Share

Di Sofa

Author: Si Mendhut
last update Last Updated: 2022-02-18 09:29:19

"Apa yang sedang …." Kalimat Cakra terhenti ketika melihat Asta dan Rendra sedang berada di depan kompor gas. "Kamu sedang apa?" Cakra mengganti pertanyaannya dan langsung mengarahkan pertanyaan tersebut khusus untuk Asta.

Asta yang sedang memegang spatula di tangannya pun menjawab dengan ringan, "Masak."

"Kamu bisa masak?" tanya Cakra lagi.

"Bisa, dikit," jawab Asta lalu menoleh ke arah Rendra. "Kalau dia nih ... jago," imbuhnya lalu kembali terkekeh.

Melihat hal tersebut, Cakra pun langsung mengerutkan keningnya. 'Sejak kapan mereka menjadi akrab?' batinnya yang merasa ada yang salah dengan hal itu.

"Iya aku jago karena yang aku masak ini ayam jago, Benarkan?" sahut Rendra sembari ikut tertawa kecil.

Kemudian Cakra pun menyahut, "Lalu suara tadi ...." Cakra menggantung kalimatnya.

"Suara apa?" tanya Asta, menanggapi kalimat laki-laki yang pernah menjadi kakak angkatnya itu.

Cakra pun terdiam sesaat dan menatap wajah Asta yang sedang menanti jawabannya.

"Tidak ada," tukasnya.

Mendengar hal itu Asta pun mengerutkan keningnya.

"Sudahlah sudah, ayo kita makan kalau begitu," ujar Rendra mematahkan keheningan sesaat itu.

"Ah benar, kalau begitu aku akan mengambil yang bawah tadi," ucap Asta sambil kembali berbalik menatap ke arah kompor yang ada di dekatnya itu.

Kemudian Rendra pun menghela napas panjang. "Terserahlah mau yang atas atau bawah, yang penting Semuanya diangkat," sahutnya sambil menggeleng pelan menanggapi sikap Asta yang suka ngeyel.

Kemudian Asta pun kembali terkekeh sambil mencubit lengan Rendra dengan gemas. "Sudah kamu temani kakakku saja, biar aku yang mengurus semua ini," ujarnya seolah dialah pemilik rumah itu.

Rendra pun mengangguk-angguk. "Bagus juga, kamu ngerti sekali cara meringankan pekerjaan orang lain," tandas Rendra sembari mencuci tangannya di wastafel dekatnya.

"Kan sudah aku bilang kalau aku ini titisan malaikat yang tertunda," ujar Asta dengan santai.

"Dasar titisan malaikat," ucap Rendra sambil memercikkan air dari tangannya ke wajah gadis di depannya itu dan dengan cepat menjauh darinya.

Setelah itu Rendra pun berjalan dengan santai ke arah Cakra yang saat ini sedang menatap kosong ke arah Asta. "Ada apa?" tanya Rendra sambil menepuk pundak Cakra yang kini sudah berada di depannya.

Cakra pun tersentak, ia terkejut saat tepukan Rendra itu membuyarkan lamunannya, "Kenapa?" tanyanya balik.

"Apa ada masalah?" Rendra memperhatikan dengan seksama wajah Cakra yang kini terlihat kebingungan.

Mendengar pertanyaan tersebut, akhirnya Cakra pun menghela napas panjang. "Tidak ada, mungkin aku hanya kecapekan," sahutnya.

Kemudian Rendra pun kembali menepuk pundak Cakra beberapa kali, "Kalau begitu mari kita ke ruang makan, Asta bilang dia yang akan mengurus selanjutnya," ujarnya dengan hangat.

'Kenapa mereka sangat dekat? Apa yang tidak aku ketahui?' batin Cakra sambil mengeraskan rahangnya menahan kesal yang tak bisa diungkapkannya saat ini.

Setelah itu seperti yang disepakati, Asta dan Cakra pun makan bersama di rumah tersebut.

\*

Satu jam kemudian.

       Saat ini Asta dan Cakra yang sudah berpamitan pulang pun berjalan dengan santai kembali ke rumah yang ditinggali oleh mereka. Awalnya semua baik-baik saja, sampai akhirnya mereka melewati pintu masuk rumah tersebut dan Cakra menutupnya.

"Apa maksud kamu berbuat seperti itu?" tanya Cakra sembari mencekal lengan istrinya itu.

Asta pun dengan cepat berbalik. "Apa?" tanyanya.

"Apa kamu berusaha membuat aku cemburu?" 

Asta langsung mengerutkan keningnya. "Cemburu apa?"

