dialah yang telah membuat hubunganku dengan Bang Roni jadi kandas.Dia pikir, semudah itu aku bisa kembali dengan Bang Roni, setelah rasa cinta dan kepercayaanku dilalap habis-habisan akibat perbuatannya?“Kamu pikir aku akan kembali menerima Roni, setelah aku tahu dia selingkuh dengan sepupunya sendiri?” tanyaku tajam. “Sekarang aku tanya, kenapa nggak kamu aja yang nikah sama dia? Pun kalian sekarang udah sama-sama sendiri. Bukannya dulu kau bilang padaku kalau kau memikirkan Roni terus, sampai nggak enak makan nggak enak tidur? Sekarang ambillah dia, karena aku sudah mengalah dan meninggalkannya. Nggak ada lagi yang menghalangi hubungan kalian sekarang.” Kataku lagi.Riya diam, namun kemudian ia pun mulai kembali bicara.“Aku datang ke sini mau meminta maaf padamu secara langsung. Maaf, atas apa yang telah aku lakukan. Maaf karena aku telah membuat rumah tanggamu dengan Roni

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 48 Kembali Bertemu Dengan Riya

    Aku baru ingat, kalau uang yang tadi diberikan Bang Roni belum sempat kumasukkan ke dalam kamar, masih tergeletak di meja ruang tamu.“Sar, ini uang siapa? Kok banyak banget? Dapat dari mana kamu?” tanya Ibu kaget.Aku bingung hendak menjawab apa. Kalau kubilang dari Bang Roni, pasti anak-anak akan menangis karena tahu ayahnya pergi tak berpamitan pada mereka.“Nanti kuberitahu Bu. Sekarang aku mau menyiapkan makanan buat Erin sama Erlan dulu.” Kataku akhirnya.Ibu hanya mengangguk mengiyakan. Aku izin masuk ke dalam dan mengambil uang yang tadi diberikan Bang Roni. Untuk sementara, aku akan menyimpannya terlebih dahulu di lemari dalam kamar.Setelah anak-anak selesai makan, aku menyuruh mereka untuk tidur siang. Itu memang sebuah hal yang wajib, agar mereka tak mengantuk saat pergi mengaji nanti sore.Aku mendatangi Ibu yang sedang sibuk menjahit baju daster favoritnya sambil membawa uang yang tadi diberikan Bang Roni.“Bu, uang ini dari Bang Roni

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 47 Perpisahan Yang Menyayat Hati

    “Waktu kemarin aku mau pulang, kamu ada bilang kan, kalau aku harus melakukan sesuatu yang bisa membantuku untuk bangkit dan melupakan semuanya? Aku udah berpikir masak-masak selama beberapa hari ini. Dan aku rasa, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku... Udah memutuskan untuk pergi menenangkan diri di pesantren.” Ujar Bang Roni sambil menunduk.“Kamu mau mondok?” tanyaku agak terkejut. Karena tak pernah terpikir kalau Bang Roni akan mengambil keputusan seperti ini.“Iya. Aku akan melanjutkan pendidikan di salah satu pondok pesantren besar di Jawa Timur.” Jawab Bang Roni.“Kapan?”“Hari ini juga, Sar. Aku ke sini hanya singgah sebentar. Ada yang mau kuberikan padamu.”Aku mengerutkan alis. “Memangnya kamu mau memberikan apa?” tanyaku penasaran.Bang Roni tak langsung menjawab. Ia justru meletakkan di depan kami, tas ransel yang sejak tadi ada di punggungnya.Dan apa yang ia keluarkan dari dalam tas itu membuatku membelalakkan mata.Itu gepoka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 46 Berpamitan

    Aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan Azmil. Menjadi salah satu selingkuhan Riya, adalah sesuatu yang sangat tak masuk akal bagiku. Dari mana mereka bisa saling mengenal?“Kamu nggak lagi bercanda kan, Mil? Bagaimana bisa kamu jadi selingkuhan Riya? Dari mana kamu kenal dia?” tanyaku.“Aku sering melihat akun Facebook kamu, Sar. Dan nggak tahu gimana, dia meminta untuk berteman denganku di Facebook. Awalnya aku hanya berharap bisa mendapat kabar tentang kamu, karena aku tahu dia adalah sepupu Roni. Tapi....”“Tapi kenapa?” tanyaku, karena kulihat Azmil seakan ragu untuk melanjutkan kalimatnya.“Lama-kelamaan dia minta aku untuk jadi selingkuhannya. Dia banyak cerita dan curhat soal rumah tangganya yang hambar. Dia bilang, kalau suaminya nggak perhatian dan dingin.”“Dan kamu setuju, menjadi selingkuhan istri orang?” tanyaku geram.“Aku nggak bisa nolak. Selain karena dia membayar aku, dia juga selalu melakukan hal yang mem

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 45 Kenyataan Yang Mengejutkan

