Share

BAB - 05

Author: shart96
last update Last Updated: 2025-11-06 12:53:56

Kanaya terdiam, terasa seperti baru ditampar kata-katanya sendiri.

“Tidak … bukan begitu …”

Mobil menepi perlahan.

“Selesai. Silakan,” gumam Liam datar.

Kanaya menghela napas, lalu buru-buru membuka pintu, menunduk dalam. “Terima kasih sudah mengantar. Selamat malam.”

Dia melangkah cepat pergi tanpa berani menoleh kembali, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

****

Beberapa hari berlalu. Siang itu Kanaya berlari tergesa menembus kerumunan orang di trotoar. Waktu hampir habis dan sekarang dia terjebak macet dalam perjalanan menuju kantor catatan sipil.

Padahal hari ini adalah jadwal Kanaya dan Liam menandatangani berkas akhir pembuatan akta nikah setelah semua proses online selesai.

“Tadi kenapa nggak naik motor saja…” gumam Kanaya pelan sambil memijat betis yang mulai kram. Namun dia kembali berlari, menuruni tangga dengan hampir saja terpeleset karena terburu-buru.

Sebelumnya, Liam sempat menghubunginya untuk menjemput di dekat asrama, katanya permintaan Nenek Riana. Kanaya menolak, merasa tidak enak merepotkan dan mengira naik bus cukup cepat. Sekarang dia hanya menyesal dalam diam.

Begitu tiba di area gedung catatan sipil, Kanaya melihat Liam sudah berdiri sendirian di sisi parkiran, tangan satu memegang ponsel, wajahnya jelas tidak sedang dalam suasana baik.

Kanaya menghampiri, masih berusaha menata napasnya.

“Maaf, Pak. Saya terlambat. Bus-nya terjebak macet,” ucapnya pelan, dia menunduk, napasnya masih terengah.

Liam mengangkat wajah, menatap sebentar dengan ekspresi datar. Lalu, pria itu memasukkan ponselnya ke saku dan berjalan mendahului Kanaya. “Ayo, lima menit lagi mereka akan tutup untuk makan siang.”

Kanaya menelan ludah, lalu bergegas mengejar Liam.

Kanaya bergegas menyusul Liam memasuki gedung. Karena semua berkas sudah diurus secara online sebelumnya, mereka hanya menunggu giliran untuk foto sebagai langkah terakhir proses pembuatan akta nikah.

Prosesnya berjalan cepat, meski sempat canggung ketika fotografer meminta mereka berdiri lebih dekat. Kanaya menahan napas, sementara Liam hanya bergeser sepersekian tanpa ekspresi.

Tak lama setelah itu, keduanya keluar dari kantor catatan sipil dengan masing-masing memegang salinan akta nikah.

Di luar, Liam melihat ke arah Kanaya sekilas. “Kita makan dulu.”

“Eh … Nggak usa—” belum selesai Kanaya bicara, perutnya justru lebih dulu berbunyi.

Kruukk!

Kanaya membeku, pipinya memanas. Dia langsung menundukkan kepalanya merasa malu.

“Ayo, setelah makan baru saya antar kamu pulang,” kata Liam lagi dengan senyum tipis di bibirnya setelah mendengar bunyi perut Kanaya.

“Baik, Pak…” Kanaya hanya bisa mengikuti dari belakang, berjalan cepat agar tidak tertinggal.

Begitu Liam membuka pintu mobil untuknya, Kanaya menelan ludah dan masuk tanpa banyak kata.

‘Aku benar-benar tidak mengerti orang ini, kadang dingin menyebalkan, kadang baik,’ pikir Kanaya dalam hati sambil menarik napas panjang sebelum pintu mobil tertutup.

Perjalanan berlangsung dalam keheningan yang canggung. Tak ada satu kata pun terucap di antara mereka. Hanya suara mesin dan deru angin AC yang terdengar memenuhi kabin mobil.

Kanaya memandang lurus ke luar jendela, berusaha mengatur napasnya yang terasa memburu. Sementara itu, Liam tetap fokus pada jalan, kedua tangannya menggenggam setir cukup kuat.

Begitu mobil berbelok dan memasuki area parkir restoran, Kanaya baru menyadari betapa tegangnya suasana sepanjang perjalanan. Jantungnya masih berdetak kencang ketika mobil akhirnya berhenti.

