Beranda / Rumah Tangga / Skandal Gila Suamiku / BAB 3- Bertanya Pada Roni

Share

BAB 3- Bertanya Pada Roni

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 23:19:25

“Dia bilang, kamu itu nggak pandai berdandan. Dia males lama-lama di rumah, soalnya setiap dia pulang ngeliat bininya layu. Katanya, lebih segar mandangin muka aku. Kalau aku, awal pagi dan sore udah dandan Say, udah rapi. Sementara kamu, dari dia bangun tidur sampai dia pulang kerja, katanya ngeliat kamu selalu dalam keadaan acak-acakan. Nggak berbedak, nggak bergincu, pucet, nggak ada cahaya sama sekali di muka kamu. Makanya sejak dia berhubungan sama aku, setiap abis Maghrib dan Isya dia pasti keluar kan? Itu dia datang ke rumah aku Say. Cuma mau ketemu sama aku. Dia bilang muka aku nyenengin.”

Tanganku mengepal. Sungguh sangat geram dan sakit hati ini. Mataku mulai terasa panas, tapi belum ada air mata yang jatuh. Aku tak mau anak-anakku melihat ibunya menangis.

Dan Bang Roni, bisa-bisanya dia bilang seperti itu. Kok tega dia menjatuhkan harga diriku di hadapan perempuan lain. Membuka aibku, menceritakan keburukanku. Padahal selama ini, tak pernah sekalipun aku menceritakan segala kekurangannya, bahkan pada orang tuanya sendiri.

Dia bilang aku tak berbedak, memangnya dia pernah membelikanku bedak? Aku pucat tak bergincu, apa dia tahu kalau aku hanya punya sebatang lipstik yang kubeli setahun lalu? Dan itu pun dengan uangku sendiri. Dia ingin istrinya cantik mempesona, tapi tak pernah memberi modal untuk membeli alat make up. Memberi uang untuk makan sehari-hari aja susah. Kalau bukan karena aku yang nombok belanja lauk pakai uang hasil jualan online ku, dia nggak akan bisa makan teratur setiap hari.

Bayangkan saja, dia memberi uang lima puluh ribu, dan setelah itu berhari-hari tak pernah lagi memberiku uang. Memangnya dia pikir cukup? Seperti itu menuntut aku untuk cantik dan membandingkan dengan perempuan yang berduit dari hasil makan uang orang tuanya?

Dia membandingkan aku dengan perempuan yang tak pernah masak di rumah, yang kerjaannya hanya berjoget-joget depan kamera ponsel dan kemudian meng-uploadnya di sosial media, yang setiap selesai mandi langsung sibuk dengan dirinya sendiri sampai tak mengurus anak. Dan lucunya lagi, aku yang mengasuh anak-anaknya, memberi mereka makan dengan suapan tanganku.

Dia membandingkan aku dengan perempuan seperti itu? Tak salah lagi, mereka memang pasangan yang bejat.

“Oh, jadi dia izin keluar tiap adzan Maghrib dan Isya itu pergi ke rumah kamu?”

“Iya Say, kan Ayah Hilda kalau adzan pergi shalat ke masjid. Jadi itulah kesempatan kami untuk ketemu. Waktu yang sebentar itu kami manfaatkan.”

“Untuk ciuman?” sinisku.

“Ya gitulah. Kan aku udah bilang .” katanya jujur tanpa malu-malu ataupun menutupi.

Astaghfirullah... Perempuan seperti apa dia? Teganya mengkhianati suami dengan hal keji seperti itu? Kasihan suaminya, turun dari rumah pergi ke masjid mau menangguk pahala, ternyata bininya di rumah naikkan laki-laki.

Dan Bang Roni juga sama saja jahat. Padahal Bang Sarip, suami Riya itu baik dan percaya padanya. Tapi hati yang tertutup nafsu membuatnya tega menikam dari belakang. Tak berpikir kah dia, kalau hal seperti itu terjadi padanya? Misal kalau dia sedang pergi keluar, aku menaikkan laki-laki ke rumah?

“Oh, Jadi kalian ketemu setiap suamimu ke masjid?”