    “Ayah jangan pulang....”Erin dan Erlan merengek bersamaan saat Bang Roni pamit pulang pagi ini. Sudah lima hari Bang Roni di sini, dan memang sudah saatnya untuk pergi.Meski ikut sedih melihat betapa beratnya melihat perpisahan di depan mata antara ayah dan anak, aku berusaha untuk bersikap biasa saja.“Aku pulang dulu ya Sar. Kamu yakin nggak apa-apa kalau aku tinggal? Aku khawatir Azmil dan ibunya akan mengganggu kamu lagi.” Ujar Bang Roni, sesaat setelah ia melepaskan pelukan pada kedua anaknya.“Nggak apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Kataku datar.Bang Roni mengangguk. “Aku tahu, kamu pasti akan baik-baik aja. Kamu adalah perempuan yang hebat.” Katanya dengan nada sedih.Kami berdua sempat terdiam. Bang Roni juga seakan enggan untuk langsung pergi. Mungkin saja dalam hati ia berharap agar aku menahan langkahnya.Tapi itu tak mungkin aku lakukan karena aku sudah melepaskan dan mengikhlaskan dia untuk pergi dari hidupku.“Sartika, s

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 44 Dilabrak

    “Masuk dulu, Bu.” Kataku sambil menunjuk ke dalam rumah, mencoba untuk beramah-tamah.“Saya nggak mau lama-lama di sini. Saya datang ke sini karena saya dengar kamu menggoda Azmil.”Dahiku berkerut. “Mungkin Ibu salah paham, saya nggak melakukan hal yang seperti itu.” Kataku kemudian.“Halah nggak ada gimana? Kamu ngajak Azmil ketemuan sampai dua kali kan? Gara-gara itu, Azmil juga jadi nggak mau dijodohin, padahal kemarin udah setuju. Dia bilang mau nikahin kamu aja, karena sekarang kamu udah jadi janda.” Bu Erna terus nyerocos. Terlihat sekali kalau dia tidak menyukaiku.“Saya ketemu dengan Azmil Cuma sebagai teman kok, Bu.”“Bohong! Saya nggak percaya! Denger ya, saya nggak suka kalau Azmil sampai nikah sama kamu. Saya nggak mau anak saya kawin sama janda yang udah punya anak. Enak aja, nanti capek-capek kerja Cuma buat ngumpanin makan anak orang. Kamu itu udah berapa lama sih menjanda? Masih baru kan? Belum lama. Nggak bisa apa tahan sedikit, biar nggak

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 43 Permintaan Azmil

    “Azmil, maukah kau memberitahu jawaban dari apa yang kutanyakan tadi?” desakku, karena kulihat ia terus diam.Azmil bergeming. Ia tampak takut menatap wajahku.“Sartika, bisa nggak kau tak menanyakan hal itu lagi? Anggap aja aku Cuma sembarangan bicara.” Katanya kemudian. “Sejak kemarin aku mengajakmu bertemu, karena ada yang mau aku katakan padamu. Bukan hendak membahas masalah rumah tangga kalian.” Ujarnya lagi.Aku menghela nafas. Meski hatiku masih merasa tak puas karena belum mendapatkan jawaban, aku memilih untuk mengalah dan memberikan kesempatan pada Azmil untuk bicara.“Baiklah. Kalau gitu, katakan. Apa yang mau kamu omongin ke aku?” tanyaku.Azmil membuang nafas melalui mulut, seolah sedang melepas beban berat di dadanya. Ia memandangku lekat namun tampak ragu untuk memulai kalimat.“Aku nggak bisa lama-lama di sini, Mil. Sebelum adzan Dzuhur aku udah harus ada di rumah. Kalau memang ada hal penting yang ingin kau sampaikan, tolong bilang seka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 42 Hal Yang Mengganjal Dari Azmil

    “Memangnya apa yang Roni perbuat? Ibu tahu persis, kalau suamimu ini nggak pernah macam-macam kok. Dia nggak tahu ini itu. Roni anaknya sopan sama orang tua. Dan selama ini, Ibu lihat dia itu sangat menyayangi kamu. Ya mungkin dia memang hampir tak memiliki waktu untuk anak istri. Tapi itu karena dia kerja kan? Dia cari uang untuk menghidupi kalian. Masalah kalau yang dia dapat itu sedikit, kan semua tergantung rezeki dari Allah. Dia anak baik, Sar. Kalau pun kamu menikah lagi, belum tentu akan dapat suami yang seperti dia lagi. Kalau dia memang pernah berbuat salah, maafkan. Beri kesempatan. Siapa di dunia ini yang nggak pernah berbuat salah?” Ibu mencecarku dengan segala argumennya. Aku hanya bisa menghela napas panjang sambil menunduk dan memejamkan mata. Aku beristighfar dalam hati.Hampir saja aku membuka aib Bang Roni. Padahal bukankah aku punya komitmen untuk membuat nama Bang Roni tetap bagus di hadapan Ibu dan keluargaku yang lain? Aku berjanji pada diriku sendir

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status