Share

bab 20

Imran menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Dengan terbata-bata dan tangis yang kembali pecah Imran pun menceritakan kronologi kejadian itu pada orang tuanya. Bu Surya menangis tersedu-sedu saat mendengar jika Nisa sudah merelakan nyawanya demi putranya yang bodoh ini. Pak Surya memeluk sang istri berusaha menenangkan.

“Wanita mulia seperti Nisa masih sanggup kamu sakiti, Imran! Benar- nggak punya hati kamu!” hardik Bu Surya penuh amarah. Sedari awal memang ia tidak menyetujui sikap egois Imran.

“Imran tau, Ma.” Wajah Imran tertunduk dengan air mata yang masih menetes.

“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Nisa. Mama nggak akan maafin kamu!” Telunjuk Bu Surya berada tepat di depan wajah Imran.

“Wes, toh, Bu. Ini rumah sakit. Tenang sedikit.”

“Tenang opo toh, Pak.” Bu Surya pun memarahi sang suami.

Di saat keadaan mulai memanas, pintu ruang operasi terbuka. Seorang perawat mengenakan atribut serba hijau pun muncul di sana.

“Keluarga pasien!” serunya

“Saya suster!” seru
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status