Cukup lama Rayhan menunggu dan mulai tidak sabar. Dia paling tidak suka menunggu sesuatu yang membuatnya merasa kesal. “Lima menit lagi orangmu tidak datang, tempat ini akan hancur!” ancam Rayhan dengan wajah berangnya.“Te-tenanglah, Tuan Muda. Aku yakin dia sudah dekat dengan markas ini.” Udo mulai tampak panik dan juga tidak sabaran.Dia menghubungi lagi pria itu dan tidak ada jawaban yang membuatnya semakin merasa takut jika ancaman Rayhan tadi berlaku. Namun, tidak lama kemudian sebuah pesan masuk di ponsel Rayhan.[Jangan ikut campur dalam urusan ini, Rayhan! Kau tidak boleh terlibat apapun dalam hal ini!] Sebuah pesan dari pengirim anonim yang bisa dipastikan itu adalah Miana. Berarti, Miana sudah tahu jika Rayhan sedang menunggu kedatangan Vero saat ini.[Kembalikan wanita itu padaku, atau aku akan benar-benar membuat pernikahanmu dengan Ramon batal!] pesan terkirim dan tidak ada balasan sama sekali.Beberapa detik kemudian, panggilan masuk berdering dari ponsel Rayhan dan nom
Rayhan segera menuju sebuah rumah sakit karena orang suruhan Leny itu mengantarkan Vero ke rumah sakit. Wanita itu masih pingsan dengan wajah yang pucat karena belum mendapatkan penanganan setelah berjuang melawan rasa sakit sekitar satu jam lebih. Rayhan menemaninya di sisi ranjang dengan perasaan khawatir.“Aku pasti tidak akan pernah memaafkan mereka yang sudah membuatmu seperti ini, Vero!” gumamnya dan terus menunggu Vero untuk sadar.Dokter yang memeriksa keadaan Vero mengatakan bahwa wanita itu pingsan karena asam lambungnya naik dan terlambat dibawa ke rumah sakit. Jadi, sekarang dia dirawat dengan insentif di rumah sakit itu dan identitasnya dirahasiakan oleh Rayhan.“Di-mana aku?” tanya Vero terbata-bata saat baru saja membuka matanya dan semuanya masih tampak blur.“Kau ada di rumah sakit. Tenanglah, kau aman bersamaku,” jawab Rayhan yang langsung senang karena Vero sudah sadar dari pingsannya.“Oh. Kau datang tepat waktu, Ray. Aku merasa pusing tiba-tiba dan kepalaku berput
Vero masih dirawat di rumah sakit karena dokter belum mengizinkannya untuk pulang. Hal itu tentu saja juga menguntungkan bagi Rayhan karena dia bisa bersama wanita yang disukainya itu tanpa adanya Ramon. Sampai saat ini pun Ramon tidak tahu kalau Vero dirawat di rumah sakit, karena dia masih sibuk dengan persiapan pernikahannya.“Apa yang kurang menurutmu, Sayang?” tanya Miana dengan sangat manja.“Tidak ada. Semuanya justru terlalu berlebihan menurutku,” jawab Ramon ketus.“Ini tidak ada apa-apanya dengan pernikahan temanku yang hanya menjadi menantu seorang guru. Kita jangan sampai terlihat sederhana saat menikah, Sayang.” Miana jelas kesal karena sejak tadi hanya dia saja yang sibuk mempersiapkan dan memikirkan semuanya.“Aku tidak peduli tentang semua itu, Mia. Kau tahu, aku sangat lelah sekarang!”“Besok kita akan menikah dan kau mengatakan lelah? Kau pikir aku tidak lelah? Kau bahkan tidak melakukan atau memikirkan apapun sejak tadi,” gerutunya lagi dengan nada kesal.Wanita itu
Malam itu ternyata Ramon benar-benar tidak bisa menahan gairah bercintanya dan kemudian membuat malam yang dinantikan oleh Miana akhirnya terwujud. Dia meniduri Miana setelah sekian lama dan malam itu sangat panjang bagi Miana karena dia sangat menikmati semuanya.“Ouugghh ... shit! Kau benar-benar membuatku gila, Ramon Sayang!” lenguh Miana di sela percintaan mereka yang semakin memanas.Miana kini berada di atas tubuh kekar Ramon dan mengambil kendali permainan mereka yang tadi dipegang oleh Ramon. Kedua tangan Ramon kini berada di kedua sisi pinggang Miana. Dia membantu wanita itu bergerak turun naik memompa tubuhnya sendiri.“Aaarrghh ... aku selesai!” erang Ramon dengan keras dan sangat kuat menahan tubuh Miana yang menekan pada tubuhnya.Sesuatu yang hangat terasa mengisi rahim Miana yang saat ini masih dalam posisi duduk di atas tubuh Ramon. Pria itu terkulai lemas tak berdaya dengan sisa-sisa tenaganya. Sudah dua jam dia dan Miana saling meraih puncak kenikmatan yang akhirnya
