Share

AKU MENCINTAINYA, NYONYA

Seminggu kemudian.

King Athur kembali bersama istrinya, Mahalini setelah mengunjungi proyek terbaru mereka di London.  Indira, Jenny dan Alma tentu merasa senang sebab mereka sudah menyiapkan skenario licik untuk mengusir Cyuta dan Haidar.

“Selamat datang, suamiku-“

Haikal adalah King Arthur – pengusaha ternama di Asia- tidak menghiraukan sapaan manis dari Indira.  Wajahnya sama sekali tidak memandang barisan para  istrinya yang selalu menyambut seperti biasa setiap dirinya pulang dari urusan bisnis di luar daerah.

Cyuta pun ada di antara barisan tersebut.  Haikal berhenti sejenak ketika melewati wanita muda itu.  Wajah pucat Cyuta menjadi perhatiannya.

“Ada apa denganmu?  Apakah ada sesuatu yang kamu rasakan?”  tanya pria itu.

Cyuta yang baru pertama kali melihat Haikal seketika melebarkan matanya spontan.

‘Aku seperti mengenalnya, tapi di mana?’  tanyanya dalam hati saja.  Pandangan matanya segera beralih pada Mahalini yang kini menatapnya lekat.

“Apa kamu sakit?”  tanya wanita cantik itu pada Cyuta.

Indira pun terbatuk saat mendengar suami istri itu khawatir pada Cyuta.

“Kakak, aku juga sedang tidak enak badan.  Apa kakak tidak khawatir padaku?”  ujar Indira sedikit merajuk manja.

“Kakak, aku juga merasa tidak enak badan.  Sekujur tubuhku terasa ngilu kak,”  Jenny pun tidak mau ketinggalan mencari simpati Mahalini.

Namun baik Haikal maupun Mahalini tidak ada yang merespon mereka.  Hanya pada Cyuta, Mahalini berpesan.

“Jaga diirimu, mungkin pewaris King Arthur sudah ada dalam rahimmu.”

Degh.

Bukan hanya Cyuta yang terdiam, namun ketiga wanita lainnya langsung terdiam menelan salivanya.  Mereka saling menatap  satu sama lain, penuh kebencian.

Setelah itu Mahalini mengikuti suaminya masuk dalam rumah.  Sempat bertemu dengan Haidar, sepasang suami istri itu melewati sang pengawal, tanpa mengucapkan sesuatu.

Cyuta pun bersiap beranjak saat tiba-tiba tangan Alma menarik kasar wanita itu hingga nyaris jatuh.  Haidar segera berlari  cepat dan menarik Cyuta masuk pelukannya, kemudian mendorong Alma yang kini jatuh terduduk.

“Aku peringatkan padamu!  Kamu orang pertama yang akan aku singkirkan jika terjadi sesuatu pada Nyonya muda.”

Glek.  Tatapan membunuh Haidar seketika membuat nyali Alma menciut.  Indira dan Jenny tidak ada satupun yang membantunya berdiri.

Sebab Indira masih teringat ketika dirinya mengusir Haidar, lelaki itu justru berkata yang seharusnya angkat kaki dari rumah ini adalah dirinya.  Indira pun bertekad akan membalas perbuatan Haidar.

Begitupun Jenny tidak mampu berbuat apapun untuk menyakiti Cyuta selama si pengawal itu selalu berada di sisi wanita tersebut.

Perlakuan istimewa yang membuat ketiga madu Mahalini semakin iri, dan mencurigai adanya skandal.

Tanpa menghiraukan Alma, Indira berlalu pergi diikuti dengan Jenny di belakangnya.  Sementara Alma hanya menatap kepergian keduanya tanpa bisa bicara apa-apa.

“Lihatlah, tidak ada yang peduli dengan penjilat sepertimu.  Paham sekarang?”

“Nyonya, lebih baik Anda menemani Nyonya Besar,”  saran Haidar pada Cyuta yang sudah berdiri tegak setelah nyaris terpelanting kebelakang.

