Share

SKANDAL SANG PENGAWAL

Senyum mengembang dari wajah Cyuta yang mulai masuk dalam air.  Perlahan matanya mulai tertutup seiring dengan tubuhnya semakin turun menuju dasar kolam sedalam 4 meter.

Kolam renang milik King Arthur memiliki kedalaman mulai dari 1 meter hingga 4 meter.  Sementara kolam berukuran persegi panjang itu memiliki ukuran 100 x 20 meter, memang sering di gunakan untuk latihan berenang maupun tehnik menyelam dasar.

Cyuta tepat berada disisi kedalaman 4 meter.  Wanita itu sama sekali tidak bisa berenang, dan menganggap semesta sedang memberinya jalan untuk bertemu dengan kedua orang tua kandung serta kedua orang tua angkatnya.

‘Mama.., Papa.., aku datang,’  itulah kalimat terakhir yang diucapkan saat tubuhnya tenggelam.

Seperti kata perpisahan terhadap alam semesta yang sudah tidak adil padanya, Cyuta siap melepas penderitaannya.

Byur!

Tiba-tiba, sosok lain masuk dalam kolam dengan cekatan, memeluk tubuh Cyuta yang nyaris menyentuh dasar kolam kemudian membawa wanita itu naik keatas.

Tubuh Cyuta yang mulai lemas kehabisan oksigen segera mendapatkan pertolongan pertama dari sosok penolongnya yang tidak lain adalah seorang pria muda nan gagah.

Tindakan pertolongan pertama pun dilakukan pria itu, dengan menekan dada Cyuta awalnya, hingga akhirnya memberikan napas dari mulut ke mulut sebanyak 2 kali. 

Cyuta tersedak dan memuntahkan air dari dalam mulutnya.

“Uhuk.., uhuk!”

Cyuta dibantu duduk oleh sang penolong.  Mata wanita itu memperhatikan sekelilingnya, dan kemudian tertuju pada pria di depannya yang sedang mengawasinya.

“Apa aku masih hidup?”  tanya Cyuta lirih.

“Tentu saja.  Apa kamu ingin mati?”  balas pria itu cepat.

“Kenapa kamu menolongku! Biarkan aku mati saja!  Aku ingin menyusul mama papaku,” pekik Cyuta kecewa.

Dia pun mendorong tubuh lelaki itu, dan kemudian hendak menerjunkan dirinya kembali.  Tentu saja tidak semudah yang dipikirkan, lelaki sang penolongnya segera mengangkat tubuh Cyuta, menggendongnya serta membawanya pergi menjauh dari  kolam renang.

Belum juga sampai pintu masuk, Alma sudah berdiri dengan raut wajah marah.  Dia sudah memperhatikan sejak Cyuta jatuh ke kolam.

“Siapa kamu!  Turunkan dia, belum selesai -“

“Diam kamu!  Beri jalan!”  bentakan kasar si pria membungkam Alma seketika.

Dengan bahunya yang lebar, sosok pria tersebut menabrakkan bahu kanannya hingga tubuh Alma terdorong kebelakang.

Pria tersebut memiliki postur tegap dengan tinggi menjulang proposional, 185 cm dengan berat 75 kilogram cukup kuat mendorong tubuh Alma yang hanya setinggi 150 dengan berat 65 kilogram.

“Hei!  Kamu akan menyesal, sebentar lagi Nyonya Indira datang kamu akan terima akibatnya,”  ancam Alma seraya berteriak marah.

Tidak ada yang peduli.

Sesampainya di dalam kamar, pria tersebut segera membaringkan Cyuta di atas sofa.  Alih-alih pergi setelah menurunkan Cyuta, ternyata pria itu menatap wanita tersebut dengan tatapan tajam sedikit marah.

“Katakan, sejak kapan mereka menyiksamu, Nyonya?” tanyanya sambil berkacak pinggang.