“Iya, begitu Ayah Hilda turun dari rumah, aku chat dia biar datang ke rumah. Jadi nanti malam kalau dia turun pas lagi adzan, kamu nggak usah heran ya Say. Biarin aja, dia lagi ketemuan sama aku tuh.” Riya cekikikan, membuat kepalaku mendadak pening.

“Say, aku lanjut masak dulu ya. Sebentar lagi Bang Roni datang bawa lauk buat dimasak untuk acara di TPQ nanti malam. Kalau aku belum selesai masak punya kamu, nanti dia curiga.”

Aku memberi alasan. Padahal sebenarnya aku benar-benar sudah muak mendengar kejujuran Riya. Pertahananku sedang diujung tanduk, dan aku perlu jeda waktu untuk membangunnya kembali. Bagaimanapun, aku tak rela telah diperlakukan seperti ini. Dan akan kubuat mereka menyesal telah berkhianat di belakangku.

“Ya udah, nanti kalau sempat aku main ke rumah kamu Say, tunggu dia nggak ada. Biar enak ceritanya.”

“Iya. Aku tunggu.” Kataku, dan langsung mematikan sambungan telepon.

Aku sempat terdiam termenung beberapa saat. Berharap kalau ini semua hanya mimpi. Tak kusangka, pernikahanku selama hampir 13 tahun dengan segala memori indah, ternoda oleh perbuatan suamiku yang begitu kupercaya. Sungguh aku sama sekali tak menyangka kalau Bang Roni akan melakukan perbuatan rendah dan tercela seperti ini. Selama ini aku berpikir dia adalah lelaki paling setia di dunia.

Tunggu saja, akan kutanyakan padanya sore ini.

***

“Sayank kenapa? Kok mukanya kayak sedih gitu?”

Aku mengerling ke arah Bang Roni yang kini sedang membantuku mencetak nasi dengan menggunakan mangkok kecil. Sementara aku yang sedang membungkus lauk pakai plastik, tanpa sadar melamun sejak tadi. Pikiranku ke mana-mana. Benar-benar tak tentu rasa.

“Nggak. Nggak kenapa-napa...” aku membetulkan posisi dudukku yang sejak tadi membungkuk. Pinggangku pegal dan tengkuk mulai berat.

“Jangan bohong....”

“Siapa yang sedang berbohong sekarang?” tembakku.

“Maksudnya?”

“Aku boleh nanya?”

“Boleh.” Bang Roni mengangguk ragu. Sepertinya ia mulai was-was.

“Tapi jawab jujur ya.”

“Iya.”

Aku membuang napas sebentar.

“Sayank masih sayang nggak sama aku?”

Dahi Bang Roni berkerut. “Ya sayanglah.”

“Yakin???”

“Iyalah. Emangnya kenapa?”

“Sekarang aku nanya, selain aku, siapa lagi yang disayang?”

“Anak-anaknya.”

“Bukan. Maksudku, apa ada perempuan lain?”

“Nggak ada.” Bang Roni menggeleng, tapi dari ekspresi wajahnya, aku dapat melihat dengan jelas kalau ia sekarang sedang berbohong.

“Masa? Kenapa kenyataannya nggak begitu?”

“Sayank kenapa sih kalau ngomong berbelit-belit? Tinggal ngomong langsung ke inti apa susahnya?” Bang Roni ngedumel. Aku tahu ia mulai panik.

“Oke, aku mau tanya, Sayank sekarang lagi selingkuh sama siapa?”

“Hahh?? Maksudnya??!”

“Jawab jujur, Sayank sekarang lagi dekat kan dengan seseorang?”

“Siapa?” tanyanya, dia berlagak bodoh sekarang.

“Ya jawab makanya. Sayank sekarang lagi dekat dengan siapa?”

“Dekat gimana?”

“Sayank selingkuh kan?”

“Enggak.”

“Nggak usah bohong! Aku tahu!”

“Emang siapa? Sayank dengar dari mana?”

“Jawab aja. Yang jelas aku tahu. Aku beri kesempatan untuk bilang terus terang. Jangan sampai aku sendiri yang mengatakannya.”

“Aku nggak tahu. Emang siapa sih?”

“Ya mana aku tahu. Sayank yang selingkuh. Pasti Sayank lebih tahu siapa yang jadi selingkuhan Sayank. Yang jelas, aku tahu siapa orangnya dan apa yang udah kalian perbuat. Jadi mendingan jujur sekarang.”

