Share

bab 14

Hari yang dinanti Imran pun tiba. Dirinya sendiri datang ke pengadilan agama tanpa ditemani Pak Surya atau Bu Surya. Kedua orang tuanya enggan untuk sekadar menemani, mereka justru semakin murka atas sikap bodoh Imran. Bahkan tadi sebelum Imran berangkat, wajahnya mendapatkan bogem mentah dari sang Papa dan membuat sudut bibirnya berdarah.

Imran hanya bisa terduduk lesu dengan sesekali mengusap pipinya yang masih terasa sakit. Tapi tidak ada seorang pun yang mengerti akan dirinya, jauh di dalam hatinya, Imran pun merasakan sakit dan pedih. Terlebih tidak ada seorang pun yang mendukung keputusannya. Irman benar-benar sendirian.

Setelah melalui banyak proses, akhirnya hakim pun mengetuk palu tiga kali.

Imran dan Nisa resmi bercerai. Baik secara agama maupun secara hukum.

Tubuh Imran nyaris limbung saat mendengar kalimat terakhir sang hakim, terlebih saat telinganya mendengar suara palu yang diketuk. Seolah tusukan anak panah yang menancap di dadanya. Sakit tapi tidak berdarah.

Pulang da
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status