Share

Bab 4 : Ekspektasi Pagi Indah

Suara rintik hujan membuat ku membuka mata perlahan. Ini sepertinya kediaman Hafla apalagi dengan berbagai dokumen di sana sini. Dan ya Fatih yang tidur di sofa. Ehh pelanggaran lu Sya. Bisanya suami tidur di sofa.

Ku tarik selimut yang membalut tubuhku dan menyampirkan ke tubuhnya sebelum beranjak keluar. Masih jam 4, berarti harusnya aku sudah mulai masak. Masalahnya ngga ada kah yang bisa ganti baju ini heh.

11 12 dengan rumahku hanya saja keluarga Hafla jauh lebih agamis berbeda dengan ku yang lebih javanes. Tapi di sini ngga ada ruang terbuka penghubung kayak di rumahku. Its okey kolam ikan cukup membuatku terpukau.

"Rafsya sudah bangun Nak?,"tanya Aina dengan senyum lembut nya menyapa ku. Bunda mertua ku memang sangat lemah lembut ges. Di pagi yang cerah senyumnya sudah mencerahkan dunia. "Sudah Bun. Oiya bun kalo sarapan biasanya masak apa,"tanyaku.

"Waduh kok kamu sibuk masak. Udah ngga usah mending bangunin Fatih. Kayaknya semalam riweh dengan tugas mahasiswa nya makanya sampai begadang. Biasanya kami di rumah sarapan pakai susu sama roti aja kok. 

Udah buruan bangunin Fatih gih,"ucap Aina mendorong ku halus kembali ke kamar. Mau ngga mau ya harus manut sama mertua. Btw tugas? Ada tugas apa kok aku ngga tau ehh.

"Pak sudah mau Subuh Pak,"ucapku menepuk kaki nya pelan. Baru ku tepuk kaki nya langsung bangun. Kalo aku? Hadeh ngga usah ditanya betapa malasnya diri ku kalo di rumah ibu. Sampai ditarik dari kasur kalo Satria sama Satya yang bangunin.

Liatlah muka Fatih ternyata ganteng saudara. Dan kamu kemana aja Rafsya baru tau suami mu ganteng nya Masya Allah??? Bahkan dengan rambut acak-acakan itu sudah cukup membuat ku deg-degan.

Ini aku baru setuju. Orang ganteng mah bebas. "Rafsya baju kamu sudah saya taruh di rumah. Saya Cuma bawakan itu saja,"ucap Fatih memunculkan kepala sebelum masuk ke kamar mandi menunjuk paper bag di ujung.

Sembari menunggu nya selesai mandi, aku mengambil beberapa potong pakaian untuk dipakai nya ke kampus. Baru aja mau liat baju apa yang dibawakan malah penasaran liat hp ku yang menyala.

Ozon O3

Rafael 

Rafsya tugas Pak Fatih

Hilda

Ehh ngga aktif cuy

Kieran

Duh mana ngga aktif lagi

Airin

Haeh tamat sudah kau Rafsya

Hari ini

Tugas apa coy

Rafael 

Tadi malam bapak kirim tugas di Gcr

Kerjakan 5 soal materi kemarin Sya

Mati kek mana dong

Hilda

Hubungin bapaknya langsung aja Sya

Lagian kamu kemana sih woy

Ada urusan penting

Thanks

Sembari menunggu Fatih keluar, aku berusaha mengerjakan semua tugas ya meskipun terlambat. "Mau mengerjakan apa di pagi buta?,"tanya Fatih membuat ku mendongak. "Gusti Allah. Itu pak tugas semalam,"ucapku merutukinya.

"Bisa ngga pakai baju dulu atau ngga kaos lah minimal baru keluar,"ucapku merutuk pelan. "Batas aurat seorang laki-laki dari pusar sampai lutut. Tugas? Kenapa baru mengerjakan sekarang,"tanya Fatih. "Karena semalam saya ketiduran Pak,"ucapku bersikeras mengerjakan 5 nomor itu. 

"Trus? Itu sebuah alasan? Teman mu bahkan sudah mengumpulkan sebelum jam 3,"ucap Fatih. "Makanya Pak please lah mana saya tau kalo ada tugas. Notifikasi HP saya juga kok tumben mati,"ucapku menggenggam tangan nya. "Ehh maksudnya. Tugas saya pak,"ucapku menyodorkan kertas tugas ku.

"Kamu tau kan hal yang membatalkan wudhu,"ucap Fatih berkacak pinggang. "Itu hehe. Tapi pak please tugas ku,"ucapku. "Saya mau sholat Subuh,"ucap Fatih berlalu. 