“Terima kasih,”  jawab Cyuta seraya melangkah masuk rumah.

Semenjak kedatangan Haidar, para pelayan yang semula di rumahkan oleh Indira, segera dipanggil masuk kembali setelah King Arthur mendapat laporan Haidar.

Rumah sebesar itu terbagi menjadi beberapa sektor.  Kamar Cyuta dan kamar Mahalini mempunyai satu pintu bersama untuk masuknya King Arthur dalam kamar istri kelima tersebut.

Dan pintu itu hanya diketahui oleh Mahalini.  Sesungguhnya dari depan kamar mereka tersekat pagar pemisah sektor.  Bisa dikatakan sektor utama adalah bagian Mahalini, sementara sayap kanan adalah sektor Cyuta Maharani.

Setiap sektor memiliki pelayan yang bertanggung jawab.  Haidar hanya memanggil pelayan sektor Cyuta, termasuk Rara –pelayan pribadi- Cyuta.

Melihat madu kelimanya masuk, Indira menjadi ketakutan sendiri, takut kedoknya terbongkar.  Sebab itu dia segera masuk dalam rumah menemui dan mengawasi siapapun yang mendekati Mahaliini atau King Arthur.

Sepasang suami istri itu sedang duduk di ruang keluarga, menikmati seduhan teh dan kudapan aneka rasa yang disajikan menggugah selera.

Indira segera duduk bergabung dengan Mahalini, belum sempat dirinya mengambil posisi di sebelah wanita itu, Mahalini sudah memberi kode untuk menjauh dari tempat itu.

Saat itulah mata Mahalini menangkap sosok Cyuta yang berjalan memasuki rumah setelah Jenny.

“Cyuta, duduklah di sini.  Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu,”  titah wanita itu berwibawa.

Tidak ada yang berani menentang apa yang sudah keluar dari mulut Mahalini.

Indira dan Jenny hanya bisa menelan kedongkolan mereka.  Keduanya mengambil posisi di seberang meja.

“Apakah ada rasa mual yang kamu rasakan?” selidik Mahalini ketika Cyuta duduk di sebelahnya.

Cyuta sejenak melirik pada Indira dan Jenny.  Ada ketakutan, dan hal itu tidak luput dari pandangan Mahalini.

“Apa mereka melakukan sesuatu padamu saat aku tidak ada di rumah?”

Mahalini melirik tajam pada Indira dan Jenny.  Indira pun segera bereaksi.

“Kakak.  Aku mana berani melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perintahmu.  Semua juga tahu jika kendali atas rumah ini ada pada Kakak.”

“Ya benar kak, Kak Indira justru perhatian pada Cyuta dengan memberikan makanan bergizi serta vitamin,”  ujar Jenny menimpali ucapan Indira.

“Vitamin?  Vitamin apa yang kau berikan.  Bukankah aku sudah memberikan pada Rara untuk mengingatkan Cyuta,”  tanya Mahalini heran.

“Kakak, aku hanya memberi dia vitamin untuk stamina tubuhnya.”

“Ya benar Kak, sebab adik Cyuta ini masih terbawa oleh suasana kampungnya.  Jadi tidak bisa diam, beberes rumah.”

King Arthur menoleh pada Mahalini, pandangan Haikal penuh misteri dan hanya Mahalini yang tahu artinya.

Lelaki tampan berwajah datar dan dingin, tidak disangka mempunyai empat istri bahkan masih menikah untuk yang kelima.  Cyuta menatap sejenak wajah suaminya kemudian mengalihkan pandangannya pada sosok Haidar yang berdiri tak jauh dari mereka.

Hanya melihat pada lelaki itu Cyuta merasa tenang.  Hubungan terlarangnya pun dia simpan baik-baik.  Entah bagaimana nanti nasibnya, yang pasti Cyuta merasa lelaki sang pengawalnya akan melindunginya.  Bahkan bila diusir dari rumah ini pun dia sudah siap.