Cyuta tidak menjawab, dia hanya merasa kedinginan.  Bibirnya bergetar.  Pria itupun tersadar, dan segera mengambilkan handuk kimono dan meminta Cyuta untuk mengganti pakaian basahnya.

“Jangan coba-coba lakukan hal konyol lagi, Nyonya.  Aku akan tetap dalam ruangan ini, mengawasimu.”

Cyuta terdiam terpaku dalam kamar mandi.  Air mata menetes dari ujung matanya.  Kesedihan sepertinya enggan berlalu dari hidupnya.  Ada kemarahan dalam dirinya sebab terselamatkan.

Lima belas menit berada dalam kamar mandi, Cyuta terkejut ketika pintu kamar mandi dibuka.

“Agghh!”  Cyuta menjerit saat menyadari dia belum menggunakan pakaian ganti secara sempurna. 

Sama terkejutnya, pria itu segera memalingkan wajahnya.

“Maaf!  Cepatlah keluar, Nyonya. Anda jangan membuat khawatir,”  tuturnya setelah membalikkan badannya.

“Namaku Haidar, pengawal pribadi Anda.”

Sosok pria itu kemudian memperkenalkan dirinya.  Cyuta seketika melebarkan matanya.

‘Pengawal pribadi?’  ulangnya dalam hati.

“Maafkan aku, Nyonya. Baru sekarang datang melindungimu, karena ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan.  Beruntung sekali, aku belum terlambat menolong Anda.”

Cyuta merasa ada nada amarah dan juga penyesalan dari pria tersebut.

“Tidak apa-apa, maaf.”

Haidar membalikkan badannya kembali.  Menatap Cyuta yang sudah berganti pakaian.  Wajah manis Cyuta dengan keadaan rambut basah justru memancing getaran lain dalam diri Haidar.  Haidar tercekat.

“Nyonya, mari kita bicara.”

Sekuat tenaga Haidar menahan diri, hanya mampu menelan saliva.

Dan kini Cyuta duduk di atas ranjang, menatap Haidar dengan tatapan polosnya.  Cyuta tidak bisa berpikir apapun.

Wajah tampan Haidar yang berbulu halus mengitari rahang keras, serta sorot mata tajam menatapnya menjadi fokus utama penglihatan Cyuta.

Pun sebaliknya, Haidar memperhatikan sepasang mata indah dengan bingkai bulu mata lentik alami mengerjap memandang dirinya.  Sungguh menggemaskan.  Tidak munafik, hasrat Haidar bergelora.

Mereka saling bertatapan hingga beberapa lama, sebelum akhirnya Haidar tersadar lebih dahulu.

“Apa yang membuat Nyonya ingin bunuh diri?”  tanya Haidar demi menutupi rasa malu karena tertangkap basah menganggumi wanita muda dihadapannya.

“Aku, aku –“  Cyuta tidak melanjutkan kalimatnya.  Matanya menunduk melihat tangannya yang sedang memilin ujung kaosnya.

Haidar melihat itu semua.  Hatinya miris bak teriris pisau.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu.  Tetapi mulai sekarang aku akan melindungi dan memastikan kehidupanmu baik-baik saja.”

Cyuta mengangkat kepalanya.  Pandangan kosongnya menatap manik mata Haidar mencoba mencari tahu arti kalimat pria di depannya.

“Apa maksudnya?”

“Selama aku hidup, tidak ada yang bisa meyakitimu, Nyonya.  Percayalah padaku.  Aku akan menjadi perisai untukmu dan juga aku menjadi gada pemukul di tanganmu.  Lupakan niat bunuh dirimu, Nyonya.”

Deg.  Nyess, hati Cyuta terasa sejuk.

Setelah sekian lama kering kerontang dan hanya berisi makian serta hinaan saja, baru kali ini orang lain mengatakan janji manis untuknya.

“Apakah perkataanmu sungguh-sungguh?”

“Tentu saja, aku mengatakan tulus dari dalam hatiku.  Percayalah padaku.  Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu sendirian menghadapi mereka.”

