LOGINTiara menghentikan langkahnya di depan Gery, 'Mana mungkin aku bilang kalau setelah bermalam dengannya, aku juga mengizinkan Juna untuk menyentuhku.' batin Tiara.
"Kau tenang saja. Saya akan memberi uang bulanan dan membebaskanmu untuk melakukan apa saja asalkan tidak membuat nama baik saya hancur di mata umum." ucap Gery. "Saya juga ingin memastikan kalau kamu tidak hamil anak saya." 'Aku memang takut hamil anak Pak Gery, tapi kalau Juna sampai tahu aku menikah dengan Pak Gery, pasti Juna akan menyebarkan fotoku yang bertelanjang ke sosial media nya dan hal itu akan merusak nama baik Pak Gery. Aku harus bagaimana?' batin Tiara kebingungan. "Tidak semua wanita bisa mendapatkan kesempatan emas ini." ucap Gery lagi. Tiara melototkan matanya. 'Dasar bos gila.' batinnya. "Maaf, Pak. Tapi saya yakin, saya tidak akan hamil anak anda dan bukankah anda akan menikah dengan pacar anda?" "Saya bisa menikahi dua wanita sekaligus. Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Dan saya bisa membagi waktu untuk kalian." jawab Gery membuat Tiara mual. "Eh, anda gila!" "Intinya, anda tidak perlu bertanggung jawab apapun. Silahkan pergi dari sini. Jangan membebani ibu saya dengan ucapan anda itu." usir Tiara. Drt … Drt …. Ponsel Gery terus berdering. "Untuk apa dia menelfonku?" gumamnya yang terdengar sampai telinga Tiara. "Anda mempunyai banyak kesibukan dan tidak sepantasnya anda berada di sini." sindir Tiara. Gery menjauh beberapa langkah untuk mengangkat telfon. "Ayah mendapat kabar dari Sindy, dia bilang kamu mau membatalkan pernikahan ini?" tanya Ryan Alveric, selaku ayah kandung dari Gery. "Iya," jawab Gery. "Apa yang kau pikirkan, Gery. Keluarga kita sudah lama menjalin hubungan dengan keluarga Sindy. Dan kamu harus ingat, ibumu sangat dekat dengan ibunya Sindy." ucap Ryan di sebrang sana. "Kita bicarakan masalahku di rumah. Aku sedang sibuk!" jawab Gery lalu mematikan telfonnya dan menghampiri Tiara. "Bagaimana dengan administrasi rumah sakit?" tanyanya. Tiara dan Gery melihat Juliana di pindahkan ke ruangan operasi. "Ibu," mata Tiara berkaca-kaca. Dia mengikuti menuju ruang operasi. "Saya ingin bicara dengan mereka." ucap Juliana sebelum masuk kedalam ruang operasi. Dokter dan suster memberi waktu untuk Juliana. "Saya tahu, saya orang miskin. Tapi bukan berarti harga diri keluarga saya bisa di injak-injak olehmu." ucap Juliana kepada Gery. "Ibu, ibu jangan bicara seperti itu." pinta Tiara diselingi isak tangisnya. "DIAM!" "Saya sedang bicara dengan dia!" bentak Juliana. "Kontrol emosi anda. Kondisi anda sedang tidak stabil." pinta dokter. "Saya akan lakukan apa yang seharusnya saya lakukan." ucap Gery dengan lantang. "Kau harus bertanggung jawab kepada putriku. Dia putriku satu-satunya dan saya tidak mau melihatnya bersedih di kemudian hari." pinta Juliana. "Saya berjanji, saya akan menikahi Tiara dan saya tidak akan membuatnya bersedih. Untuk sekarang ini, anda fokus dengan operasi saja. Setelah operasi selesai, saya akan menyiapkan pernikahan yang anda inginkan." jawab Gery. "Ibu …." panggil Tiara. "Dokter, urusan saya sudah selesai." ucap Juliana yang terus membuang muka ke Tiara. Dokter membawa Juliana masuk kedalam ruangan operasi. "Ibu!" teriak Tiara. "Maaf, dilarang berisik karena ini rumah sakit. Sebaiknya, anda berdoa saja untuk kelancaran operasi ibu Juliana." pinta suster sebelum menutup pintu ruangan. Tiara menekuk kedua lututnya di depan pintu ruangan operasi. "Maafkan aku, Bu." ucapnya lirih. "Semua ini salahku." ucapnya lagi. Lampu ruangan operasi sudah menyala dan itu artinya, operasi sedang berlangsung. Di sisi lain. "Apa yang dikatakan Gery, sayang?" "Dia hanya bercanda, kan?" "Dia tidak serius membatalkan pernikahannya dengan Sindy?" tanya Natalia yang tak lain adalah istri dari Ryan. "Dia belum menjelaskan apapun tapi dia tetap ingin membatalkan pernikahannya dengan Sindy." jawab Ryan sembari memijat pelipisnya. "Kamu tidak boleh diam saja, Mas. Pernikahan mereka tidak boleh batal. Ingat, kalian mempunyai