Share

Suami Premanku Ternyata Sultan
Suami Premanku Ternyata Sultan
Author: Seoravry

1. Pernikahan.

“Saya tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu Bu! Saya berani sumpah!”

Riri yang sudah gemetar karena marah, sudah mencoba berkali-kali membela diri dan beradu mulut dengan beberapa warga. Saat ini dia sedang dituduh melakukan perbuatan zina dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.

Padahal, Riri hanya berteduh. Dan secara kebetulan, tempatnya berteduh itu adalah rumah pria asing itu yang juga ditinggali bersama teman-temannya.

“Jangan mencoba mengelak kamu! Sudah jelas ada saksi di sana!” ucap ibu-ibu yang sendari tadi mengoceh dan terus-terusan menuduh Riri.

'Bahkan tidak ada satu pun saksi yang mengatakan kami berzina!' batin Riri kesal dengan fitnahan Bu Ajeng yang sedari tadi terlihat begitu vokal memojokkannya.

“Tenang dulu ibu-ibu bapak-bapak kita bicarakan ini baik-baik...”

Ketua Rt mencoba untuk menenangkan situasi. Namun belum selesai dia menyelesaikan kata-katanya, salah satu ibu yang sedari tadi memanasi keadaan mencubit pinggang Pak RT dan berbisik, “Ssttt... Diam dulu pak... Ini kesempatan emas kita untuk menyingkirkan preman-preman itu.”

Mendengar bisikan tersebut, mata Riri melotot tajam. Dia kaget dengan kenyataan yang ada. Sudah disuruh nikah dengan orang yang tak dia kenal, sekarang apa? Calon suaminya itu seorang preman? Bayangan KDRT langsung terbayang di pikiran Riri ketika mengetahui fakta tersebut.

Para warga yang pikirannya kolot itu sudah termakan oleh hasutan Bu Ajeng.

Bahkan Pak RT yang seharusnya berada di tengah, kini ikut memojokkannya. Riri kini diminta untuk menghubungi orang tuanya.

Riri tetap menolak, tetapi semesta seolah sedang tidak berpihak padanya, saat kemudian ponselnya bergetar. Namun, belum sampai dia mengangkat telepon tersebut, Bu Ajeng sudah lebih dulu merampas telepon tersebut dan mengangkatnya.

“Hallo? ini Ibunya Mbak Riri?...”

“Hmmm... Iya saya Ibunya, kenapa ya?... Ini siapa?”

Bu Ajeng melirik tajam ke arah Riri. Wajahnya begitu sinis. “Langsung saja. Anak Ibu sudah melakukan hal hina di desa saya. Kami para warga akan segera menikahkannya, untuk itu Ibu harus ke sini secepatnya. Saya akan mengirim lokasinya sekarang.”

Tanpa menunggu jawaban dari Ibu Riri, Bu Ajeng langsung mematikan sambungan teleponnya lalu mengirim alamat rumah Pak RT.

Mata Riri memandang tajam nan sinis kala Bu Ajeng mengembalikan ponselnya dengan pandangan penuh kemenangan.

'Awas saja dia, akan aku ingat terus wujud dan tampangnya!'

30 menit berlalu, kini Ibu dan Bapak Riri sudah hadir di rumah Pak RT, bahkan paman-paman Riri pun turut hadir di sana.

Melihat situasinya sudah semakin sulit, kini Riri mencoba peruntungannya melalui pria preman yang sedari tadi tidak bersuara.

“Heh! Bantu jelasin ke mereka kalau kita nggak ngapa-ngapain!”

Mendengar bisikan dari Riri, pria bernama Leon Alvindo Ganada itu hanya meliriknya dengan tajam, lalu melanjutkan memakan gorengan yang telah disediakan.

Laki-laki berbadan besar yang memiliki wajah dingin dan menyeramkan itu terus-terusan meminta gorengan tanpa tahu malu.

