Share

04. Bertemu Preman

Qizha membuka jendela. Celingukan ke sana sini. Untung saja samping rumah tidak begitu ramai.

Orang- orang mengerumun ke depan semua karena ingin menyaksikan uang mahar yang mencapai angka terbesar di komplek itu.

Qizha mengambil kesempatan itu untuk kabur. Kebaya bawahannya yang sempit membuatnya kesulitan saat memanjat jendela yang agak tinggi. Namun ia berhasil memanjatnya meski harus terjatuh dan mencium tanah.

Berikutnya, Qizha berlari secepat kilat menjauh dari rumah.

Hujan deras menghuyur tubuhnya. Dingin sekali rasanya.

Setelah ini, entah bagaimana nasibnya nanti. Semoga saja tidak menjadi gelandangan yang saat tengah malam ketemu wewe gombel. Yang penting dia bisa lepas dari Sofian, itu saja sudah cukup.

"Woi.. pengantinnya kabur!"

"Iya itu pengantinnya kabur!"

Orang- orang yang memergoki Qizha tengah berlari kencang menjauh dari rumah, berteriak histeris sambil menunjuk- nunjuk ke arah Qizha. Mereka adalah orang- orang yang rewang dan sedang duduk di depan rumah.

"Haduh, ketahuan!" Qizha lari tunggang langgang.

Sontak kehebohan melanda. Orang- orang di dalam rumah pun menghambur keluar.

Beberapa orang diperintah oleh Sofian untuk mengejar menggunakan motor.

Qizha yang sudah agak jauh, mempercepat laju larinya, hingga ia lepas dari jalan sempit dan menuju jalan raya. Ia lalu naik angkot yang melintas.

Beberapa orang ibu-ibu yang duduk di dalam angkot memandanginya heran.

"Mau nikahan, Neng?" tanya salah seorang ibu.

"Kok, hujan- hujanan?" sahut lainnya.

Qizha hanya tersenyum simpul. Wajahnya cemas sambil sesekali melihat ke belakang.

Beberapa motor yang mengejar mulai kelihatan. Termasuk Sofian yang juga mengejar menggunakan motor gede.

Gawat! Qizha panik. Jika ia sampai tertangkap, bukan hanya malu saja, tapi ia pasti bakalan menjadi bulan- bulanan Agata, juga Sofian karena sudah membuat malu dengan melarikan diri di hari pernikahan.

Qizha turun dari angkot. Kemudian lanjut berlari. Ia bisa tertangkap jika terus berada di angkot itu karena kecepatan angkot jauh lebih lambat dibandingkan dengan motor Sofian dan anak buahnya.

Lebih baik ia berlari dan menyusup memasuki area padat perumahan.

Sengaja ia melewati gang gang sempit supaya Sofian kesulitan mengejarnya.

Namun ternyata Sofian tak mau menyerah, pria itu tetap mengejar meski harus menempuh akses jalan yang sempit. Jarak mereka semakin dekat.

Qizha terus menghambur melewati area belakang rumah penduduk, melewati tong sampah, kandang ayam, jemuran, dan banyak lainnya.

Tanpa sadar, kolor hitam besar bahkan sampai harus tersangkut di kerudungnya saat ia menerobos bawah jemuran. Bajunya sobek tersangkut paku tiang jemuran.

Lalu ia menyelinap masuk ke salah satu rumah kontrakan lewat pintu belakang. Yang untungnya pintu tidak terkunci.

Ia meringkuk di balik lemari yang baru saja dia geser dan menimbulkan derit agak keras.

Jantungnya berdegup keras, ketakutan. Berharap tidak akan tertangkap. Tubuhnya menggigil hebat. Berlarian di bawah guyuran air hujan dengan durasi cukup lama membuatnya kedinginan. Kepalanya menunduk.

Deg! Melihat sepasang kaki berlapis sendal jepit yang berdiri di depan, membuat jantungnya berdetak keras.

Apakah ia tertangkap?

Pelan, ia mengangkat kepala. Terkejut melihat sosok pria yang tak dikenal. Rambutnya agak gondrong menutup telinga, disisir acak- acakan. Mengenakan kaos tanpa lengan hingga mempertontonkan lengannya yang kekar.