hubungan baik dengan keluargannya. Dan beberapa perusahaan kita bekerjasama dengan perusahaan Sindy." ucap Natalia sembari menjatuhkan pantatnya di samping suaminya. "Kamu harus tekan Gery, Mas. Kamu bisa bilang, kalau mereka sudah di jodohkan dari lahir. Dan yang menjodohkannya adalah Reyan, Ibu kandung Gery. Pasti Gery mau melanjutkan pernikahannya lagi. Bukankah mereka saling mencintai, jadi kita tidak boleh menyetujui pembatalan pernikahan ini." "Siapa yang batal nikah, Bu?" tanya Bryan selaku adik Gery. Natalia bangkit dan berjalan menuju putra kandungnya. "Gery dan Sindy." jawabnya. "Tunggu dulu, bukankah mereka saling mencintai?" tanya Bryan. "Ibu juga tidak tahu. Kemungkinan Gery yang berulah." jawab Natalia yang melirik sekilas suaminya. "Em … sekarang aku baru ingat." ucap Bryan. "Mas Gery bermalam dengan sekertarisnya di hotel dan Mba Sindy mengetahuinya. Mungkin saja, masalah ini yang membatalkan pernikahan mereka. Mas Gery, pria tampan jadi banyak wanita yang terpikat dengannya." "Apa?" teriak Natalia. "Pantas saja, Sindy marah besar. Tapi selera Gery sangat rendahan. Kalau rekan bisnis perusahaan kita mengetahui masalah ini, pasti karir Gery bisa hancur. Mas Ryan, kamu harus menekan Gery untuk menikah dengan Sindy. Apa kamu mau mempunyai menantu seorang karyawan rendahan?" "Ingat, keluarga kita keluarga yang terhormat. Kita bisa di permalukan oleh keluarga Sindy kalau Gery sampai menikah dengan sekertaris itu." "Aku harus bicara dengan Gery." ucap Ryan dengan mata yang memerah dan tangan mengepal erat. "Untuk apa kamu bicara dengan dia, Mas?" "Lebih baik, kamu pikirkan cara untuk membungkam mulut sekertaris itu. Bila perlu, kamu minta orang untuk membunuhnya. Kita tidak tahu, rencana sekertaris itu apa?" jawab Natalia. "Mau aku bantu menyelidiki semuanya, ayah?" tanya Bryan. "Tidak perlu," jawab Ryan lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar. Natalia melihat suaminya pergi. "Ibu ada arisan, kamu urus masalah Gery. Jangan biarkan kamu lebih unggul darinya." ucapnya lalu pergi. Di dalam kamar. "Suruh preman untuk menghabisi sekertaris Gery. Saya tidak mau, dia mengacaukan keluarga saya." pinta Ryan yang sedang bertelfonan dengan seseorang." "Dan satu lagi, jangan sampai Gery tahu rencana ini." Di Rumah Sakit. Tiara melihat lampu ruangan operasi padam. Suster dan dokter keluar dari ruangan yang sangat dingin itu. "Operasi berjalan dengan lancar kan, dok?" "Lalu bagaimana kondisi ibu saya?" tanya Tiara panik. "Operasi berjalan dengan lancar." jawab dokter. "Tetapi, pasien tiba-tiba kritis dan—" "Kenapa, dok?" tanya Tiara lagi. "Operasi berjalan lancar tapi kenapa ibu saya kritis?" "Beliau kehilangan banyak darah saat operasi dan kita sudah melakukan tranfusi darah. Sekarang, kita hanya bisa menunggu beliau melewati masa kritisnya." jawab dokter membuat Tiara tertunduk lesu. "Tidak mungkin, dok!" lirih Tiara. "Tapi ibuku masih bisa diselamatkan kan, dok?" "Saya tidak bisa memastikan." jawab dokter. "Pasien belum sadarkan diri dan pasien belum bisa di jenguk. Kami akan memindahkan ke ruangan ICU." "Semua ini salahku. Andai saja, aku bisa membungkam mulut Juna, pasti ibu masih baik-baik saja di rumah. Aku memang anak bodoh dan durhaka." gumam Tiara sembari memukul dada nya berulang kali. 'Aku pernah di posisi itu dan rasanya sangat sakit.' batin Gery, dia dengan ragu mengusap pundak Tiara. Tiara terkejut dan reflek menepis tangan Gery. Di balik tembok rumah sakit, terlihat Juna sedang bersembunyi sembari mengepalkan tangannya erat. "Ternyata benar, mereka selingkuh di belakangku." "Aku tidak boleh kalah, akan ku buat hidupmu menderita, Tiara." ucapnya kemudian mengambil ponselnya. "Di rumah sakit Harapan Indah, ada CEO perusahaan Nirwana Group yang bersama seorang wanita dan mereka terlihat sangat mesra. Kalian bisa datang ke rumah sakit untuk mengungkap berita perselingkuhan mereka" pesan terkirim ke wartawan. "Sebentar lagi, para wartawan akan datang dan kalian tidak bisa mengelak lagi. Karir kalian akan hancur." gumam Juna kemudian pergi.Tiara menghentikan langkahnya di depan Gery, 'Mana mungkin aku bilang kalau setelah bermalam dengannya, aku juga mengizinkan Juna untuk menyentuhku.' batin Tiara. "Kau tenang saja. Saya akan memberi uang bulanan dan membebaskanmu untuk melakukan apa saja asalkan tidak membuat nama baik saya hancur di mata umum." ucap Gery. "Saya juga ingin memastikan kalau kamu tidak hamil anak saya." 