Malam itu Vero tidak bisa tidur karena pikirannya jelas bercabang. Dia tahu esok pagi adalah hari yang akan sangat mengubah segalanya. Apapun tentang Ramon tidak lagi sama dan Vero tentu saja harus tahu diri akan hal itu. Jika selama ini dia masih mau bermain api dengan Ramon, semata-mata karena pria itu belum menikah.Besok, setelah pernikahan itu resmi dan Ramon juga sudah sah menjadi suami Miana, mana mungkin Vero masih ada nyali untuk bersamanya. Andai saja Ramon tetap ingin menjalin hubungan tanpa status dengannya, tentu saja Vero tidak akan pernah mau.“Semua tidak akan lagi sama mulai besok. Aku ... aku harus siap untuk semua perubahan itu dan aku tidak akan pernah berharap apapun lagi darinya. Sejak awal, aku sediri yang salah karena nekat bermain api dengannya. Padahal, aku tahu dia bukanlah pria yang sanggup untuk aku gapai dan aku bukan wanita yang pantas untuknya,” ungkap Vero dengan suara gumaman yang sangat kecil.Dia tidak ingin mengusik tidur Rayhan yang kini berbaring
Pesta pernikahan sudah berlangsung tapi Ramon terlihat tidak fokus. Saat ini, dia sudah resmi menjadi suami istri dengan Miana. Miana tampak sangat bahagia dan selalu tersenyum lebar saat menanti para tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat kepadanya dan Ramon. Namun, berbeda dengan Ramon yang hanya diam dan kaku di tempatnya berdiri.Dia selalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan sepertinya masih tidak melihat orang yang dinantikannya. Dia yakin jika Vero sudah membaca pesan darinya bahwa wanita itu harus datang ke pesta pernikahannya hari ini. Jika tidak, Ramon tidak akan segan kepadanya karena Ramon benar-benar ingin melihat dirinya saat ini.“Kenapa kau tidak fokus dari tadi, Ramon?” tanya Steve yang menyadari kegelisahan putranya itu.“Aku menunggu Rayhan, Dad. Sepertinya, dia belum datang sejak tadi pagi. Ke mana anak itu?” tanya Ramon pula setelah menjawab pertanyaan Steve – ayah kandungnya yang membuat dia terpaksa harus tetap menikah dengan Miana hari ini
Miana kembali ke tengah pesta saat semuanya sudah selesai dia bicarakan dengan Leny. Kedatangannya seperti tidak diinginkan oleh Ramon saat ini, dan terlihat pria itu sama sekali tidak peduli apakah Miana kembali kepadanya atau tidak setelah dari toilet tadi.“Kau tidak mencariku sejak tadi?” tanya Miana berbasa basi memecah keheningan di antara dia dan Ramon.“Tidak. Untuk apa aku mencarimu? Bukankah sudah jelas kalau kau ke toilet? Sungguh pertanyaan yang sangat tidak masuk di akal,” jawab Ramon masih dengan nada ketus.“Kau benar. Tapi, aku pergi cukup lama bukan? Kau tidak khawatir sama sekali akan hal itu?” tanya Miana lagi yang masih penasaran.“Tidak. Aku sama sekali tidak peduli akan hal itu. Kau pergi bersama ibumu, kenapa aku harus khawatir!”Miana sungguh tidak bisa lagi berkata-kata karena semuanya sudah dijawab dengan tegas oleh Ramon. Pria itu tidak seperti para suami pada umumnya yang bahkan akan menawari sang istri untuk ditemani saat mengatakan ingin ke toilet. Namun,
Malam itu, sekali lagi Miana dan Ramon melakukan aktifitas ranjang dengan penuh gairah. Lagi-lagi, Miana merekam semuanya tanpa sepengetahuan Ramon tentu saja. Ramon begitu bersemangat bercinta dengan Miana, yang padahal dia sedang membayangkan bercinta dengan Vero.“Aku suka gaya yang seperti ini!” serunya dengan penuh semangat dan menepuk pantat Miana yang kini sedang berada di depannya.Dogy style dipasang dan Ramon menunggangi Miana dengan kegagahaannya. Miana sengaja mengeluarkan desahan dan lenguhan kenikmatan yang benar-benar membuat Ramon semakin bergairah. Itulah seorang pria, seperti apapun dia berkata cinta pada wanita lain, dia tetap tidak akan bisa menolak gairah dan kenikmatan yang disajikan di depan mata kepalanya seperti sekarang.“Aku akan sampai ...,” ucap Ramon yang sudah mempercepat ritme hentakannya di dalam sana.“Aakkhh ... aaakhh ... buang di dalam saja, Sayang. Aku sangat ingin mengandung benih darimu,” sahut Miana dan berusaha menahan cairan kenikmatan itu ti