Tiba-tiba Haidar telah mensejajarkan dirinya tepat dihadapan Cyuta.

Keheningan dalam kamar, yang hanya mereka berdua membuat mereka lama-kelamaan merasa panas.  Entah apa yang membuat keduanya mengeluarkan napas yang terdengar berat.

Mata mereka saling berpandangan tanpa ada yang menyadari untuk melepaskan diri.  Perlahan namun pasti wajah Haidar mendekati wajah Cyuta.

Seperti membenarkan sebuah pepatah yang mengatakan jika ada satu pria dan wanita dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan.

Tidak ada penolakan dari Cyuta.  Wanita ini justru merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Perlahan bibir Haidar mengecup pelan bibir Cyuta.  Manis terasa.  Cyuta tertegun sejenak, namun otaknya sudah tidak dapat berpikir jernih.  Sentuhan itu berubah menjadi lumatan sangat lembut membuai Cyuta.  Napas keduanya kini menderu dikuasai hasrat.

Haidar kemudian mendorong tubuh Cyuta hingga berbaring di atas ranjang berukuran king size. Lelaki yang kini semakin terbakar, mencumbui wanita itu dengan sejuta sentuhan surgawi.  Kupu-kupu pun berterbangan membuai Cyuta yang sudah terbawa ke langit ketujuh.

Bagi Cyuta hal ini adalah pertama kalinya dia merasakan keindahan dalam suatu hubungan intim, walau sebelumnya pernah dia rasakan, namun wanita itu menikmati kegiatan panas mereka yang memabukkannya kali ini.

                                                                                                                            

Mendapati wanita yang menjadi tanggungannya merespon setiap rangsangan yang dia berikan, Haidar semakin bersemangat.  Pikirannya saat ini adalah menjadikan Cyuta sebagai miliknya seutuhnya.

Desahan kenikmatkan meluncur dari bibir Cyuta, terdengar merdu di telinga Haidar.  Lelaki itu pun melepaskan semua penghalang hingga mereka berdua dalam keadaan polos.

Entah mengapa Cyuta sedikitpun tidak menolak, tubuhnya merespon balik saat lelaki tersebut melakukan penyatuan dengannya.  Hentakkan saat pelepasan pun terasa menyenangkan.

Keduanya pun berbaring bersisian setelah Haidar memberikan benihnya pada rahim sang nyonya kelima.

                                                                                   

“Maafk aku tidak mampu menahan diri.  Apakah Anda menyesal, Nyonya?”

Cyuta menoleh menatap wajah Haidar.

“Jika ada yang disalahkan, itu adalah aku.  Aku wanita yang tidak mampu menjaga diri –“

“Sstt!”  Haidar segera menutup bibir Cyuta dengan jarinya.  Kepalanya menggeleng seraya menatap lembut wanita di hadapannya.

“Tidak ada wanita yang salah.  Aku yang salah.  Aku akan bertanggung jawab. Percayalah padaku, bisa kan?”

Sejenak Cyuta membalas tatapan mata Haidar.  Darahnya berdesir, dan tidak mampu berbuat apapun.  Naluri dalam hati menuntunnya berkata,

“Aku percaya padamu, tolong jangan kecewakan aku.”

***

Alma tersenyum girang ketika melihat Indira dan Jenny turun dari kendaraan.  Wanita itu segera menghampiri dua sekutunya.

“Kak. Kalian harus bertindak cepat. King Arthur mengirimkan pengawal pribadi untuk wanita kampungan itu.”

Laporan Alma sontak membuat mata kedua orang yang baru datang itu terbelalak.  Indira segera bergegas masuk.

“Dimana dia?”

“Aku lihat masuk dalam kamar wanita itu!”

“Apa?”  pekik Jenny kegirangan.

“Akhirnya kita punya cara menyingkirkan mereka berdua sekaligus.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sunflower 9899
Kapokmu kapan Alma.. Haidar dilawan..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status