"Pak tugas saya,"ucapku mengejar nya sampai bawah namun usai begitu dia naik sepeda pergi ke masjid. Niat hati mau mengejarnya tapi baru ingat ngga pakai jilbab. "Rafsya ngapain sayang,"tanya Aina melihat ku seperti orang gila di pintu bawa kertas tugas. 

"Semalam ketiduran baru ngga tau kalo ada tugas,"ucapku. "Oalah. Sudah sekarang mandi dulu, habis itu nanti bilang ke Fatih pelan-pelan. Habis dari masjid biasanya menonton berita sama Ayah,"ucap Aina ku angguki.

Sembari merutuk aku kembali ke kamar dengan niat mau mandi tapi baru di pintu aku lupa. Dimana dia menyimpan baju yang tadi dimaksud. Ini mah bukan pagi yang cerah yang selalu ku baca di W*****d tapi pagi yang menyebalkan. Nasib punya suami dosen lagian ngga ada kah yang lain gitu. Semisal aku kan rada fresh dan penuh lelucon dengan laki-laki yang sama-sama penuh lelucon?

-&-

Selepas sholat Subuh, ku singkap lengan baju ku perlahan sambil menyalakan musik dari Spotify. 

Unbelievable sights

Indescribable feeling

Soaring, tumbling, freewheeling

Through an endless diamond sky

"Akh tahan Sya tahan,"ucapku mengusap salep ke luka di bagian lengan ku yang tinggal 80% kering. "Sini biar saya yang oleskan,"ucap Fatih di belakang ku membuat ku bergegas masuk ke dalam kamar mandi lagi dan menutup nya rapat.

"Biar saya yang oleskan atau tugas mu ngga saya terima,"ucap Fatih mengetuk pintu kamar mandi. "Ngga papa dah ngga diterima. Ini terlalu menjijikkan buat dilihat Pak Auh ashh,"ucapku menahan pedih.

"Apanya yang menjijikkan,"ucap Fatih. "Pak beneran deh. Bapak kalo liat pasti langsung ngga nafsu makan,"ucapku meniup kecil setelah ku beri salep. "Ngga nafsu makan? Saya sudah pernah liat waktu di rumah sakit.

Lupakan semua kalimat mu. Cepat keluar,"ucap Fatih membuat ku tersentak. "Tapi kan bapak bukan wali saya. Kenapa boleh dan kenapa bapak melihat luka saya,"ucapku menutup luka. "Saya bilang ke dokter saya suami kamu dan saya juga yang membuka baju kamu.

Dengan begitu asam sulfat nya ngga berdampak semakin buruk. Keluar atau saya dobrak,"ucap Fatih ku angguki. "Itu kan masih basah ngga seberapa. Ini kalo kering jauh lebih menjijikkan,"ucapku membuka pintu kamar mandi.

"Hmm Pak tugas saya berarti aman kan,"ucapku mengangsurkan kertas hasil karya 5 menit ku. Ku ikuti langkahnya yang berhenti kursi tempatnya belajar dan bekerja. Berbagai jenis dokumen dan berkas tak dikenal berada di atas mejanya.

"Reset?,"ucapku bergumam melihat namanya di atas salah satu penelitian. "Mana tugasmu,"tanya Fatih. Semalam apa dia kesambet ya? Atau memang aslinya begini? Haeh sama suami sendiri ngga kenal Rafsya?????

"Nanti saya koreksi. Kenapa masih belum mandi?,"tanya Fatih. "Belum sempat ganti baju, mau ganti baju lupa dimana bapak taruh,"ucapku. "Ini baju kamu,"ucap Fatih mengangsurkan baju ganti dalam paper bag.

Namun membuat ku semakin melotot. "Pak saya tidak bisa memakai nya,"ucapku. "Terserah,"ucap Fatih santai mengecek jawaban tugasku. "Tapi Pak ini bukan alasan. Bapak sengaja mau saya pakai baju ini ke kampus,"ucapku mendatangi nya sambil mengangsurkan lingerie yang ada di dalam paper bag.

"Astagfirullah. Pasti kerjaan teman-teman ini,"ucap Fatih tampak kesal. Apalagi dengan ku? 

"KAKAK KAPAN NIKAH???? NGGA NGUNDANG AKU LAGI !!??? Ehh ehh sudah ada istrinya ternyata,"ucap seorang gadis seusia ku. "Hallo Mbak ehh apa nih panggilnya. Saya Amayra,"ucapnya mengangsurkan tangan langsung ku balas.

