Share

Bab 16. Misi Nakula

Ini pasti mimpi.

Begitulah yang Nakula rasakan ketika dia membuka mata dan terbangun di sebuah tempat yang familier—ruang kantor ayahnya. Bagi Nakula, yang telah lama diserang kepanikan atas trauma masa lalu, mimpi adalah sesuatu yang fana sekaligus nyata. Dia tahu dia bermimpi, tetapi dia tidak bisa mengendalikannya. Bayang-bayang kematian anggota keluarganya selalu melilitnya dalam kerangkeng masa lalu, mencekiknya, melumpuhkannya.

Seperti saat ini, ketika Nakula melangkah menghampiri sang ayah, dia tidak bisa mengelak dari tatapannya yang membunuh.

“Nakula,” kata ayahnya, yang menatap Nakula dengan bengis. “Kamu sudah kuusir dari rumah ini. Mengapa kamu kembali lagi?”

Wajah Ayah mirip dengan Nakula, tetapi sang putra mewarisi kilau mata ibunya yang seindah gurun dan selembut sapuan mentari. Sementara tatapan ayahnya cenderung dingin, keji, bagaikan hiu yang bersembunyi di balik gunung es.

Nakula membalas lirih, “Ayah, saya hanya ingin minta maaf.”

“Kendati kamu minta maaf, masa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status