Share

BAB 4

Author: Nila Suteja
last update Last Updated: 2025-10-11 09:49:56

Tiba di warung tempat suaminya berjualan, terlihat sudah ramai antrian para pembeli. Memang warung ayam geprek Adnan selalu ramai pembeli. Entah karena rasanya memang enak atau karena ketampanan Adnan yang berwajah bule. Nabila menghampiri Adnan yang sedang membuat sambal dan menyodorkan sekantung cabai kehadapannya.

Adnan tersenyum, "Terima kasih, maaf merepotkanmu." Nabila memalingkan wajahnya dari sang suami, memperhatikan sekitar dan melirik Adnan sebentar. Berjalan membelakangi Adnan menuju kursi dekat kompor. Menarik napas sesaat dan berkata, "Lain kali aku tidak mau mengantarkannya untukmu,"

Adnan terdiam dengan raut wajah penasaran, "Mungkin karena dia gadis kota yang sudah terbiasa dilayani," batin Adnan.

"Para penggemarmu itu yang membuatku kesal, mereka juga hampir memukulku." Nabila mengepalkan kedua tangannya dan melayangkannya keudara, terlihat sangat kesal. Adnan langsung mendekati sang istri, ada rasa kekhawatiran di dalam hatinya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Adnan khawatir. Belum sempat Nabila menjawab pertanyaan sang suami. Terdengar suara keributan dari luar warung.

"Kak, cepatlah keluar. Ada Tuti mencarimu." Riski, adik Adnan memberitahukan perihal keributan diluar. Sudah biasa hal seperti ini sering terjadi, para gadis desa mencari perhatian dan berusaha memikat Adnan, kakaknya. Adnan mencoba mengingat tentang Tuti, ingatannya flashback pada dua minggu yang lalu saat ada seorang perempuan yang hendak memberinya sebotol minuman dan merayunya. Saat itu Adnan pura-pura meminumnya hingga habis, padahal ia membuangnya ke wadah yang biasa untuk minum kucing liar. Adnan memang menyediakan makanan dan minuman sisa untuk dikonsumsi oleh kucing liar di desanya. Sehingga ia tidak perlu membuang tulang-tulang atau makanan sisa pengunjung ke tempat sampah. Alangkah terkejutnya Adnan saat melihat para kucing liar yang meminum air dari Tuti pada tertidur pulas, sepertinya ada sesuatu pada minuman tersebut. Adnan harus lebih berhati-hati bila diberi makanan atau minuman dari seseorang karena bisa mencelakai dirinya sendiri.

Nabila berjalan kearah jendela untuk menghilangkan rasa penasarannya. "Adnan! Keluar kau. Kau harus bertanggungjawab atas bayi yang sedang aku kandung ini!" Tuti berusaha menarik perhatian orang-orang yang ada disekitar warung milik Adnan.

Nabila menatap Adnan yang saat ini berada dihadapannya, "Benarkah itu? Kau menghamili gadis lain, tetapi kau mau menikah denganku?" Nabila tidak habis pikir akan hal ini.

Riski menghampiri keduanya, "Kakak ipar jangan marah, hal seperti ini sering terjadi. Kak Adnan sering di fitnah dengan hal-hal semacam ini. Bahkan pernah ada gadis yang tidur dengan pria lain, terus wajah pria itu diedit mirip Kak Adnan dan disebar keseluruh desa. Untungnya Kak Adnan punya teman seorang polisi yang ahli dibidang komputer dan terbongkar siapa pria sebenarnya di foto tersebut."

"Sampai segitunya para gadis untuk mendapatkan kakakmu ini?" tanya Nabila yang tidak habis pikir sebenarnya apa yang membuat para gadis desa tergila-gila pada Adnan yang kini telah menjadi suaminya.

"Iya benar, dan aku sangat senang sekali saat kakak ipar menjadi istri Kak Adnan. Tidak kecentilan seperti para gadis lainnya," ucapan jujur Riski hanya membuat Nabila menyunggingkan senyum sesaat, pandangannya ia alihkan kembali pada Tuti.

