Home / Rumah Tangga / Suami Preman Ternyata Sultan / 03. Memergoki Perselingkuhan

Share

03. Memergoki Perselingkuhan

Author: Emma Shu
last update Huling Na-update: 2024-01-25 06:04:12

Tak lama kemudian, kepala Agata kembali nongol dari pintu yang setengah terbuka. “Hei, cepat keluar! Itu Sofian ada di depan. Buatkan teh!”

Enteng sekali Agata mengatakannya.

Namun seperempat permintaan Qizha seolah terkabul saat ia melihat daun pintu yang disentak oleh Agata terpantul dari dinding, lalu menghantam keningnya sendiri.

Rasain!

Bukan cuma kening, bibir Agata pun kena tabok pintu cukup keras. Wanita itu kesakitan dan memukul pintu dengan tangan lalu bergegas pergi.

Qizha bangkit dan berjalan menuju dapur untuk membuatkan teh. Otaknya terus berpikir, bagaimana ia akan menghadapi masalah ini?

Kaki Qizha agak gemetar saat melangkah menuju meja ruang tamu membawa nampan berisi minuman hangat. Keberadaan Sofian membuatnya gentar. Dia menyuguhkan teh ke meja.

"Nah, Tuan Sofian boleh kembali kemari seminggu lagi dengan membawa mahar lima ratus juta untuk menikahi Qizha. Lihatlah, dia muda, cantik dan sarjana. Cocok dengan harga segitu," tutur Agata dengan senyum simpul. Bibirnya yang jontor nyaris terlihat seperti bunga mawar.

Itu pasti akibat terhantam pintu tadi. Sungguh pemandangan menyenangkan.

Qizha sontak menatap Agata dan memberanikan diri untuk berkata, "Kenapa ibu nggak menikahkan Sina aja?"

Qizha menyebut adik tirinya, tak lain anak kandung Agata, keturunan suaminya dulu.

"Sina itu kan adikmu. Kaulah kakaknya. Maka seorang kakak yang seharusnya menikah duluan," sergah Agata.

Qizha menoleh pada ayahnya yang hanya diam saja.

Fix, Bily menyuruhnya pulang hanya demi masalah sebanyak ini.

"Tuan Sofian, bagaimana? Setuju, kan?" Agata tersenyum lebar.

"Tentu saja setuju. Dia cantik sekali. Oh ya, itu bibir ibu kenapa memble begitu seperti mawar merekah?" Sofian menatap aneh pada bibir jontor.

"Oh ini kena tabok pintu."

"Merusak pemandangan."

Qizha sebenarnya ingin tertawa. Namun nasibnya saja sudah patut ditertawakan, bagaimana ia bisa menertawakan Agata?

Ia berlalu ke ruangan lain. Ia tidak boleh diam saja. Ia harus melakukan sesuatu supaya bisa lepas dari pernikahan itu.

Arsen harus tahu hal ini. Arsen adalah pria yang telah lama menjalin hubungan dengan Qizha. Mereka berniat hendak menikah, namun ditolak keras oleh Agata.

Padahal Arsen berasal dari keluarga baik- baik. Bahkan kehidupannya juga mapan.

Jika Qizha menikah dengan Arsen, maka keluarga Agata juga akan naik derajat. Tapi anehnya Agata menolak pernikahan itu.

Hanya Arsen satu- satunya pria yang selama ini memahaminya. Dialah tumpuan harapan Qizha sekarang.

Dengan mengendarai motor, Qizha menuju ke rumah Arsen.

Akibat kepanikan yang melanda, Qizha tidak menunggu Arsen membuka pintu. Dia langsung menerobos masuk rumah setelah mengucap salam.

Seisi rumah sepi. Kemana mereka?

Ayah dan ibunya Arsen adalah pebisnis, tak heran jika mereka jarang di rumah.

Qizha menyusuri ruangan lain, mencari keberadaan Arsen.

Sebelum ia menemukan keberadaan Arsen, ia mendengar suara aneh yang membuat kulitnya meremang. Suara desahan wanita yang sedang merasakan kenikmatan duniawi.

Qizha terpaku. Tidak baik ia berada di sana. Namun saat ia menyadari sumber arah suara berasal dari kamar Arsen, tanpa sadar langkahnya maju dan tangannya membuka handel pintu.

Tampak Arsen sedang menggerakkan tubuhnya di atas seorang wanita, keduanya polos tanpa sehelai benang.