“Iya. Tapi siapa? Ada yang bilang ke Sayank?”

“Sayank ini laki-laki atau bukan, sih? Kalau iya, berani dikit jadi orang. Jawab yang jujur. Sayank selingkuh sama siapa? Aku tahu, tapi aku menunggu Sayank yang bilang sendiri. Aku mau dengar langsung dari mulut Sayank.” Tegasku.

“Nggak ada, aku nggak selingkuh.”

Ya Allah, dia masih saja mengelak. Benar-benar pengecut.

“Kalau chat sampai video call, dan ketemu diam-diam di belakang, apa namanya kalau bukan selingkuh? Ingat-ingat, siapa yang udah Sayank datangi diam-diam belakangan ini dan Sayank cium bibirnya?”

Bang Roni tampak terkejut mendengar kalimat terakhirku barusan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 50 -TAMAT- (Yang Terbaik Untuk Semua)

    Pagi yang tenang, diiringi kicauan burung di pepohonan sekitar rumah. Embun membasahi tanaman bunga yang menghiasi halaman. Dan angin segar yang masih terasa dingin karena matahari belum juga menampakkan diri, menerpa wajahku yang sejak tadi duduk di teras sambil memegang tasbih digital. “Erin sama Erlan tidur lagi ya, habis shalat subuh?” tanya Ibu yang tiba-tiba saja muncul di belakangku. “Iya Bu. Biarin aja, mungkin mereka masih mengantuk.” Kataku, masih sambil menekan tasbih. “Jangan dibiasakan Sar, mereka tidur lagi habis shalat subuh. Biarpun lagi libur sekolah.” “Hari ini aja Bu. Biarlah mereka mengumpulkan tenaga buat menempuh perjalanan jauh.” “Iya juga sih.” Ibu mengambil posisi duduk di sampingku. “Udah berapa lama ya kamu nggak ketemu sama keluarga Roni? Nggak terasa kamu udah nggak pernah ke sana lagi sejak bercerai dan Roni mondok di pesantren.” “Ya kalau dihitung-hitung , sekitar dua tahunan Bu. Kan Eri

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 49 Menjauh Agar Tak Saling Menyakiti

    Aku berdecih mendengar kalimat Riya. Perempuan ini sepertinya masih belum sadar, kalau dialah yang telah membuat hubunganku dengan Bang Roni jadi kandas.Dia pikir, semudah itu aku bisa kembali dengan Bang Roni, setelah rasa cinta dan kepercayaanku dilalap habis-habisan akibat perbuatannya?“Kamu pikir aku akan kembali menerima Roni, setelah aku tahu dia selingkuh dengan sepupunya sendiri?” tanyaku tajam. “Sekarang aku tanya, kenapa nggak kamu aja yang nikah sama dia? Pun kalian sekarang udah sama-sama sendiri. Bukannya dulu kau bilang padaku kalau kau memikirkan Roni terus, sampai nggak enak makan nggak enak tidur? Sekarang ambillah dia, karena aku sudah mengalah dan meninggalkannya. Nggak ada lagi yang menghalangi hubungan kalian sekarang.” Kataku lagi.Riya diam, namun kemudian ia pun mulai kembali bicara.“Aku datang ke sini mau meminta maaf padamu secara langsung. Maaf, atas apa yang telah aku lakukan. Maaf karena aku telah membuat rumah tanggamu dengan Roni

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 48 Kembali Bertemu Dengan Riya

    Aku baru ingat, kalau uang yang tadi diberikan Bang Roni belum sempat kumasukkan ke dalam kamar, masih tergeletak di meja ruang tamu.“Sar, ini uang siapa? Kok banyak banget? Dapat dari mana kamu?” tanya Ibu kaget.Aku bingung hendak menjawab apa. Kalau kubilang dari Bang Roni, pasti anak-anak akan menangis karena tahu ayahnya pergi tak berpamitan pada mereka.“Nanti kuberitahu Bu. Sekarang aku mau menyiapkan makanan buat Erin sama Erlan dulu.” Kataku akhirnya.Ibu hanya mengangguk mengiyakan. Aku izin masuk ke dalam dan mengambil uang yang tadi diberikan Bang Roni. Untuk sementara, aku akan menyimpannya terlebih dahulu di lemari dalam kamar.Setelah anak-anak selesai makan, aku menyuruh mereka untuk tidur siang. Itu memang sebuah hal yang wajib, agar mereka tak mengantuk saat pergi mengaji nanti sore.Aku mendatangi Ibu yang sedang sibuk menjahit baju daster favoritnya sambil membawa uang yang tadi diberikan Bang Roni.“Bu, uang ini dari Bang Roni