Cyuta baru pertama kali jatuh cinta, dan itu bukan pada suaminya melainkan pada sang pengawalnya.

‘Ah, King Arthur banyak wanitanya.  Lebih baik sama Haidar, walaupun pengawal tapi aku satu-satunya wanitanya.’  Setan dalam diri Cyuta selalu membisikkan argument itu.

“Apa maksudmu?  Cyuta mengerjakan pekerjaan rumah begitu?  Lantas kemana para pelayan?”  Mahalini memancing Jenny.

Cyuta pun tersadar dari lamunan.  Cyuta melihat pada Jenny menunggu jawaban apa dari perempuan bermulut ular ini.

“Aduh Kakak. Ya mereka senang dong ketika Nyonya muda ini mengatakan tidak bisa diam karena sudah terbiasa di kampungnya.”

“Kakak juga jangan terbuai dengan wajah polosnya.  Lihat saja dia seperti muak melihat wajah Tuan Besar,”  tambah Indira mulai memanipulasi keadaan.  Keahliannya menggiring opini.

Indira melihat tatapan Cyuta lain ketika melihat pada Haikal dan saat matanya menatap Haidar.  Saat yang ditunggu pun tiba.  Dirinya bertekad membuka skandal Haidar dan Cyuta.

Pucuk dicinta ulam tiba.  Alma yang merupakan saksi kunci, masuk dan ikut bergabung dengan mereka.  Senjata siap diluncurkan.

Indira tersenyum penuh arti.

“Apakah Kakak tidak merasa tatapan Cyuta berbeda saat menatap pengawalnya itu?”  bisik Indira namun sengaja agak keras seraya melirik pada Haidar.

“Apa maksudmu, Indira!”  suara Mahalini meninggi, sambil melirik pada Cyuta dan Haidar bergantian.  Demikian juga Haikal yang kini menatap pada sang pengawalnya.

“Kakak bisa tanyakan pada Alma.  Selama ini pria itu selalu mengintimidasi Alma, karena dia mengetahui hubungan terlarang mereka berdua.”

Alma yang namanya disebut, tidak bisa tinggal diam.  Dia harus meyakinkan Mahalini dan juga King Arthur tentang penghianatan istri kelima yang terlihat polo situ.

Ya mereka sudah saatnya diusir dari sini.

“Ada apa, Alma?”  tanya Mahalini.  Ada kegeraman yang siap untuk memangsa penghianat.

“Kakak, maafkan Alma yang tidak berani bilang selama ini.  Alma melihat Haidar mencium Cyuta di pinggiran kolam renang, mereka berenang bersama dan kemudian Haidar mengangkat Cyuta membawanya masuk dalam kamar Cyuta.”

Duar!

Mahalini menoleh pada Cyuta yang hanya diam.  Tatapannya tajam bagai mata pisau siap menyobek lawannya.

“Dan satu lagi Kak. Haidar mengancam akan mengusirku jika aku melaporkan kepada kalian,”  ucap Alma seraya mengeluarkan air matanya.

“Lihatkan Kak, Alma begitu tertekan dan ketakutan.”  Jenny memeluk Alma seolah menenangkan wanita itu.

Ketiga madu mulai bersandiwara.  Air mata kepalsuan mulai keluar tanpa skenario.  Hebat sekali.

“Benar apa yang dikatakan oleh mereka?”  selidik Mahalini pada Cyuta.

Haidar melangkah maju dan berkata.

“Jika Nyonya Besar ingin tahu tanyakan padaku saja,”  ujar Haidar mengambil alih.

“Apa benar yang dikatakannya, jika kalian-“ Mahalini menoleh pada wanita disebelahnya dengan pandangan tajam.

“Aku mencintainya, Nyonya –“

Bughh.

Cyuta pun tidak sadarkan diri.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status