Liam mematikan mesin dan berkata pelan, “Ayo.”

Keduanya duduk berhadapan di salah satu restoran dekat kantor catatan sipil. Mereka sudah memesan makanan dan minuman, kini hanya menunggu pesanan datang. Suasana masih terasa kaku; masing-masing sibuk menatap layar ponselnya.

Kanaya melirik sekilas ketika melihat Liam memotret buku nikahnya dan mengetik sesuatu. Liam mengangkat kepalanya, menangkap tatapannya.

“Nenek minta bukti kalau kita sudah selesai urusan di catatan sipil,” ujarnya singkat sambil memperlihatkan layar ponselnya sekilas.

Kanaya mengangguk pelan. “Oh… baik.”

Liam meletakkan ponselnya di meja. “Setelah ini, urus surat pindah dari asrama.”

Kanaya memandangnya, tampak terkejut. “Secepat itu?”

“Kita sudah menikah. Kamu paham kan?” jawab Liam datar. “Tenang saja, kita tidak tinggal dengan keluarga saya. Saya punya rumah sendiri.”

Kanaya menarik napas pendek sebelum mengangguk. “Baik. Besok saya urus.”

“Saya siapkan formulirnya. Ambil di ruang dosen, tinggal isi datanya.”

“Baik, Pak,” sahut Kanaya pelan.

Diam kembali menyelimuti meja. Tidak sampai lama, pesanan mereka datang. Mereka makan dengan tenang, tanpa percakapan lain di antara mereka.

Saat menyuapkan makanan ke mulutnya, Kanaya berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. Namun dada dan pikirannya terasa penuh sesak. Semua terjadi terlalu cepat, bahkan dirinya masih belum sepenuhnya memahami bagaimana dalam hitungan hari dia bisa berakhir duduk satu meja sebagai seorang istri… dari dosennya sendiri.

Setiap kali tanpa sengaja menatap wajah Liam di hadapannya, rasanya seperti mimpi yang absurd. Bukan ini rencana hidupnya. Bukan ini bayangan tentang pernikahan pertamanya. Semua terasa serba asing, serba canggung, dan sulit diterima akal.

Kanaya menunduk, menatap buku nikah yang tergeletak di samping ponselnya. Namanya tertera jelas di sana, berdampingan dengan nama Liam.

Akhirnya, Kanaya hanya bisa menghela napas pasrah. Setidaknya, pernikahan ini mungkin bisa menyelamatkan nasib ibunya dari sikap kasar ayah tirinya itu. Urusan bagaimana dia dan Liam di kampus, bisa dipikir belakangan.

****

Setelah selesai makan, Liam berdiri lebih dulu dan merapikan buku nikahnya ke dalam map.

“Ayo. Saya antar kamu pulang,” ucapnya singkat.

Kanaya buru-buru ikut berdiri. “Tidak usah, Pak. Saya bisa naik bus atau ojek saja. Lagipula arah pulangnya berbeda.”

Liam menghentikan langkahnya, menatap Kanaya datar. “Mulai hari ini berhenti menolak seperti itu.”

Kanaya terdiam, tidak menyangka nada suara Liam begitu tegas. Tapi, dia juga bingung kenapa Liam berkata seperti itu.

“Saya suami kamu sekarang,” lanjut Liam tanpa mengalihkan pandangan. “Tidak seharusnya seorang istri menolak perintah suaminya.”

Kanaya terkejut, dia menelan ludahnya perlahan, tak mampu membalas. “Tapi saya tidak biasa merepotkan—”

“Bukan merepotkan,” potong Liam cepat.

Tidak punya pilihan lain, Kanaya hanya mengangguk pelan. “…Baik.”

Mereka berjalan keluar restoran dalam diam sampai masuk ke dalam mobil. Perjalanan menuju asrama berlangsung hening, hanya suara mesin dan sesekali suara klakson kendaraan lain yang terdengar.

Sesampainya di depan gerbang asrama, Liam memberhentikan mobil pelan. “Besok saya urus formulir pindahnya.”

Kanaya memegang gagang pintu, ragu sejenak. “Terima kasih… Pak.”

Liam menoleh sekilas, lalu mengangguk pelan.

Namun, ketika hendak membuka pintu mobil, Kanaya mengurungkan niatnya. Dia kembali menatap Liam dengan ragu. Tangannya masih menggenggam erat map berisi buku nikah mereka.