'Aku memang takut hamil anak Pak Gery, tapi kalau Juna sampai tahu aku menikah dengan Pak Gery, pasti Juna akan menyebarkan fotoku yang bertelanjang ke sosial media nya dan hal itu akan merusak nama baik Pak Gery. Aku harus bagaimana?' batin Tiara kebingungan. "Tidak semua wanita bisa mendapatkan kesempatan emas ini." ucap Gery lagi. Tiara melototkan matanya. 'Dasar bos gila.' batinnya. "Maaf, Pak. Tapi saya yakin, saya tidak akan hamil anak anda dan bukankah anda akan menikah dengan pacar anda?" "Saya bisa menikahi dua wanita sekaligus. Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Dan saya bisa membagi wak
Tiara menyetir mobilnya ke tempat kerja Juna. Tetapi, tiba-tiba di tengah perjalanan, ibunya menelfon."Iya, ada apa, Bu?" tanya Tiara sembari fokus menyetir."Ibu ada di rumah sakit, Tiara. Penyakit Jantung ibu kambuh." jawab ibunda Tiara di sebrang sana."Apa?""Rumah sakit?""Okeh, aku akan kesana." teriak Tiara lalu memutuskan panggilan telfonnya. Dia memutar balik mobilnya menuju rumah sakit.Di kantor."Dimana Tiara" tanya Gery ke semua karyawannya yang di kumpulkan di lantai satu."Saya melihat sekertaris Tiara pergi terburu-buru." jawab satpam yang berjaga di depan pintu."Kalian semua boleh pergi dan lanjut bekerja." ucap Gery."Sayang!" teriak Sindy yang berlari memeluk Gery."Hari ini, kita jadi pilih gaun pengantin, kan?" tanyanya sembari mencium pipi Gery."Sindy, jaga sikapmu di depan semua karyawanku." pinta Gery yang tak nyaman."Kenapa?""Oh, sekarang kamu malu kalau aku cium-cium kamu?" Sindy menyilangkan tangannya di dada."Apa jangan-jangan wanita murahan yang bern
"Kenapa, kamu mau menolak ajakanku lagi?" tanya Juna saat melihat raut wajah Tiara yang bingung."Aku bukan mau menolak tapi sebentar lagi kita mau menikah dan aku ingin—""Kalau kamu cinta sama aku, kamu pasti mau melayani aku. Kita saling mencintai, Tiara. Dan kalau kamu hamil, aku akan bertanggung jawab. Aku berjanji." tegas Juna."Tapi—"Juna mundur selangkah, "Okey kalau kamu tidak mau, itu artinya kamu tidak mencintaiku lagi dan aku akan memberitahukan semua yang terjadi kepada ibumu." ancamnya lalu berjalan selangkah menjauh."Tunggu, Jun." Tiara menahan langkah kaki pacarnya."Jangan beritahukan masalah ini kepada ibuku. Okey, aku mau menuruti permintaanmu, aku mau melayani kamu tapi bukan karena aku bersalah tapi karena aku tidak mau sakit ibuku semakin parah." jawab Tiara pasrah."Bagus, sekarang ikut aku. Kita pesan kamar di sini." Juna menarik tangan Tiara menuju resepsionis.Setelah memesan kamar, Juna dan Tiara kini sudah berdiri di depan pintu kamar hotel."Kamu tenang
Tok … Tok …. "Permisi, saya mau mengantar sarapan pagi." Tiara, wanita berusia 25 tahun yang sedang tertidur samar-samar mendengar suara orang. "Siapa sih, berisik banget. Lagi mimpi indah tahu." keluhnya sembari membuka kelopak matanya. "Aaa … siapa kamu!" teriaknya yang terkejut karena melihat wajah pria yang tertidur di hadapannya. Gery, Pria tampan berumur 27 tahun yang merupakan CEO di perusahaan tempat Tiara bekerja. Gery terbangun dari tidurnya saat mendengar suara teriakan dari Tiara. "Ada apa sih!" kesalnya sembari mengucek kedua mata. "Kau pikir, saya tuli." ucapnya lagi. "Pak Gery, kenapa anda bisa di sini?" tanya Tiara lalu tak sengaja melihat Gery yang bertelanjang dada. "Apa?" "Ini kamar saya. Seharusnya, saya yang bertanya kepadamu, kenapa seorang sekertaris sepertimu bisa ada di kamar saya!" jawab Gery yang kesal. "Saya?" "Saya—" Tiara mencoba mengingat kejadian semalam. "Bukankah semalam kita ada di pesta tahunan, Pak? Tapi kenapa tiba-tiba kita ada di