Kemudian Cakra pun menarik tangan Asta, hingga membuat gadis itu mendekat beberapa langkah ke arahnya. "Jangan menguji kesabaranku. Siapa yang mengizinkanmu mendekati dia?" ujarnya sambil menunjuk ke arah rumah Rendra.

Asta terperangah mendengar hal tersebut. 'Dia cemburu?' batinnya sambil menatap wajah Cakra yang sudah merah padam.

"Katakan, apa aku ini tidak baik mengurus kamu? Apa aku ini suami yang buruk sampai kamu memberitahu dia kalau kamu bisa memasak, sedangkan padaku tidak?" 

Kalimat tidak logis dari Cakra itu semakin membuat Asta tercengang.

"Katakan!" Kalimat Cakra kali ini di sertai dengan tangannya yang mengguncang pundak Asta dengan cukup keras.

"Tidak," sahut Asta dengan santai.

"Tidak? Aku ...." Cakra pun bingung sendiri ketika gadis di depannya itu menjawab pertanyaannya dengan nada datar seperti itu.

"Memangnya kamu pernah mengakui aku sebagai istri, tidak kan? Jadi jangan salahkan siap pun," sahut Asta sambil melepaskan tangan Cakra dari pundaknya. Sesaat kemudian ia pun dengan santai berbalik dan melangkah menjauh.

Namun dengan cepat Cakra kembali menahan tangan Asta. "Tunggu, aku belum selesai bicara."

"Apa lagi?" tanya Asta dengan dingin tanpa menoleh sedikit pun.

"Aku memang tidak baik, tapi kamu sendiri tidak melakukan semuanya seperti seorang istri," ucap Cakra sembarangan.

Asta pun terdiam sesaat, ekspresi wajahnya berubah seketika. Kemudian ....

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Asta yang tiba-tiba berbalik menghadap Cakra.

Cakra yang mendapat pertanyaan balasan tersebut pun terkejut, ia tak menyangka jika Asta akan bertanya seperti itu.

Kemudian dengan cepat Asta menarik tangan laki-laki di depannya itu, dan dengan cepat menjatuhkan tubuh Cakra di sofa ruang tamu tersebut. "Coba katakan, bagaimana aku harus bersikap?" tanyanya dengan mata yang menyalang tajam.

Cakra pun makin mundur dan berusaha untuk bangun dari posisinya. Namun tak diduga, dengan cepat Asta naik ke atas tubuh Cakra.

Cakra yang  terkejut pun langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Namun di saat yang sama, saat ini Asta juga sedang duduk di pangkuannya dengan posisi tepat menghadap ke arah dirinya.

"Kamu meminta aku menjadi istri kan?" 

"Bu—"

Mata Cakra terbelalak ketika dengan cepat Asta membungkam mulutnya menggunakan bibir mungil yang terpoles lipstik itu.

'Deg-deg-deg.' Jantung Cakra tak bisa bohong dengan apa yang dialaminya saat ini. 

Tubuhnya memanas, Adrelinnya naik saat Asta dengan cepat memundurkan tubuhnya dan meraba bagian perutnya yang masih tertutup kemeja itu.

'Ini gila!' Hanya itu yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Namun tentu saja pikirannya tak cukup kuat untuk melawan desakan yang ada di dalam tubuhnya.

Mata Asta pun terus terpejam dengan bibir yang terus bergerak aktif, hingga akhirnya tangannya pun semakin turun ke bawah dan menarik kancing celana yang sedang dirabanya saat ini. 

'Jangan kalah As!' Hatinya memberi dukungan pada apa yang dilakukannya saat ini.

Setelah tangan kanannya berhasil membuka kancing tersebut, kini berganti tangan kirinya yang menarik kemejanya sendiri  hingga kancing kemejanya tersebut bertaburan di lantai.

Cakra yang tersadar pun langsung menjauhkan tubuhnya dari Asta. "Hentikan, ini—"

Asta dengan cepat melumat kembali bibir laki-laki di depannya itu dan dengan cepat melepas kemejanya.

Cukup lama Asta menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang dipelajarinya dari film-film, akhirnya tangan Cakra pun membalas dan mengikuti permainan Asta tersebut.

Hingga ....

"Hei!" pekik Asta.

BRUGH! 

"Ishh!" desisnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Sekaku Batako   Ciuman Tanpa Amarah

    "Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke

  • Suami Sekaku Batako   Minta Nomor

    Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Tukang Jahit?

    "Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng

  • Suami Sekaku Batako   Sanggahan Cakra

    Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu

  • Suami Sekaku Batako   Handuk Kekecilan

    Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C

  • Suami Sekaku Batako   Kamu Cemburu?

    "Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status