Share

Skandal Istri Sang Duke
Skandal Istri Sang Duke
Penulis: Nrhsnh006

Pt. 01 - Novelist

Bau anyir menyerbak. Memenuhi gersangnya tanah yang tak lagi berwarna coklat. Cairan merah menggenang di mana-mana. Api berkobar di berbagai sudut. Menandakan kekacauan.

Di satu sisi, orang merayakan sorak sorai gembira. Di sisi lain, air mata menyelami lautan duka. Sesosok panglima perang dengan kudanya yang gagah berani melangkah. Menyalami satu persatu prajuritnya yang masih memiliki jatah untuk hidup esok hari.

Sementara itu matanya menyelinap ke banyak jasad yang bergelimpangan kaku. Begitu saja, hatinya mencelos melihat para prajurit gagah itu tumbang di medan perang. Bertukar arah, dia melihat pedang di tangannya sendiri. Amis, anyir dan masih hangat dengan balutan darah.

Meskipun begitu, wajahnya sudah dirancang dengan kaku. Dia biasa. Dia sudah terlalu terbiasa.

"Duke, pasukan Albenian telah menyatakan kekalahan. Sebentar lagi kami akan ke tenda mereka untuk menyatakan kedaulatan dan kemenangan Victoria." Seseorang melapor, menghentikan lamunan Xavier dan kekacauan di hatinya.

"Lakukan saja seperti biasa."

Dingin.

Perkataan lelaki dengan baju besi yang melekat di tubuhnya itu begitu dingin melebihi salju abadi di pegunungan utara. Mata biru saphirenya menyatakan ketidakpedulian. Dia terlihat biasa saja bahkan setelah kemenangan perang diraih olehnya secara mutlak.

Tapi Nolan, pria yang tadi melaporkan padanya terlihat sudah biasa. Sejatinya Nolan tahu, meskipun mereka memenangkan perang. Tapi ada ribuan orang yang harus kehilangan nyawa karena itu, dan sejatinya mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah.

"Kau memang harus begitu! Kau tidak boleh menunjukkan isi hatimu, Xavier!" Seorang wanita dengan rambutnya yang dicepol itu berteriak sendirian di dalam kamarnya. Dengan coklat di mulutnya, dia terus membaca sembari mengetik di laptop kesayangannya.

Wanita itu, Catherine.

Dia novelis terkenal yang mendedikasikan diri untuk menulis seumur hidup. Pada usia 22 tahun, dia memutuskan untuk berhenti bekerja di kantornya yang memuakkan dan mulai fokus menekuni hobi menulisnya.

Setelah 5 tahun menekuni dunia tulis menulis, Catherine sudah menghasilkan 5 novel. Novel yang saat ini ditulisnya adalah novelnya yang keenam dan berjudul

Royal Scandal.

Novel yang menceritakan soal skandal Putra Mahkota kerajaan Victoria dengan wanita bernama Catalina. Novel dengan genre kerajaan yang penuh intrik dan sangat menyebalkan ini akan membuat siapa pun kesal saat membacanya.

Cerita dimulai saat kekaisaran Victoria menaklukkan satu kerajaan kecil bernama Albenian. Sebagai kerajaan yang ditaklukkan Albenian harus menyerahkan putri mereka sebagai sandera. Isabelle, putri kerajaan Albenian akhirnya terpaksa menyerahkan hidupnya dibawah kaki kekaisaran.

Sampai di Victoria, Isabelle yang merupakan tokoh utama wanita mendapat segala macam siksaan dan kejadian buruk. Hingga pada puncaknya, dia harus menikah dengan putra mahkota kekaisaram Victoria yaitu Jayden.

Seperti plot pernikahan novel pada umumnya, dua sejoli yang awalnya saling membenci itu lama-lama jatuh cinta. Jayden yang awalnya tidak tertarik dengan Isabelle perlahan mulai jatuh cinta dengan pesona putri kerajaan Albenian itu.

Lalu, Catalina yang awalnya merupakan kekasih Jayden merasa dicampakkan.

Tak terima dengan perasaan Jayden yang berubah dan tidak lagi mempedulikannya. Catalina akhirnya memutuskan untuk menggoda Jayden secara terang-terangan.

Wanita itu berniat membuat reputasi Jayden hancur sehancur-hancurnya. Dia yang sudah menikah dengan Xavier karena suatu insiden, akhirnya menimbulkan huru-hara. Dia akhirnya dikenal sebagai wanita pembuat skandal terbesar di Victoria.

