Share

03. Memergoki Perselingkuhan

Tak lama kemudian, kepala Agata kembali nongol dari pintu yang setengah terbuka. “Hei, cepat keluar! Itu Sofian ada di depan. Buatkan teh!”

Enteng sekali Agata mengatakannya.

Namun seperempat permintaan Qizha seolah terkabul saat ia melihat daun pintu yang disentak oleh Agata terpantul dari dinding, lalu menghantam keningnya sendiri.

Rasain!

Bukan cuma kening, bibir Agata pun kena tabok pintu cukup keras. Wanita itu kesakitan dan memukul pintu dengan tangan lalu bergegas pergi.

Qizha bangkit dan berjalan menuju dapur untuk membuatkan teh. Otaknya terus berpikir, bagaimana ia akan menghadapi masalah ini?

Kaki Qizha agak gemetar saat melangkah menuju meja ruang tamu membawa nampan berisi minuman hangat. Keberadaan Sofian membuatnya gentar. Dia menyuguhkan teh ke meja.

"Nah, Tuan Sofian boleh kembali kemari seminggu lagi dengan membawa mahar lima ratus juta untuk menikahi Qizha. Lihatlah, dia muda, cantik dan sarjana. Cocok dengan harga segitu," tutur Agata dengan senyum simpul. Bibirnya yang jontor nyaris terlihat seperti bunga mawar.

Itu pasti akibat terhantam pintu tadi. Sungguh pemandangan menyenangkan.

Qizha sontak menatap Agata dan memberanikan diri untuk berkata, "Kenapa ibu nggak menikahkan Sina aja?"

Qizha menyebut adik tirinya, tak lain anak kandung Agata, keturunan suaminya dulu.

"Sina itu kan adikmu. Kaulah kakaknya. Maka seorang kakak yang seharusnya menikah duluan," sergah Agata.

Qizha menoleh pada ayahnya yang hanya diam saja.

Fix, Bily menyuruhnya pulang hanya demi masalah sebanyak ini.

"Tuan Sofian, bagaimana? Setuju, kan?" Agata tersenyum lebar.

"Tentu saja setuju. Dia cantik sekali. Oh ya, itu bibir ibu kenapa memble begitu seperti mawar merekah?" Sofian menatap aneh pada bibir jontor.

"Oh ini kena tabok pintu."

"Merusak pemandangan."

Qizha sebenarnya ingin tertawa. Namun nasibnya saja sudah patut ditertawakan, bagaimana ia bisa menertawakan Agata?

Ia berlalu ke ruangan lain. Ia tidak boleh diam saja. Ia harus melakukan sesuatu supaya bisa lepas dari pernikahan itu.

Arsen harus tahu hal ini. Arsen adalah pria yang telah lama menjalin hubungan dengan Qizha. Mereka berniat hendak menikah, namun ditolak keras oleh Agata.

Padahal Arsen berasal dari keluarga baik- baik. Bahkan kehidupannya juga mapan.

Jika Qizha menikah dengan Arsen, maka keluarga Agata juga akan naik derajat. Tapi anehnya Agata menolak pernikahan itu.

Hanya Arsen satu- satunya pria yang selama ini memahaminya. Dialah tumpuan harapan Qizha sekarang.

Dengan mengendarai motor, Qizha menuju ke rumah Arsen.

Akibat kepanikan yang melanda, Qizha tidak menunggu Arsen membuka pintu. Dia langsung menerobos masuk rumah setelah mengucap salam.

Seisi rumah sepi. Kemana mereka?

Ayah dan ibunya Arsen adalah pebisnis, tak heran jika mereka jarang di rumah.

Qizha menyusuri ruangan lain, mencari keberadaan Arsen.

Sebelum ia menemukan keberadaan Arsen, ia mendengar suara aneh yang membuat kulitnya meremang. Suara desahan wanita yang sedang merasakan kenikmatan duniawi.

Qizha terpaku. Tidak baik ia berada di sana. Namun saat ia menyadari sumber arah suara berasal dari kamar Arsen, tanpa sadar langkahnya maju dan tangannya membuka handel pintu.

Tampak Arsen sedang menggerakkan tubuhnya di atas seorang wanita, keduanya polos tanpa sehelai benang.

Qizha terkejut, tubuhnya lemas sekali rasanya. Dan yang lebih mengejutkan adalah saat ia melihat wajah Sina, adiknya yang tengah merem melek mengeluarkan desahan menjijikkan.