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 47 Perpisahan Yang Menyayat Hati

    “Waktu kemarin aku mau pulang, kamu ada bilang kan, kalau aku harus melakukan sesuatu yang bisa membantuku untuk bangkit dan melupakan semuanya? Aku udah berpikir masak-masak selama beberapa hari ini. Dan aku rasa, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku... Udah memutuskan untuk pergi menenangkan diri di pesantren.” Ujar Bang Roni sambil menunduk.“Kamu mau mondok?” tanyaku agak terkejut. Karena tak pernah terpikir kalau Bang Roni akan mengambil keputusan seperti ini.“Iya. Aku akan melanjutkan pendidikan di salah satu pondok pesantren besar di Jawa Timur.” Jawab Bang Roni.“Kapan?”“Hari ini juga, Sar. Aku ke sini hanya singgah sebentar. Ada yang mau kuberikan padamu.”Aku mengerutkan alis. “Memangnya kamu mau memberikan apa?” tanyaku penasaran.Bang Roni tak langsung menjawab. Ia justru meletakkan di depan kami, tas ransel yang sejak tadi ada di punggungnya.Dan apa yang ia keluarkan dari dalam tas itu membuatku membelalakkan mata.Itu gepoka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 46 Berpamitan

    Aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan Azmil. Menjadi salah satu selingkuhan Riya, adalah sesuatu yang sangat tak masuk akal bagiku. Dari mana mereka bisa saling mengenal?“Kamu nggak lagi bercanda kan, Mil? Bagaimana bisa kamu jadi selingkuhan Riya? Dari mana kamu kenal dia?” tanyaku.“Aku sering melihat akun Facebook kamu, Sar. Dan nggak tahu gimana, dia meminta untuk berteman denganku di Facebook. Awalnya aku hanya berharap bisa mendapat kabar tentang kamu, karena aku tahu dia adalah sepupu Roni. Tapi....”“Tapi kenapa?” tanyaku, karena kulihat Azmil seakan ragu untuk melanjutkan kalimatnya.“Lama-kelamaan dia minta aku untuk jadi selingkuhannya. Dia banyak cerita dan curhat soal rumah tangganya yang hambar. Dia bilang, kalau suaminya nggak perhatian dan dingin.”“Dan kamu setuju, menjadi selingkuhan istri orang?” tanyaku geram.“Aku nggak bisa nolak. Selain karena dia membayar aku, dia juga selalu melakukan hal yang mem

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 45 Kenyataan Yang Mengejutkan

    “Ayah jangan pulang....”Erin dan Erlan merengek bersamaan saat Bang Roni pamit pulang pagi ini. Sudah lima hari Bang Roni di sini, dan memang sudah saatnya untuk pergi.Meski ikut sedih melihat betapa beratnya melihat perpisahan di depan mata antara ayah dan anak, aku berusaha untuk bersikap biasa saja.“Aku pulang dulu ya Sar. Kamu yakin nggak apa-apa kalau aku tinggal? Aku khawatir Azmil dan ibunya akan mengganggu kamu lagi.” Ujar Bang Roni, sesaat setelah ia melepaskan pelukan pada kedua anaknya.“Nggak apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Kataku datar.Bang Roni mengangguk. “Aku tahu, kamu pasti akan baik-baik aja. Kamu adalah perempuan yang hebat.” Katanya dengan nada sedih.Kami berdua sempat terdiam. Bang Roni juga seakan enggan untuk langsung pergi. Mungkin saja dalam hati ia berharap agar aku menahan langkahnya.Tapi itu tak mungkin aku lakukan karena aku sudah melepaskan dan mengikhlaskan dia untuk pergi dari hidupku.“Sartika, s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status