"Siapa nama kakak,"tanya Amayra. "Rafsya Anitya,"ucap Fatih membalas. "Ouh oke Kak Rafsya. Btw kakak kejam kali masa istrinya masih pakai baju kebaya gitu. Ngga jelas memang Kak Fatih lama-lama,"ucap Amayra.

"Nah bagus. Amayra mumpung kamu asal masuk. Ada ngga beberapa baju mu?,"ucap Fatih. "Ada sih memang kenapa dengan baju yang kakak kasih. Tumben pilihan kakak ditolak cewek,"ucap Amayra mengambil paper bag dan melotot begitu melihat yang ada di dalamnya. 

"HAH!!! AYAH BUNDA. KAK FATIH MULAI GILAAA,"ucap Amayra berlari ke bawah.

"Aiy Aiy. Pfft tunggu aja kalian,"ucap Fatih mengajak ku ikut turun ke bawah. "Fatih,"ucap Aini. "Bukan begitu Bun. Itu salah baju, makanya aku minta Amayra pinjamkan dulu bajunya buat Rafsya,"ucap Fatih.

"Fatih bisa panggil lebih baik,"tanya Himawan. "Hmm maksudnya itu lah,"ucap Fatih. "Kalian ngga boleh panggil Pak sama Rafsya ya. Biasakan panggil minimal Kak atau ngga Mas. Kamu juga Fatih,"ucap Aini.

"Mas?,"ucapku menampilkan mimik aneh. "Siap-siap 5 menit saya mau ke kampus,"ucap Fatih. "Pak ehh Kak. Saya ngga ke kampus hari ini,"ucapku. "Nah berarti kakak ipar sama aku aja.,"ucap Amayra.

"Amayra jangan kamu ajak neko-neko Raf Maksudnya itu,"ucap Fatih mengingatkan. "Okey,"ucap Amayra setuju mengajak ku ke meja makan. "Fatih luka nya Rafsya gimana? Sudah sembuh?,"tanya Aini.

"Luka?,"ucap Amayra. "Amayra nanti ikut bunda,"ucap Himawan. "Luka saya sudah tinggal 20% lagi Yah,"ucapku. "Loh Fatih bukannya ibu tadi minta kamu bantuin Rafsya?,"tanya Aini. 

"Ohh itu Bun waktu tadi Kak Fatih masuk kamar, udah selesai,"ucapku. "Terlalu banyak bicara Sya. Tadi Rafsya yang malah mengunci diri di kamar mandi,"ucap Fatih. 'Jujur amat suami ter zheyenk,'ucapku dalam hati.

"Rafsya ngga papa dibantuin Fatih ya sayang. Dia bukan orang asing buat mu,"ucap Aini ku angguki. "Kak mau nya habis nikah semalam itu muka yang seger gitu nah. Kok malah mupeng kayak kena sawan gitu sih,"ucap Amayra.

"Iya harusnya kamu seger gitu hawa pengantin baru. Ini malah aku kayak liatnya kulkas sama matahari pagi,"ucap Himawan. "Mungkin terlalu banyak jadwal mendatang. Yah Bun Ai, aku berangkat,"ucap Fatih berlalu.

"Pak saya ngga juga kah?,"ucapku mengangkat tangan ku seperti anak SD habis buat baik ngga disebut gurunya. "AHAHAHA NGAKAK ASLI,"ucap Amayra tertawa terpingkal-pingkal. "Amayra,"ucap Aini.

"Kakak keterlaluan lah. Belum 24 jam lupa sudah nikahi anak orang,"ucap Amayra. "Belum terbiasa bukan lupa,"ucap Fatih. "Makanya dibiasakan,"ucap Himawan. "Tuh lah. Kak Rafsya cantik nan comel masa dilupakan,"ucap Amayra ku abaikan.

Ku datangi dirinya yang masih berdiri di dekat meja untuk menyalami nya. Fatih pun ikut menunduk kan kepala, mengecup kening ku pelan. "Hati-hati di rumah. Jangan ikut kalo diajak aneh-aneh sama Amayra,"ucapnya saat mencium kening ku sebelum berlalu. 

Maklum dia tinggi nya 180 cm nah aku Cuma 150 cm. "Kakak ini he. Kak Rafsya kayak boneka porselen aja dibiarkan jangan sampai pecah. Jangan sampai lecet. Wajar sih tapi aku kan ngga se bar-bar itu Bun,"ucap Amayra.

"Udah Ay. Lagian Rafsya juga belum sembuh total,"ucap Aini. "Oke oke. Kak Rafsya suka nonton ngga,"tanya Amayra. "Random,"ucapku singkat. "Hum bisa nih kapan-kapan kita nobar. Kak Fatih itu sebenarnya romance abis.