Qizha terkejut, tubuhnya lemas sekali rasanya. Dan yang lebih mengejutkan adalah saat ia melihat wajah Sina, adiknya yang tengah merem melek mengeluarkan desahan menjijikkan.

“Keterlaluan!” Qizha geleng- geleng kepala.

Seruannya membuat Arsen dan Sina terkejut bersamaan. Keduanya saling menjauh. Arsen menarik selimut untuk menutupi diri.

“Kalian menjijikkan sekali!” Qizha balik badan, kemudian menghambur pergi. Sekarang terjawab sudah alasan Agata menolak keras pernikahan Qizha dengan Arsen.

Ternyata Agata mengetahui hubungan gelap antara Arsen dan Sina. Dan Agata jauh lebih mendukung hubungan Arsen dengan Sina.

Lalu kemana lagi Qizha harus mengadu? Tak ada lagi yang bisa ia perjuangkan dari seorang Arsen.

Qizha pulang dengan perasaan kacau. Ia tidak bisa kemana- mana. Tidak bisa pula kabur tanpa tujuan. Uang pun tak punya. Siapa yang bisa melindunginya di dunia luar jika ia nekat kabur?

Bayangan polisi yang datang menjemputnya juga sudah meneror benaknya. Akan buruk jika ia sudah sengsara di jalanan, lontang lantung menjadi pengemis, kemudian ujung—ujungnya malah ditangkap polisi.

Semenjak itu, Qizha tidak berani keluar rumah. Siapa tahu ia sudah dijadikan tersangka. Dia hanya berani keluar di sekitar rumah saja.

Lebih baik ia menetap di rumah saja. Tidak kemana- mana. Mungkin di sini ia masih bisa bertahan hidup.

Qizha mengganti nomer ponselnya. Bahkan Arsen pun tak akan bisa menghubunginya.

Setelah Qizha memergoki perbuatan Arsen dan Sina, hubungannya dengan Sina jadi dingin. Mereka tidak bertegur sapa meski berada di satu rumah.

Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Qizha seperti hari- hari biasanya.

Sedangkan Sina dan Agata seperti ratu, duduk manis, main hp dan makan tidur.

Qizha nyaris menjadi pembantu di rumahnya sendiri, melayani ibu tiri dan adik tiri yang tidak tahu diri.

Tapi Qizha bersyukur mengetahui perbuatan biadab Arsen sehingga ia dijauhkan dengan jodoh menjijikkan sepertinya. Meskipun jodohnya sekarang malah dekat dengan lelaki buaya darat yang tak kalah mengerikan.

***

Hari pernikahan pun dilangsungkan. Rumah sudah ramai oleh para tamu undangan. Dekorasi khas pernikahan menghiasi rumah itu.

Agata adalah orang paling berbahagia hari itu.

Demikian juga Sina yang tak kalah senang karena bakal turut mencicipi uang lima ratus juta.

Bily justru tampak resah. Serba salah.

Sofian datang membawa buket bunga, serta parcel berisi uang ratusan juta sebagai mahar.

Semua orang mengiringi kedatangan Sofian, disambut baik oleh Agata dan para tetangga yang menyaksikan.

Suasana di ruang tamu hingar bingar oleh suara tawa. Semuanya berkumpul. Penghulu pun sudah hadir.

Buket, parcel dan tumpukan seserahan disusun di lantai dikelilingi banyak orang, yang kebanyakan mengabadikan dalam jepretan kamera hp.

Qizha sudah mengenakan kebaya putih khas pengantin. Jilbab warna senada membungkus kepalanya. Wajahnya cantik sekali didandani oleh tukang salon.

“Qizha, semua orang udah menunggu. Cepetan keluar!” pinta salah seorang tetangga yang menyembul masuk.

“Ya, sebentar. Mbak keluar aja dulu! Sebentar lagi aku nyusul.”

Wanita itu pun menutup pintu kamar.

Qizha semakin gundah. Ia menatap cincin longgar pemberian Sofian. Cincinnya saja tidak tepat di jarinya, apa lagi orangnya?

'Ya Allah.. Mohon beri petunjuk, apa yang harus aku lakukan untuk lepas dari masalah ini?'

Setelah beberapa hari belakangan ia tak bisa berpikir apa- apa untuk bisa menghindar dari pernikahan konyol itu, kini tiba- tiba muncul ide nekat di kepalanya. Kabur.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Lia Ana
betul kabur
goodnovel comment avatar
Nonik Noviana
kabur aja ye
goodnovel comment avatar
Bajak Laut
kaburr......
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status