Pintu di belakang tubuh mereka terbuka, tubuh Yoora muncul kemudian dengan senyumnya yang penuh misteri hingga mau tidak mau membuat dua orang yang tengah saling menautkan bibir berhenti saat menatap wajah wanita itu penuh waspada."Apa tidak bisa mengetuk?" Sarkas Dante dengan rahangnya mengetat hebat. Bukankah jelas tadi ibunya mengatakan untuk meninggalkannya berdua agar tidak diganggu. Tapi lihat, Yoora begitu lancang masuk tanpa mengetuk pintu lagi!"Tidak apa-apa sayang, kedepannya kamu harus terbiasa dengan kehadirannya yang tiba-tiba dan mengganggu kita berdua." Yoona menarik lengan suaminya keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Yoora yang terus berjalan mengacuhkan keduanya dan mengambil tas tangannya.'kamu benar, Yoona, kalian harus terbiasa dengan kehadiranku diantara kalian agar Dante tidak kehilanganmu saat kamu tidak berada disisinya," desis wanita itu tajam.Yoora menyusul Dante dan Yoona yang sudah jauh di depannya, menarik kursinya dan duduk dengan tenang."Lalu ke
Yoona sangat tidak nyaman berada satu mobil bersama dengan Mr Barack. Andai ia tahu akan pergi meeting dengan bosnya ini sudah pasti Yoona akan menolaknya dengan tegas. Sayang, mommy Mona tidak menjelaskan apapun selain berkas itu.Barack memainkan ponselnya selama dalam perjalanan. Ia tahu Yoona sangat tidak nyaman berada satu mobil dengannya. Hal ini ia juga tidak dapat ia hindari. Barack sama sekali tidak tahu kalau yang menggantikan Mommy Mona adalah Yoona, istri sahabatnya, wanita yang paling ia cintai. Bagaimana Barack bisa tahan?"Ehem." Pria itu berusaha membersihkan tenggorokannya agar Yoona tahu bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. Sementara wanita itu hanya sibuk dengan leptop dipangkuannya dan terus mengetikan sesuatu, bahkan sama sekali tidak mengidahkan dehamannya."Dengar, Yoona. Aku tahu kamu sangat membenciku. Tapi, akan perasaanku padamu itu tulus dan benar adanya. Namun, aku juga tidak segila itu hingga merebutmu dari t
Yoona merasakan tubuhnya melayang bersama dengan Barack. Karena takut ia mencengkram kemeja pria itu erat saat angin dan sekelebat bayangan hitam melintas di belakang tubuhnya."Ahhh!" jeritnya saat tubuhnya mendarat dan kembali menantul di atas tubuh pria itu dengan setengah berdiri. Yoona hanya mampu menyembunyikan wajahnya dalam dada Barack Merchant.Mobil hitam dengan rodanya yang besar melesat pergi hingga hampir menabrak mobil lain di jalanan yang saat ini sangat ramai."Sial! Apa-apaan ini!" Geram pria itu. Tangannya masih melingkar di pinggang Yoona, berusaha agar tidak melepaskannya.Bukan menggambil kesempatan, tapi jika ia melepaskan pelukannya Yoona pasti langsung jatuh ketanah.Untung saja ia cepat saat menyadari ada mobil yang hendak menabrak mereka.Yoona membuka matanya dan berusaha untuk berdiri. Namun, kejadian yang baru saja terjadi membuat tubuhnya lemas dan tidak bisa berdiri dengan baik hingga membuat ia kem
Yoona masih belum mengatakan apapun. Istrinya masih mengunci bibirnya rapat sampai mereka selesai mandi. Dante hanya membuatkan roti goreng dengan omelet dan irisan tumis ayam bawang putih sebagai makan malam mereka. Untuk masak nasi, ini terlalu lama. Sepertinya Yoona sangat kelelahan dan sedikit cemas."Apa kamu percaya padaku?"Pertanyaan Dante membuat tubuh Yoona menegang. Wanita itu menatap Dante lekat dan menelan asal makanannya.Bukan karena tidak percaya, tapi ia hanya takut akan melukai pria itu. Yoona tidak sanggup kehilangan cintanya lagi."Kenapa tidak percaya?" Yoona balik bertanya. Suaranya dibuat sesanti mungkin, "aku tidak akan pernah meragukan cintamu, Dante! Hanya saja … aku takut pada diriku sendiri!" Dengan telapak tangannya yang besar dan sedikit kasar, Dante mengelus pipi istrinya, menatapnya penuh cinta yang membuncah.Dengan suaranya yang parau, Dante berusaha menenangkan istrinya, "Aku akan selalu ada disana, mendukungmu. Bahkan, saat kamu tidak percaya pada