Xavier, yang merupakan suami Catalina yang bergelar sebagai Duke di kekaisaran Victoria pun sering mendapat imbas dari kelakuan istrinya. Sampai-sampai Isabelle yang dulu sempat menjadi tawanan Xavier kasihan dengan nasib buruk Xavier karena menikahi Catalina.

Puncaknya, Catalina yang sudah cinta mati pada Jayden akhirnya memilih jalan sesat. Dia berniat membunuh Isabelle. Tepat saat perayaan ulang tahun sang Putri Mahkota itu. Catalina datang dengan racun paling mematikan dan membuat Isabelle koma.

Setelah kejadian itu. Dia diceraikan oleh Xavier lalu di hukum mati oleh Jayden, dan begitulah Novel berjudul Royal Scandal di akhiri.

"Gila! Plot novel seperti ini pasti laku keras kan!? Aku sudah tidak sabar menerbitkan kalian anak-anakku! Ayo berubah menjadi uang!" Catherine tertawa. Wanita berusia 27 tahun itu masih menatap laptopnya yang menyala.

Tangannya sangat terampil. Dia bahkan sudah berkhayal untuk pergi liburan setelah dia berhasil mengirimkan novel ini ke penerbit. Karyanya tak mungkin gagal. Sejauh ini novel-novelnya selalu laku keras di pasaran. Karena entah kenapa, gaya menulis Catherine memang disukai.

Dia juga pandai mengaduk-ngaduk emosi pembacanya dengan membuat tokoh antagonis yang disukai sekaligus dibenci dalam satu waktu bersamaan seperti Catalina. Intinya, kemampuan menulisnya tak perlu diragukan lagi.

"Satu kata lagi, dan aku akan bisa liburan!" Semangat Catherine. Dia menatap naskah novel di laptopnya.

Naskahnya sudah jadi, dia juga sudah merevisinya, dan hanya tinggal menulis satu kalimat lagi. Maka novelnya akan resmi tamat dan akan segera dia kirimkan ke pihak penerbit yang sudah menunggunya.

Tapi belum juga menulis satu huruf terakhir itu. Lampu di kamarnya tiba-tiba mati. Malam itu, kegelapan tiba-tiba menguasai seisi ruangannya. Catherine gelagapan. Sialan. Dia takut gelap.

Meskipun terlihat normal. Tapi sejatinya Catherine manusia biasa yang punya kekurangan, dan kekurangannya adalah dia penderita Nyctophobia atau yang biasa dikenal orang-orang sebagai phobia pada kegelapan.

Selama beberapa tahun ini Cahterine sudah datang ke psikolog untuk mengobati ketakutannya. Tapi nyatanya, fobianya itu belum sembuh sepenuhnya.

Jika dihadapkan pada kegelapan, gejalanya masih sama. Takut, gemetar dan sesak. Catherine nyaris tak bisa bergerak. Dia tak bisa mengontrol dirinya sendiri, dan hal ini menyiksanya.

Mengandalkan cahaya di laptopnya. Catherine berusaha meraih benda lain yang bisa dijadikan penerangan. Tapi malang, laptop yang menjadi satu-satunya sumber cahaya itu jatuh ke lantai membuatnya mati seketika, membuat Catherine terjebak dalam kegelapan.

Setelah laptopnya jatuh. Catherine yang masih setengah berdiri di kasurnya mulai menatap sekitar. Keringat dingin mulai mengucur deras dari sekujur tubuhnya. Gemetar.

Catherine merasakan dadanya yang tiba-tiba sesak. Dia berusaha mengontrol ketakutannya tapi sepertinya tidak bisa. Dia terlalu takut.

Catherine akhirnya tumbang. Wanita itu jatuh tak sadarkan diri tanpa tahu menahu kalau laptopnya yang jatuh tadi kembali menyala dan memperlihatkan satu kalimat.

R E S T A R T

***

"Bagaimana keadaannya?"

"Tidak ada tanda-tanda kesadaran. Sepertinya kita harus melaporkannya pada Tuan."

Seorang lelaki melaporkan dengan cukup gugup pada seorang yang berdiri gagah di depan gerbang mansion keluarga Duke yang mewah itu.

"Baiklah. Biarkan aku yang melapor. Awasi saja perkembangannya."

"Baik, Mr. Nolan."

Nolan. Lelaki yang merupakan ksatria gagah itu terlihat cukup kebingungan. Pasalnya hari ini adalah hari kepulangan pemimpinnya, Xavier. Duke muda Victoria sekaligus panglima perang gagah kerajaan mereka.