Saat Nabila dan Riski sedang asyik berbincang, Adnan menghubungi Pak RT dan memintanya untuk datang menyelesaikan keributan di warungnya ini. Kebetulan juga Ningrum dan Selamet datang untuk sarapan di warung Adnan.

Tidak berapa lama Pak RT pun datang. Barulah Adnan, Nabila, Riski, Ningrum, dan Selamet keluar menemui Pak RT.

Mereka melihat Tuti menangis di depan beberapa warga sembari menuduh Adnan telah menghamilinya. Suasana cepat memanas, gosip menyebar dari mulut ke mulut.

“Adnan tak sebaik yang kalian kira! Dia mempermainkan aku … lalu meninggalkanku!” isak Tuti di depan kerumunan.

Nabila mendengar itu dengan wajah penasaran, siapa yang harus ia percaya, Adnan atau Tuti? Ia melihat wajah Adnan yang tampak santai, seolah-olah hal semacam ini memang sering terjadi. "Apakah aku menikahi pria yang tepat? Atau malah pria yang suka celap celup sana sini?" batin Nabila tidak nyaman. Seharusnya ia menyelidiki siapa Adnan sebenarnya, tidak asal nikah saja, bagaimana jika kedua orangtuanya mengetahui akan hal ini. Hati Nabila semakin tidak tenang ia ingin secepatnya menyelesaikan hal ini.

“Adnan … apa benar semua ini?” Pak RT buka suara.

Adnan menatap lurus pada istrinya dan kembali pada Pak RT. “Demi Tuhan, Pak, itu bohong. Aku tidak pernah menyentuh gadis itu."

Nabila menatap dalam ke mata Adnan, mencari kebohongan, tapi hanya menemukan ketulusan. "Bohong, Pak RT. Kami pernah tidur bersama. Ini buktinya!" Tuti menunjukkan foto di ponselnya, terlihat sepasang kekasih yang tengah tersenyum diatas ranjang.

Riski langsung berkomentar, "Paling-paling editan." Riski tahu betul itu bukan tubuh kakaknya.

Tuti melotot kearah Riski, "Enak saja, ini asli bukan editan," ketus Tuti kesal kearah Riski.

Pak RT sibuk memperhatikan foto yang ditunjukan oleh Tuti. "Coba Adnan, kamu buka pakaianmu sekarang," pinta Pak RT dadakan.

Adnan terkejut mendengarnya, "Disini? Sekarang?" Adnan tidak pernah sekalipun menunjukkan bentuk tubuhnya dihadapan warga desa kecuali keluarganya sendiri, yaitu ibu dan adiknya.

"Iya kak, tunjukkan saja sekarang, supaya warga desa tahu jika itu bukan tubuh kakak yang sebenarnya." Riski menyetujui usul Pak RT. Nabila yang belum melakukan malam pertama dengan Adnan juga belum mengetahui tubuh asli Adnan.

"Tuti! Kenapa kamu disini? Ada apa ini?" Guntur yang akan pergi bekerja tiba-tiba dihubungi Pak RT, ayahnya untuk pergi ke warung Adnan.

"Nah, berhubung anak saya sudah datang. Silahkan keduanya menunjukkan tubuh kalian, supaya masalah ini cepat selesai," pinta Pak RT yang sebenarnya sudah mengetahui siapa pemilik tubuh di dalam foto tersebut. Guntur yang masih kebingungan hanya menuruti permintaan sang ayah. saat Adnan menunjukkan perut sixpacknya para warga desa terpana dan terkagum-kagum dengan tubuh Adnan.

"Sekarang sudah jelas kan. Kalau foto ini hanya editan saja," ucap Pak RT sembari tersenyum. Di dalam foto tersebut terlihat Tuti dan seorang pria yang memiliki perut sedikit buncit serta ada tahi lalat besar di bagian pinggang kirinya. Tentu saja Pak RT langsung mengetahui jika itu tubuh putranya yang sudah diedit menggunakan wajah Adnan.