Jika berkata cinta, Yoora memang masih sangat mencintai Dante dengan seluruh jiwa raganya. Namun, jika disuruh memilih dengan keluarga dan anak-anaknya jelas Yoora akan memilih putra dan putrinya.Tapi, sekarang ia dipaksa harus memiliki keduanya. Siapa yang tidak menginginkan itu.Namun, ia pasti akan dihujat dan dibenci oleh semua orang atas keegoisannya.Tapi Yoora biasa apa? Ia begitu mencintai pria itu dan anak-anaknya!Jika dengan membuat Dante jadi miliknya dapat membuat anak-anaknya aman, kenapa harus dilewatkan? Sebisa mungkin Yoora akan membuat mereka bercerai.Yoora kembali bergumam penuh antusias, "Maaf, aku harus menekan Bunda lagi!"Kali ini ada binar indah di matanya.*"Yakin mau bekerja?" tanya Dante sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Yoora.Saat ini mereka berada di parkiran gedung MJM teknologi."Ya, dan jangan jemput aku! Elsa mengajak kam
Ainun terus mengelus rambut lebat cucunya sambil sesekali mendaratkan bibirnya di pelipis gadis tembem itu."Mommy senang akhirnya kamu membawa cucuku pulang, Anita," tutur Ainun dengan suara yang sedikit bergetar karena menahan bahagia, "kami sangat merindukannya!"Memang sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan Priyanka, terakhir satu tahun yang lalu saat ia memiliki niatan untuk membujuk Dante dan Anita untuk rujuk. Tapi sayangnya, Dante tidak kunjung pulang yang artinya anak itu sama sekali tidak ingin menikah kembali dengan Anita."Maaf, Mom, jadwal sekolah Pinka memang sangat padat. Ini, kami mengambil cuti karena Pinka masih rindu pada Daddy-nya." Anita hanya tersenyum tipis. Wanita itu terlihat cantik dengan setelan blazernya yang berwarna senada dengan celana yang berwarna ungu muda. Raut wajah Ainun terlihat saat bersalah dan berkata dengan lirih, "Maaf, tidak bisa membujuk Dante untuk rujuk kembali denganmu. Mungkin—anak itu memang sudah memiliki pilihannya sendiri. Aku
Semua wajah memucat. Bagaimana Priyanka bisa sampai berpikir seperti itu? Menyalahkan Yona atas jatuhnya ke dalam laut!"Pinka!" pekik Anita seakan menegur gadis itu.Wanita itu bergegas menghampiri putrinya yang masih dalam dekapan Dante.Dante bersimpuh di hadapan Priyanka dan menggenggam kedua tangan gadis itu yang kedua pipinya sudah basah dengan air mata."Sayang, itu semua hanya kecelakaan. Tente Yoona sangat jauh dengan kamu berdiri, bagaimana bisa kamu menuduhnya?" bujuk pria dengan begitu hati-hati. Dante tidak ingin anggap tidak mempercayai putrinya. Tapi dia juga tahu bukan istrinya yang membuat putrinya terjatuh, dan tentu saja pelakunya masih ia selidiki."Ta-tapi …." "Dante! dia bahkan masih mimpi buruk karena kejadian itu!" bentak Anita. Wanita langsung menarik tubuh putrinya dan memeluknya. "Dan anak kecil masih belum tahu mana yang benar dan salah, dia hanya mengungkapkan perasaannya, penglihatannya, Dante! Dan benar tidaknya hanya Tuhan yang tahu!"Jelas kata-kata
Wanita itu sibuk mengaduk sesuatu dalam panci. Sepertinya sup.Yoona menyipitkan matanya, bohong jika ia tidak penasaran dimana keberadaan Dante. Wanita ini begitu licik.Jika wanita ini ingin mendapatkan Dante kembali, maka tidak semudah itu Nyonya x Guillermo!"Ya," sahut Yoona dengan suara yang tegas, "apa kamu sudah bisa mengembalikannya?" nada suara Yoona terdengar sinis, bahkan terdengar penuh ancaman.Yoona tidak akan menutupi apapun dari wanita ini. Jika ingin berperang, maka lakukan dengan cara terbuka!Anita memutar tubuhnya, memainkan spatula dalam genggaman. Tatapannya terlihat tidak berdaya hingga membuat Yoona muak."Bukan aku yang mengambilnya darimu, Yoona! Tapi putri kami yang tidak rela ayahnya direbut oleh orang asing!" cibir wanita itu dengan seringai kepuasan.'Sial! Seharusnya gue tahu ibu dan anak ini menggunakan peran mereka dengan sangat baik!' Yoona berusaha memasang wajahnya se acuh mungkin. Sering berpura-pura baik-baik saja didepan orang tuanya membuat ia