Mendapat respons tidak berarti dari laki-laki berusia 23 tahun itu sedari tadi, akhirnya Riri kesal juga. “Ck, beneran preman rupanya.”

Seperti namanya, ‘Leon' yang berarti singa, wajahnya benar-benar galak seperti singa. Tak hanya wajahnya saja yang mirip dengan singa, bahkan sikap dan rasa sombong atas kekuasaannya juga sama. Bedanya singa raja hutan, sedangkan Leon raja desa.

Saat sedang khusuk mengamati perilaku seenaknya si raja desa, tiba-tiba terdengar persetujuan Ibu Riri. “Haaa..... Ya sudah kalau seperti itu ceritanya, saya setuju jika anak saya harus menikah dengan dia.”

Mata Riri terbelalak, dia tak percaya bahwa Ibunya akan termakan kebohongan yang diciptakan oleh Bu Ajeng. “Tapi Bu, aku...”

“Diam!” Belum selesai Riri menyelesaikan kata-katanya, Ibunya sudah terlebih dahulu memotongnya.

Keterkejutan Riri semakin bertambah saat ibunya menghampiri Leon dan berujar dengan lembut.

“Saya titip anak saya ya, Nak. Dia putri sulung saya. Sikapnya memang manja dan kerasa kepala, jadi... Tolong jangan dikasari, ya..."

Pada awalnya, Leon tidak langsung menerima pernikahan itu. Pria itu menolak, dan nyaris saja pergi dari rumah Pak RT, tempat ijab qabul rencananya akan digelar. Namun, langkah laki-laki itu terhenti kala ibunya Riri berteriak dengan ekspresi sedihnya. “Kalau anak saya hamil bagaimana?”

Mata Riri terbelalak, kaget. Dengan ibunya berpikiran demikian, itu berarti wanita yang telah melahirkannya itu sudah termakan hasutan Bu Ajeng. Diskusi kembali terjadi, kali ini antara ibunya dan Leon.

Hingga entah apa yang diucapkan sang ibu, laki-laki yang semula menolak itu akhirnya setuju untuk menikahinya. Bahkan, pernikahan diadakan sah secara negara dan agama, membelot dari rencana semula yang hanya ingin menikah secara siri saja.

** Riri didandani dengan baju pengantin seadanya. Air matanya ingin sekali keluar, namun dia tahan karena takut kena omel lagi dengan Ibunya.

Saat ini Riri duduk di samping Leon yang memakai kemeja putih dan jas hitam yang kelihatannya sangat mahal, entah dari mana dia mendapatkannya.

Kini mata Riri tertuju ke arah orang-orang menyeramkan yang menghadiri acara ijab kabulnya.

'Pasti itu teman-temannya,' tebak Riri ketika melihat perawakan mereka yang sangat menyeramkan.

Jantung Riri berdebar hebat kala ayahnya menjabat tangan Leon disaksikan penghulu. Gadis itu menatap Ayahnya dengan wajah sendu. Dia tak percaya bahwa malam ini adalah malam pernikahannya, bahkan Ayahnya sendiri yang akan menikahkannya.

Riri berharap itu semua adalah mimpi buruk, dan dia akan segera terbangun dari mimpi buruknya. Namun apalah daya, Riri hanya bisa menghela napas ketika rentetan kalimat ijab qabul itu diucap dari wali dan juga calon mempelainya.

Namun, ada satu hal yang membuat Riri tercengang. Terlebih saat ayahnya berujar kalimat ijab.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara atau ananda Leon Alvindo Ganada bin Arjuna Ganada dengan anak saya yang bernama Rinanda Audrelia dengan maskawin berupa seperangkat alat shalat dan uang senilai seratus juta rupiah dibayar tunai.”

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Rinanda Audrelia binti bapak Fikri Aditya Zaidan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Seketika, Riri memelongo mendengar mas kawin yang diberikan pria preman itu untuknya.

'Seratus juta? Itu serius? Itu bukan uang haram, kan?'

Comments (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
Selamat ya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status