"Sekarang kau izin keatasanmu, kita selesaikan masalah ini di rumah," pinta Pak RT pada Guntur. Sedangkan Tuti tidak bisa berkata apa-apa, hanya tertunduk malu sembari dirangkul Guntur. Para pengunjung warung dan beberapa warga desa yang melintas langsung menyoraki Tuti.

Nabila yang melihat hal ini hanya terdiam tidak percaya, bagaimana mungkin Adnan memiliki tubuh seperti itu, apakah dia selalu pergi ke gym, tapi ini di desa, mana ada gym, pikir Nabila.

Keesokan harinya saat Nabila sedang menyapu halaman. Ia diteriaki oleh seorang gadis dan langsung menjambak rambutnya, "Dasar kau pelakor, berani-beraninya kau merebut Adnan dariku!" Bukan hanya menjambak, gadis itu juga mendorong dan memukuli tubuh Nabila.

Nabila mencoba melawan, balik memukul gadis itu dengan sapu lidi ditangannya. Beberapa warga yang melintas di depan rumah Adnan langsung melerai perkelahian kedua gadis itu.

"Kau harus mengembalikan Adnan padaku!" Gadis itu berteriak dengan lantang.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Kontrak Miss Jutek   BAB 5

    Nabila yang masih terkejut mendapatkan serangan yang sangat tiba-tiba hanya dapat terdiam, masih mencerna kejadian yang baru saja ia alami saat ini."Dia itu pelakor. Berani-beraninya merebut Adnan dariku. Memangnya dia siapa? Punya jabatan apa? Cuma perempuan kota saja sudah sombong," cibir Ita, gadis yang tadi menjambak rambut Nabila. Ita masih dipegangi oleh beberapa ibu-ibu agar tidak menyerang Nabila kembali."Siapa kamu berani-beraninya menyebutku dengan sebutan pelakor. Justru kamu yang pelakor mau merebut suamiku." Nabila membalas cibiran Ita. Ia tidak ingin diam saja, ingin rasanya membalas serangan Ita yang masih terasa menyakitkan ditubuhnya saat ini."Jelas-jelas kau yang sudah merebut Adnan dariku. Kami sudah pacaran sedari kecil dan itu berarti kau yang telah mengambil Adnan dariku. Kembalikan Adnan padaku." Ita berteriak histeris.Nabila tidak peduli dan hanya menampilkan senyuman mengejek, "Heh! Dengar ya! Kalau memang Adnan suka dan cinta sama kamu, pastilah kamu suda

  • Suami Kontrak Miss Jutek   BAB 4

    Tiba di warung tempat suaminya berjualan, terlihat sudah ramai antrian para pembeli. Memang warung ayam geprek Adnan selalu ramai pembeli. Entah karena rasanya memang enak atau karena ketampanan Adnan yang berwajah bule. Nabila menghampiri Adnan yang sedang membuat sambal dan menyodorkan sekantung cabai kehadapannya.Adnan tersenyum, "Terima kasih, maaf merepotkanmu." Nabila memalingkan wajahnya dari sang suami, memperhatikan sekitar dan melirik Adnan sebentar. Berjalan membelakangi Adnan menuju kursi dekat kompor. Menarik napas sesaat dan berkata, "Lain kali aku tidak mau mengantarkannya untukmu,"Adnan terdiam dengan raut wajah penasaran, "Mungkin karena dia gadis kota yang sudah terbiasa dilayani," batin Adnan."Para penggemarmu itu yang membuatku kesal, mereka juga hampir memukulku." Nabila mengepalkan kedua tangannya dan melayangkannya keudara, terlihat sangat kesal. Adnan langsung mendekati sang istri, ada rasa kekhawatiran di dalam hatinya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Adnan