“Kenapa?” tanya Liam singkat.

“Anu … Pak, apa boleh kita sembunyikan dulu pernikahan ini dari orang-orang di kampus?” tanya Kanaya ragu, dia bahkan tak berani menatap wajah Liam. “Saya tidak mau suasana di kampus jadi aneh, atau orang-orang mulai membuat gosip macam-macam. Soal hubungan malam itu juga saya tidak pernah bilang ke siapa-siapa.”

Liam terdiam beberapa detik, tidak langsung menjawab.

Kanaya buru-buru melanjutkan, takut salah paham. “Saya hanya butuh waktu, setidaknya sampai semuanya lebih stabil. Saya tidak siap kalau heboh.”

Liam menatapnya lama, seolah mencoba membaca alasan di balik matanya.

Hening menggantung di antara mereka.

Akhirnya, Liam mengangguk pelan. “Baik. Saya mengerti.”

Kanaya menghembuskan napas lega. “Terima kasih.”

Tanpa menambahkan apapun, Liam kembali menatap ke depan. “Masuklah. Istirahat.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 06

    Pagi ini Kanaya bergegas menuju ruang dosen, beberapa saat yang lalu Liam telah mengirimnya pesan untuk segera mengambil formulir surat kepindahannya dari asrama.Begitu sampai di ruang dosen, Kanaya langsung disambut oleh tatapan dingin Liam yang duduk di kursi kerjanya.“Mau ambil formulir pindahan?” tanya Liam tanpa basa-basi.“I…iya pak.” Kanaya mengangguk cepat.Liam langsung berdiri menuju mesin printer dan mengambil kertas yang sudah tercetak sebelumnya disana.Sembari menunggu Liam, Kanaya hanya bisa diam dan memperhatikan punggung pria itu. Hingga tak lama, pria itu telah kembali ke hadapannya.Liam menyerahkan formulirnya kepada Kanaya. ”Tinggal kamu isi setelah selesai kamu berikan kepada pengelola asrama.”Kanaya menerima formulir tersebut dan membacanya sekilas. ”Baik pak, kalau begitu saya permisi sekarang, nanti saya berikan kepada kepala pengelola asrama setelah selesai kelas.”“Kabari jika sudah selesai semuanya, nanti saya jemput kamu di dekat asrama untuk bawa baran

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 05

    Kanaya terdiam, terasa seperti baru ditampar kata-katanya sendiri.“Tidak … bukan begitu …”Mobil menepi perlahan.“Selesai. Silakan,” gumam Liam datar.Kanaya menghela napas, lalu buru-buru membuka pintu, menunduk dalam. “Terima kasih sudah mengantar. Selamat malam.”Dia melangkah cepat pergi tanpa berani menoleh kembali, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.****Beberapa hari berlalu. Siang itu Kanaya berlari tergesa menembus kerumunan orang di trotoar. Waktu hampir habis dan sekarang dia terjebak macet dalam perjalanan menuju kantor catatan sipil.Padahal hari ini adalah jadwal Kanaya dan Liam menandatangani berkas akhir pembuatan akta nikah setelah semua proses online selesai.“Tadi kenapa nggak naik motor saja…” gumam Kanaya pelan sambil memijat betis yang mulai kram. Namun dia kembali berlari, menuruni tangga dengan hampir saja terpeleset karena terburu-buru.Sebelumnya, Liam sempat menghubunginya untuk menjemput di dekat asrama, katanya permintaan Nenek Riana. Kanaya me

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 04

    Kanaya membuka mulutnya, namun tak satu kata pun keluar. Jantungnya berdegup begitu keras hingga terasa menyakitkan.“Saya…” suaranya nyaris tidak terdengar, tenggorokannya seakan terkunci.Liam menatapnya lebih dalam, lalu berkata, “Katakan nanti saja di pertemuan keluarga.”Setelah itu, Liam langsung melangkah pergi, meninggalkan Kanaya yang masih kebingungan.Kanaya mematung beberapa detik setelah punggung Liam menghilang dari pandangannya. Nafasnya tercekat, batang tenggorokannya terasa mengering. Ia memejamkan mata sesaat, mencoba menenangkan dirinya yang hampir limbung.Tanpa benar-benar sadar, kakinya melangkah kembali ke perpustakaan. Langkahnya terdengar terburu-buru di antara derit kursi dan suara ketikan keyboard. Naira sempat menoleh ketika Kanaya muncul dengan wajah pucat.“Eh, Nay—”“Aku pulang dulu, ada urusan” ucap Kanaya cepat, berusaha terdengar tenang meski suaranya bergetar. Naira hendak bertanya, namun Kanaya hanya tersenyum tipis sebelum meraih tasnya, memasukka

