Share

Suami Dibawah Ketiak Ibu
Suami Dibawah Ketiak Ibu
Penulis: Wenty Oktaria

Terpesona Pada Guruku

Bel sekolah berbunyi, aku dan teman–temanku segera masuk kedalam ruang praktek.

 “Anak–anak, perkenalkan ada guru baru disini yang akan menggantikan saya untuk mengajar informatika.” Ucap Ibu Tanti.

Setelah itu masuklah seorang laki–laki, menurutku laki–laki itu berumur diatas 25 tahun, memakai kacamata, kulitnya bersih, wajahnya tampan, lalu ia memperkenalkan diri.

“Nama saya Aidan Daifullah, panggil saja Pak Aidan, disini saya akan mengajar mata pelajaran informatika menggantikan Ibu Tanti.” 

“Silahkan Pak, bisa dimulai pelajarannya sekarang!” Ucap Ibu Tanti.

“Iya, terimakasih ya, Bu!”

Hari ini Ibu Tanti sudah tidak mengajar disekolah ini, yang kudengar dari teman-temanku, ia mengundurkan diri dan sekarang digantikan oleh Pak Aidan.

Pak Aidan mulai menjelaskan pelajaran hari ini, aku menyimaknya, lalu aku mulai menyalakan komputer untuk praktek. Kulihat–lihat Pak Aidan saat tersenyum manis juga. 

“Hei kamu yang duduk dibangku ketiga, kenapa senyum-senyum?” Tegur Pak Aidan.

Aku menoleh kekanan dan kekiri, “Cieee Deeva... Ngapain senyum-senyum sendiri?” Ledek salah seorang teman laki-lakiku

Astagfirullah... ternyata yang ditegur itu adalah aku. Aku jadi salah tingkah, semua teman-teman sekelasku melihat semua ke arahku dan mereka semua menertawakanku, aku jadi malu. Aku tak menyadari bahwa tadi aku senyum-senyum sendiri mendengarkan Pak Aidan menjelaskan materi hari ini.

"Ada yang aneh sama saya?" Tanya Pak Aidan sambil melihat dirinya sendiri.

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Oh, kirain ada yang aneh dengan saya sampai kamu senyum-senyum melihat saya!" 

"Deeva terpesona sama Bapak, kali!" Celetuk teman saya yang bernama Rian.

Aku paling malu jika sudah ada teman yang meledek. Ketika Pak Aidan menjelaskan, aku memang memandang wajahnya yang tampan. Suaranya pun enak didengar. Baru kali ini ada guru laki-laki yang terlihat masih muda. Walaupun masih terlihat muda, tapi aku belum tahu pasti usianya berapa dan apakah ia sudah menikah atau belum.

***

Jam istirahat tiba. Aku dan teman-teman langsung menuju ke kantin.

"Eh Deev, tadi kamu benar senyum-senyum melihat Pak Aidan sedang menjelaskan pelajaran?" Tanya teman sebangkuku, Tiara, saat kami sedang berjalan menuju kantin.

"Iya Ti, aku juga nggak tau kenapa bisa senyum-senyum melihat Pak Aidan."

"Wah, mungkin kamu terpesona dengannya!" Sahut Salsa.

"Menurutku, dia memang ganteng sih, seneng aja aku melihatnya." Pujiku.

"Ciee… Cieee…" Ledek Salsa.

"Memang iya sih, Pak Aidan ganteng. Aku juga melihatnya begitu." Ucap Alwa.

Berati bukan hanya aku yang terpesona dengan Pak Aidan, Alwa pun mengatakan bahwa Pak Aidan itu ganteng.

Sampai di kantin, aku langsung memesan semangkuk bakso dan juga minum es teh manis. Begitu juga teman-temanku yang lain, yang juga memesan makanan dan minuman lain.

"Eh, itu Zian lewat!" Ucap Salsa.

"Zian, anak kelas berapa?" Tanyaku.

"Zian anak kelas 12 IPA 4, masa kamu ga tahu sih?" Tutur Salsa.

"Iya, aku baru lihat lho!"

"Idola cewek-cewek anak IPA lho dia itu." Ujar Salsa.

"Aku juga mengidolakannya." Ucap Tiara.

Aku baru melihat cowok yang bernama Zian, memang ganteng, pantas kalau ia jadi idola cewek-cewek di sekolah ini. Mungkin karena banyaknya murid di sekolahku, jadi tidak semua aku mengenalnya, apalagi jurusan IPA, karena aku berada di kelas 12 IPS 11, kelas paling akhir untuk jurusan IPS dan letaknya ada di paling pojok.

Setiap tahun, temanku selalu berganti, tidak hanya itu-itu saja, mungkin tujuannya agar saling mengenal satu sama lain. Tidak masalah bagiku, karena selama ini semua teman yang dekat denganku selalu asyik.

Aku termasuk orang yang mudah bergaul, makanya teman-temanku banyak. Tiap kumpul bersama teman, tak jarang rumahku jadi markas mereka. Orang tuaku tidak pernah mempermasalahkan itu, karena mereka tahu kalau aku memang senang bergaul dengan teman-teman disekolah, maupun dirumah.

Kalau masalah pacar, sudah lama aku menjomblo. Seingatku, terakhir pacaran pada waktu SMP, itu pun tidak lama dan bukan pacaran yang serius. Aku termasuk orang yang sulit untuk jatuh cinta, mungkin karena lebih fokus memperbanyak teman dan aku cuek dengan masalah cinta. Bagiku, pacaran atau tidak, itu tak jadi masalah, yang terpenting hidupku tidak terasa hampa karena teman-teman yang selalu menemaniku.

Bel masuk sudah berbunyi. Aku dan teman-teman kembali masuk kedalam kelas. Mata pelajaran setelah ini adalah sosiologi. Guru sosiologi sudah memasuki kelas, lalu mulai menjelaskan materi hari ini.

"Hoaammm…" Aku menguap, ngantuk sekali.

Mendengar guruku bercerita, aku seperti di dongengi, tak tertahankan ngantuknya. Aku mencari cara agar ngantuknya hilang dengan mencubit-cubit diriku sendiri, namun tetap ngantuknya masih menghinggapi diriku. Tiba-tiba aku teringat Pak Aidan, wajahnya, senyumnya, anehnya ngantukku seketika hilang setelah aku mengingatnya. Lalu khayalanku jadi semakin menjauh. Aku berkhayal, akan berpacaran dengannya. Ah berpikir apa aku ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status