Hal yang membuat Nolan gugup adalah karena di hari pertama kepulangannya. Nolan harus memberikan berita buruk pada sang Duke.

Tak lama dari Nolan berpikir. Iring-iringan Duke Xavier sudah terlihat dan terdengar dari kejauhan. Seorang lelaki dengan pakaian hitam dan kuda putihnya terlihat mencuri perhatian semua orang.

Dia adalah Xavier. Naga putih kekaisaran yang dibicarakan semua orang.

Xavier George Sanders.

Dia adalah salah satu Duke termuda yang menjadi Duke Kekaisaran Victoria pada usia 10 tahun. Xavier adalah panglima perang berdarah dingin yang di takuti seluruh benua.

Dia adalah yang tertampan, terkaya sekaligus lelaki paling berkharisma yang ada di seluruh daratan. Kali ini, dia baru saja selesai menuntaskan misinya di Utara yang berkaitan dengan pembebasan wilayah.

"Selamat datang, Cahaya Victoria. Kami semua menyambut kepulangan Anda." Semua pelayan, pegawai dan khususnya para ksatria menyambut Xavier di halaman.

Mereka semua berjejer dengan rapi sampai ke pintu utama dan membungkuk begitu Xavier dengan kuda putih dan rombongannya melewati mereka.

Xavier yang mengendarai kuda putih kesayangannya itu akhirnya turun. Setelah mengelus kudanya dengan pelan dan menyerahkannya pada salah satu pegawainya.

Dia berjalan masuk. Langkahnya terlihat tegas. Setiap hentakkan kakinya menekankan kepemilikan dan kharisma yang luar biasa.

Pada saat ini, nyaris tidak ada yang berani menegakkan kepala mereka untuk menatap ketampanan sang Duke. Bahkan, angin saja tak berani merusak gerakannya.

"Kami sudah menyiapkan ruangan pribadi Anda untuk istirahat, Tuan. Apa ada yang Anda perlukan? Akan segera saya siapkan." Nolan dengan cekatan menawarkan diri untuk melayani kebutuhan Xavier.

Sejatinya dia adalah pengawal pribadi Xavier sekaligus tangan kanannya. Tak heran, diantara semua orang yang bekerja di bawahnya, hanya Nolan yang langsung berani berbicara pada Duke milik Victoria itu.

"Bagaimana cederamu?" tanya Xavier setenang ombak. Lelaki dengan rambut hitam dan bola mata biru sedalam lautan itu menepuk bahu Nolan pelan.

Alasan Nolan tidak ikut dengan ekspedisi sang Duke kali ini adalah juga karena dia cedera setelah mengikuti ekspansi wilayah terakhir kali.

"Sudah jauh lebih membaik, Tuan." Jawab Nolan yakin. "Maaf karena membuat Anda berjuang sendirian kali ini."

"Bukan salahmu," jawab Xavier.

Nolan terlihat ragu. Dia bingung harus mengatakan berita buruk yang ada dari mana. Tapi menyembunyikannya pun dia tak berani.

Xavier itu setenang lautan. Tapi tidak ada yang tahu ombak sebesar apa yang tersembunyi di belakangnya.

"Katakan. Apa terjadi sesuatu saat aku pergi?" tanya Xavier mencium keraguan di netra coklat milik asistennya.

Nolan diam. Tapi tak lama. Dia memutuskan untuk membuka mulutnya. Jujur lebih baik, yakinnya. Karena cepat atau lambat, Xavier juga pasti akan mengetahuinya.

"Itu, Tuan. Saya rasa ... saya harus memberitahu Anda tentang keadaan Nyonya," lapor pria dengan rambut coklat itu ragu.

"Katakan. Apa yang dia lakukan kali ini?" jawab Xavier terlihat enggan menanggapi. Dia sudah sangat hapal dengan kelakuan istrinya. Jadi dia tidak perlu merasa terkejut, jika Nolan bahkan melaporkan kekacauan lain yang Catalina buat selama dia pergi.

"Itu ... Nyonya Catalina ... beliau tidak sadarkan diri. Dari satu minggu yang lalu setelah kepergian Anda."

Xavier tak berkata apa-apa. Tapi netra birunya menggelap. Tangannya yang masih memegang pedang itu mengepal erat. "Apa penyebabnya? Apa dia melakukan hal bodoh untuk Jayden lagi kali ini?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nrhsnh006
Halo semua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status