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 03

    Tiba-tiba saja, potongan ingatan soal kejadian di ruang dosen itu kembali terputar di kepala Kanaya, ketika Liam menyinggung sikap Kanaya dengan menyebutnya sebagai wanita yang dijodohkan dengannya.Saat itu, Kanaya sama sekali tak paham dengan maksud ucapan Liam. Dia pikir, Liam mungkin salah bicara atau asal sebut.Namun, sekarang semua terasa masuk akal. Mungkin saat itu Liam memang sudah tahu semuanya.“Jadi… Naya akan dijodohkan, Bu?” tanya Kanaya lirih setelah selesai membaca surat tersebut.“Ibu tidak akan memaksamu jika kamu tidak mau dijodohkan, Kanaya. Ibu bisa bicarakan baik-baik dengan keluarga teman kakekmu,” jawab Tania lembut. “Lagi pula, perjanjian itu sudah lama. Jika kamu menolak, tidak apa-apa.”Kanaya menggigit bibir, menunduk.‘Tapi jika aku menolak… Ibu akan diperlakukan lebih buruk lagi oleh Ayah. Dan aku tidak sanggup melihat Ibu menderita hanya karena aku egois tidak ingin dijodohkan…’ pikirnya.Suara teriakan dan perlakuan kasar ayah sambungnya masih terngian

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 02

    Kanaya membulatkan matanya, ini akan benar-benar menjadi akhir dari perkuliahannya.Entah apa yang dilakukannya di masa lalu hingga harus menghadapi situasi seperti ini sekarang. Kini, dia hanya bisa menghela napas dan menerima semua ini. Setidaknya jika dia tidak melawan, mungkin hidupnya masih akan berjalan cukup normal.“Baik, saya akan tutup mulut dan melupakan kejadian itu, karena saya juga tidak ingin kabar ini sampai tersebar dan merugikan perkuliahan saya yang tinggal dua semester lagi.” Kanaya mencoba tetap tenang, meski sekarang pikirannya sudah kemana-kemana.Cara terbaik untuk mengamankan kuliahnya saat ini dengan mengikuti apa yang diminta pria yang berada di hadapannya ini, jangan sampai kerja kerasnya untuk kuliah sampai di tahap ini sia-sia karena skandal tersebut.Dia hanya ingin selesai kuliah tepat waktu, bekerja dengan baik dan membahagiakan ibunya.“Saya juga minta bapak untuk benar-benar menjaga rahasia ini, meskipun saya sudah tutup mulut tidak menutup kemungkin

  • Skandal Semalam Dengan Dosenku   BAB - 01

    “Uhh … tolong pelan-pelan …”Kanaya menggeliat ketika pria itu menjamah tubuhnya. Rasa geli sekaligus nikmat menyerang seluruh indera di tubuh Kanaya.Beberapa menit yang lalu, gadis–tidak, wanita itu masih dalam keadaan sadar di pesta ulang tahun temannya. Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia telah berada di kamar hotel ini dalam keadaan tanpa baju.Terlebih, pria itu terus menghujani Kanaya dengan sentuhan-sentuhan yang memabukkan.Kanaya ingin menolak karena dia tahu ini tidak benar. Namun, tubuhnya berkhianat dan justru menikmati semua itu.“Ahh … sakit …” rintih Kanaya lagi ketika sesuatu yang asing menerobos tubuhnya.“Sakit atau enak?” tanya pria itu dengan suara rendah. “Tubuhmu bilang sebaliknya.”Kanaya menggelengkan kepalanya dengan mata setengah terpejam. Sementara pria itu mulai bergerak perlahan, tapi sangat pasti seolah ingin menikmati tiap inci dari tubuh Kanaya.“Mhhh …” pria itu menggeram rendah, seperti merasa puas dengan apa yang diberikan Kanaya.Rasa saki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status