“Keterlaluan!” Qizha geleng- geleng kepala.

Seruannya membuat Arsen dan Sina terkejut bersamaan. Keduanya saling menjauh. Arsen menarik selimut untuk menutupi diri.

“Kalian menjijikkan sekali!” Qizha balik badan, kemudian menghambur pergi. Sekarang terjawab sudah alasan Agata menolak keras pernikahan Qizha dengan Arsen.

Ternyata Agata mengetahui hubungan gelap antara Arsen dan Sina. Dan Agata jauh lebih mendukung hubungan Arsen dengan Sina.

Lalu kemana lagi Qizha harus mengadu? Tak ada lagi yang bisa ia perjuangkan dari seorang Arsen.

Qizha pulang dengan perasaan kacau. Ia tidak bisa kemana- mana. Tidak bisa pula kabur tanpa tujuan. Uang pun tak punya. Siapa yang bisa melindunginya di dunia luar jika ia nekat kabur?

Bayangan polisi yang datang menjemputnya juga sudah meneror benaknya. Akan buruk jika ia sudah sengsara di jalanan, lontang lantung menjadi pengemis, kemudian ujung—ujungnya malah ditangkap polisi.

Semenjak itu, Qizha tidak berani keluar rumah. Siapa tahu ia sudah dijadikan tersangka. Dia hanya berani keluar di sekitar rumah saja.

Lebih baik ia menetap di rumah saja. Tidak kemana- mana. Mungkin di sini ia masih bisa bertahan hidup.

Qizha mengganti nomer ponselnya. Bahkan Arsen pun tak akan bisa menghubunginya.

Setelah Qizha memergoki perbuatan Arsen dan Sina, hubungannya dengan Sina jadi dingin. Mereka tidak bertegur sapa meski berada di satu rumah.

Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Qizha seperti hari- hari biasanya.

Sedangkan Sina dan Agata seperti ratu, duduk manis, main hp dan makan tidur.

Qizha nyaris menjadi pembantu di rumahnya sendiri, melayani ibu tiri dan adik tiri yang tidak tahu diri.

Tapi Qizha bersyukur mengetahui perbuatan biadab Arsen sehingga ia dijauhkan dengan jodoh menjijikkan sepertinya. Meskipun jodohnya sekarang malah dekat dengan lelaki buaya darat yang tak kalah mengerikan.

***

Hari pernikahan pun dilangsungkan. Rumah sudah ramai oleh para tamu undangan. Dekorasi khas pernikahan menghiasi rumah itu.

Agata adalah orang paling berbahagia hari itu.

Demikian juga Sina yang tak kalah senang karena bakal turut mencicipi uang lima ratus juta.

Bily justru tampak resah. Serba salah.

Sofian datang membawa buket bunga, serta parcel berisi uang ratusan juta sebagai mahar.

Semua orang mengiringi kedatangan Sofian, disambut baik oleh Agata dan para tetangga yang menyaksikan.

Suasana di ruang tamu hingar bingar oleh suara tawa. Semuanya berkumpul. Penghulu pun sudah hadir.

Buket, parcel dan tumpukan seserahan disusun di lantai dikelilingi banyak orang, yang kebanyakan mengabadikan dalam jepretan kamera hp.

Qizha sudah mengenakan kebaya putih khas pengantin. Jilbab warna senada membungkus kepalanya. Wajahnya cantik sekali didandani oleh tukang salon.

“Qizha, semua orang udah menunggu. Cepetan keluar!” pinta salah seorang tetangga yang menyembul masuk.

“Ya, sebentar. Mbak keluar aja dulu! Sebentar lagi aku nyusul.”

Wanita itu pun menutup pintu kamar.

Qizha semakin gundah. Ia menatap cincin longgar pemberian Sofian. Cincinnya saja tidak tepat di jarinya, apa lagi orangnya?

'Ya Allah.. Mohon beri petunjuk, apa yang harus aku lakukan untuk lepas dari masalah ini?'

Setelah beberapa hari belakangan ia tak bisa berpikir apa- apa untuk bisa menghindar dari pernikahan konyol itu, kini tiba- tiba muncul ide nekat di kepalanya. Kabur.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nonik Noviana
kabur aja ye
goodnovel comment avatar
Bajak Laut
kaburr......
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kabur Qhisa ..........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status