Postur tubuhnya tinggi dan gagah. Wajahnya tampan. Namun tatapannya tajam dan gelap.

"Siapa kau?" Pria tampan itu menekan kening Qizha dengan telunjuk, membuat kepala Qizha sedikit terhuyung mundur.

"Kamu sendiri siapa?" Qizha balik tanya meski suaranya gemetaran, antara kedinginan dan gentar.

"Aku Qasam."

Qasam? Nama itu sedang gempar diperbincangkan banyak orang beberapa hari terakhir ini karena disebut- sebut sebagai preman baru yang kerap bikin ulah, bikin onar dan keributan di wilayah itu. Bahkan diberi julukan preman beken.

Padahal pria itu baru beberapa hari saja berada di wilayah itu, tapi sudah berani bertingkah.

Dilihat dari postur badannya yang gagah dan kekar, para preman yang sebelumnya menguasai perkampungan itu pun pada ketakutan.

Pasalnya, sehari yang lalu heboh dikabarkan bahwa para preman dikalahkan oleh Qasam hingga babak belur.

Selain gagah dan atletis, Qasam ternyata jago silat juga. Pukulannya mampu membawa lawannya langsung ke rumah sakit.

Tanpa Qizha sadari bahwa pria yang kini ada di hadapannya itu adalah atasannya.

Tujuan Qasam menyamar menjadi preman di wilayah itu adalah untuk mencari pembunuh adiknya, Qansha. Berdasarkan informasi rahasia yang dia dapatkan, si pembunuh ada di wilayah itu.

"Kenapa kau menyusup rumah kontrakanku?" tanya Qasam.

"Oh.." Qizha nyaris seperti orang bloon. Rupanya orang yang tengah memergokinya sekarang adalah si pemilik rumah.

"Mm maaf. Aku nyasar."

"Dan ini, kenapa kau mencuri celana dalamku?" Pria itu menyambar kolor besar yang nyangkut di kerudung Qizha.

Wih, pantesan ada aroma bawang bombay sejak tadi. Ternyata sumbernya nyangkut di kepala.

"Itu tersangkut. Kamu lupa mengangkat jemuran. Aku berhasil mengangkat salah satunya."

"Keluar kau!" Pria itu menarik lengan Qizha dengan kasar, tubuh Qizha terangkat dan berdiri.

"Jj jangan usir aku. Plis!"

Sementara di luar sana, terdengar suara teriakan orang- orang memanggil sambil mengetuk pintu rumah kontrakan itu.

Pria itu melirik ke arah pintu dapur dimana sumber suara terdengar ramai sekali. Tidak hanya satu orang saja yang berada di balik pintu itu.

"Kau membawa pasukan, hm?" Pria itu mencengkeram lengan Qizha.

"Bb bukan. Bukan aku yang mengajak mereka kemari. Tolong jangan buka pintunya. Mereka orang jahat."

Pria itu menatap Qizha penuh pengawasan. Kemudian melangkah menuju pintu, Qizha menghadang sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada dan berbisik, "Plis, plis!"

Pria itu tak peduli.

Qizha cepat menyelinap ke balik pintu ketika Qasam menekan handel dan membukanya. Ia melihat delapan pria dengan pakaian basah berdiri di belakang rumahnya.

"Siapa kalian?" tegas Qasam dengan suara lantang.

Sofian melangkah maju dengan angkuh. "Aku mencari Qizha, gadis berkebaya yang lari ke arah sini. Mana dia?"

Qasam melirik ke balik pintu.

Qizha melambaikan telapak tangannya, isyarat mengatakan supaya Qasam tidak memberitahukan keberadaannya.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
semoga qasam tidak memberitahu sofian bahwa qizha ada disana
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
duuh.. apakah benaran qansa meninggal? sehingga menyebabkan qasam menyamar jadi preman untuk menyelidiki kematian qansa.rasanya q g' rela qansa meninggal
goodnovel comment avatar
Emma Shu
bayangin aja gimana momennya. wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status