Cuma kayaknya jadwal nya kelewat padat makanya sampai kayak zombie gitu,"ucap Amayra ku angguki."Asli cocok dah. Bun dimana Kak Fatih ketemu Kak Rafsya,"tanya Amayra. "Lab lah dimana lagi,"ucap Aini. "Analis nya?,"tanya Amayra. "Mahasiswi nya,"ucapku. 

"WHA,"ucap Amayra terlonjak. "Kalo gitu Bun. Amayra boleh nikah sama Dokter Alfred ngga? Kakak kan boleh,"tanya Amayra. "Heh kamu masih terlalu muda. Kakak mu kan sudah waktunya menikah lagian kamu sudah yakin pilihan kamu bagus?,"tanya Himawan.

"Yakin tapi ngga seyakin Kak Rafsya kayaknya. Mimpi apa juga Kak Rafsya dapat modelan imut begini,"ucap Amayra. "Amayra. Rafsya itu mahasiswi yang bunda bilang tempo hari. Tapi sebenarnya bunda bersyukur sekali. Cuma mungkin jalan takdirnya begini,"ucap Aini. 

"Iya heh. Makanya aku bilang ketemu dimana. Btw kak Rafsya rumahnya dimana pun,"tanya Amayra. "Makanya kalo di ajak jangan nolak pakai acara ngga percaya lagi,"ucap Himawan. "Ya kan aku kira becanda ehh sekalinya waktu liat fotonya kaget bukan main.

Tapi waktu liat tuh muka nya lebih dewasa sekalinya baby face banget. Jadi kakak ipar zheyenk dimana rumahnya? Siapa tau kalo aku main-main ke daerah sana, trus malas pulang kan bisa bertamu,"ucap Amayra. "Di jalan Antrasit no 7,"ucapku.

"Whops bentar Antrasit mana nih. Depan nya Transmart itu juga ada jalan Antrasit, di perumahan KPC juga jalan Antrasit. Tapi jelas sama sultan nya ye kan,"ucap Amayra. "Mana ada. Dulu aja aku pengen jadi engineer disana selepas lulus, tapi sekarang ngga tau Aiy. Jadi istri yang baik jauh lebih baik,"ucapku.

"Ehem. Rafsya kalo selepas wisuda mau ngambil yang lain ngga papa kok,"ucap Himawan. "Ngga papa Yah. Untuk sekarang, Rafsya Cuma mikir gimana caranya jadi istri yang baik buat Kak Fatih,"ucapku mantap.

"Nah bener Kak. Lagian Kak Fatih itu suami idaman juga kok. Jadi ada temen main ku kan. Bersyukur kali aku,"ucap Amayra. "Ya sudah itu Aiy. Nanti jangan ajak kakak ipar mu kemana-mana. Lukanya belum sembuh, bisa kena amuk Fatih nanti,"ucap Aini.

"Ay ay captain,"ucap Amayra membuat ku ikut tersenyum lebar. 'Satu server nih,'ucapku dalam hati. "Kak Rafsya mau langsung atau mau nanti-nanti,"tanya Amayra. "Ehm bentar aku beres-beres dulu,"ucapku membereskan meja.

"Ehh ehh ngga usah sayang. Kayaknya Amayra mau ajak kamu keluar dulu sebelum ke rumah tuh,"ucap Aini tak bisa ku tolak. Mau ngga mau setelah pamitan aku berlalu keluar mengikuti Amayra.

"Ehh mantu nya Mbak Aini kah itu,"

"Iya Bulek. Kak itu adeknya Bunda,"ucap Amayra ku angguki. "Ish cantiknya mantu. Coba kemarin ngga delay pesawat nya sempat liat ponakan ku akad kemarin. Tapi ga papa lah liat mantu sama video nya sudah senang,"ucapnya ku senyumi.

"Mbak Aini ada ?,"tanyanya ku angguki sebelum dirinya berlalu. "Oh iya. Bulik punya jamu bagus nanti kalo ke sini lagi jangan lupa minta. Bagus untuk pasangan pasangan muda biar cepet dapat momongan,"ucapnya membuatku ingin melongo tapi ntar kelihatan sekali ngga ada akhlaq.

Barulah setelah Bulik pergi, ku lihat wajah cengengesan Amayra menatapku. "Diambil ya kak jangan lupa loh. Biar cepet dapat momongan,"ucap Amayra tergelak kencang. "Asem koen,"ucapku kesal tersenyum kecut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status