  • Suami Kontrak Miss Jutek   BAB 3

    Keesokan harinya setelah acara pernikahan selesai, halaman rumah Adnan masih dipenuhi kursi-kursi yang belum dibereskan. Sania, ibu Nabila, duduk di beranda sambil menikmati teh hangat. Di sampingnya, duduk seorang perempuan paruh baya berwajah teduh, Lastri, ibu Adnan, yang kini resmi menjadi besannya.“Saya sungguh senang melihat Adnan dan Nabila akhirnya bersatu. Hati saya jadi lega sebagai seorang ibu.” Sania membuka percakapan dengan senyum tulus.Lastri tersenyum, wajahnya ikut berbinar. “Saya juga, Bu Sania. Adnan itu anaknya keras kepalaa, banyak sekali gadis desa yang melamarnya, tapi selalu ia tolak. Jujur saja, saya sempat khawatir, apakah dia akan menemukan pasangan yang benar-benar cocok. Ternyata Tuhan menuntunnya pada Nabila.”Sania menunduk sebentar, matanya berkaca-kaca. “Seorang ibu hanya ingin melihat anaknya bahagia. Kalau Adnan bisa menerima Nabila apa adanya, itu sudah lebih dari cukup. Saya pun percaya, Nabila bisa jadi istri yang baik untuk Adnan.”Lastri mengg

  • Suami Kontrak Miss Jutek   BAB 2

    Malam harinya Adnan bersama Ningrum mengunjungi Nabila di Puskesmas. Ia mengamati wajah Nabila yang sudah tidak terlihat pucat. Namun,Nabila menampilkan wajah kesal dan tidak bersahabat saat melihat Adnan sembari melipat kedua tangannya di depan dada.Adnan menatap Nabila dengan ekspresi penyesalan. "Aku minta maaf untuk yang kedua kalinya. Aku tidak tahu jika ...."“Kamu pikir itu lelucon! Aku tahu kok, kamu hanya ingin balas dendam, ya kan ... bilang aja iya. Tapi cara Anda itu sangatlah tidak baik, Tuan Bule.” Matanya berkaca-kaca karena menahan marah.Adnan menghela napas berat. "Maaf Nona, aku benar-benar tidak tahu soal kecoak itu. Aku sedang berada di bagian kasir saat itu. Adikku yang mempersiapkan semuanya," jelas Adnan.“Seharusnya kebersihan dapur Anda lebih diperhatikan,” Nabila masih menatap tajam. “Ini bukan masalah kecil. Bagaimana kalau orang lain yang menemukannya?”"Jadi ... kalian sudah saling kenal?" tiba-tiba saja Ningrum bersuara setelah mendengar perdebatan ked

  • Suami Kontrak Miss Jutek   BAB 1

    Nabila melangkahkan kakinya santai hendak keluar stasiun. Pikirannya melayang mengingat ucapan sang ibu."Kau sudah dua kali gagal dalam hal percintaan, sekarang saatnya Mama yang memilihkan pria untukmu.""Kau itu sudah 25 tahun Nabila, sampai kapan kau akan seperti ini terus?""Mama akan menjodohkanmu dengan anak teman Papa.""Jangan membantah Mama, Nabila. Mama yakin, pilihan Mama kali ini adalah yang terbaik."Nabila menghela napas berat ia tidak ingin ada campur tangan sang ibu dalam hal pernikahan. "Yang nikah kan aku, kok Mama yang repot sih," gerutunya kesal sembari mengepalkan kedua tangannya.Nabila terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari seseorang berlari dari arah berlawanan.Tiba-tiba ...BRUK!Tubuhnya terdorong keras. Nabila jatuh tersungkur ke lantai dingin hingga tubuhnya terbentur dinding lorong stasiun.“Aduh!” Nabila meringis, menahan sakit di punggung kanannya.Suara napas terengah terdengar di depannya. "Ma ... maaf ... saya tidak .... "Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status