Share

Suami Tampan Istri Tak Rupawan
Suami Tampan Istri Tak Rupawan
Penulis: Mama fia

Hinaan wanita tak dikenal

"Kamu itu nggak pantas tahu nggak jadi istrinya Pak Riko. Lihat saja wajahmu, nggak ada cantik-cantiknya! Ngaca sana!"

"Iya, nggak pantas. Lebih pantasan kita-kita. Lebih modis dan nggak kampungan kayak kamu!"

Naila hanya diam menundukkan wajahnya. Dia tak menjawab bahkan tak terlihat marah mendengar wanita yang baru dikenal menghinanya. Beberapa minggu ini sudah seringkali orang berkata demikian padanya. Naila berusaha kebal dengan ucapan mereka semua.

"Heii, sudah jelek, budeg lagi. Apa kamu bisu juga?"

Naila pun melangkah pergi meninggalkan dua wanita yang masih terlihat marah dengannya. Dibiarkan wanita itu berteriak padanya. Bahkan sudah banyak orang yang berkerumun melihat tontonan gratis akibat teriakannya. Naila tak mau dirinya menjadi bagian dari drama yang dibuat wanita yang sama sekali tak dikenalnya.

Menelusuri jalan pertokoan, Naila tak menghiraukan tatapan mereka. Naila pun menuju tempat parkir, melajukan motor maticnya pulang ke rumah.

Membuka pintu, langsung ke belakang menuju kamar mandi lalu membersihkan diri. Menuju kamar tidur, merebahkan badan, memejamkan matanya yang mengantuk dan lelah. Naila berusaha tidur siang, menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Namun, matanya ternyata tak mau diajak kompromi. Pikirannya pun kembali mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Alasan banyak orang tak dikenal menghinanya. Bahkan terkesan mencaci-maki dirinya. Sebuah foto dirinya dan suami di saat berdua di sebuah tempat wisata di-upload seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Foto-foto yang memperlihatkan jelas wajah Riko dan Naila, dengan caption yang sangat menyakitkan hatinya.

'Riko dan Naila. Pasangan yang tak serasi. Istrinya sangat tak pantas berdampingan dengan suaminya yang tampan. Dapat ilmu pelet dari mana kira-kira, ya? Hahaha ....'

Begitulah caption dari status yang beredar di media sosial. Bahkan dibuat versi youtube juga. Lengkap dan seakan niat ingin menjatuhkan harga dirinya. Dan para netizen pun berkomentar tanpa menggunakan perasaan. Komentar yang melecehkan dan menjadikannya sebagai bahan guyonan.

Dan tak berapa lama, semua unggahan dihapus oleh pelakunya. Namun, foto-foto dan video yang sudah diunggah beberapa jam, sudah terlanjur mendapatkan ribuan komentar yang menyakitkan. Belum lagi wajahnya sudah tersebar di media sosial.

***

Malam harinya ....

"Maaf, ya, Naila. Aku pulang terlambat. Tadi ada acara syukuran di kantor. Kamu sudah makan, Sayang?"

Riko mendekati Naila yang sedang duduk di depan meja rias. Memeluk istrinya dari belakang, mencium pucuk kepalanya. Riko tahu, istrinya sedang sedih. Terlihat dari butiran air mata yang membasahi pipi.

"Kenapa kamu memilihku? Bukankah banyak wanita lain yang lebih pantas jadi istrimu? Kenapa, Mas? Bahkan aku sering dimaki orang karena tak pantas berdampingan denganmu. Aku sedih, aku lelah ...."

Naila berbicara tanpa merubah posisi duduknya. Dia lebih memilih tak memandang wajah suaminya. Naila tahu, Riko akan marah dengan pertanyaannya. Pertanyaan yang selalu diulang entah sudah ke berapa kalinya.

Riko memutar tubuh Naila agar menghadapnya. Laki-laki itu kemudian berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan wanita yang sangat dicintainya. Naila hanya diam, dengan suara isak tangis yang tertahan.

"Sayang, dengarkan aku, pandang wajahku. Aku mencintaimu bukan karena fisikmu. Aku memilihmu manjadi istriku karena kecantikan hatimu. Aku butuh seseorang yang baik untuk melahirkan anak-anakku. Bukan wanita yang tak punya adab yang hanya bisa berdandan, shopping dan memamerkan wajah dan tubuhnya dengan baju seksi dan tas mewah. Tolong, Sayang, jangan dengarkan mereka. Aku tahu kamu sedih, aku tahu kamu terluka. Aku masih berusaha mencari siapa yang meng-upload foto-foto kita berdua. Aku akan mencarinya dan membawanya ke hadapanmu agar meminta maaf padamu."

Riko mencoba menghibur Naila, kali ini dia tak lagi marah seperti biasanya. Riko yakin ada kejadian yang belum diceritakan Naila pada dirinya. Tak biasanya istrinya sampai menangis seperti sekarang. Meskipun biasanya Naila sering menanyakan hal yang sama, namun kali ini istrinya terlihat sangat menyedihkan.

Naila pun memandang wajah Riko. Suaminya memang laki-laki yang sangat tampan. Berbadan tinggi dan tegap dengan kulit yang bersih. Sementara Naila sendiri berwajah sangat sederhana, mata, hidung, bibir, semuanya tak ada yang istimewa, warna kulitnya pun tak seputih Riko, bertubuh mungil dan juga tak tinggi. Jika berjalan berdua dengan suaminya, Naila merasa sangat tak nyaman dengan orang-orang yang memandang ke arah mereka.

"Nggak usah, Mas. Biarkan saja, nggak usah membuang waktu dan materi mencari pelakunya. Toh yang mereka katakan juga benar semuanya."

Riko merengkuh tubuh istri tercintanya. Menggendongnya dan merebahkan tubuh Naila ke ranjang mereka. Naila pun hanya diam, suaminya selalu bisa menghiburnya saat hatinya merasa menderita. Riko pun akan menyenangkan hati istrinya dengan permainan yang istimewa.

***

Dengkuran halus terdengar, pertanda Riko sudah tertidur pulas. Berbeda dengan Naila, matanya masih tak mau terpejam. Pikirannya masih saja mengingat kejadian tadi siang. Malu, marah, nelangsa, bercampur jadi satu. Begitu burukkah wajahnya? Tak pantaskah dia bersanding dengan Riko? Bahkan kita tak tahu dengan siapa kita berjodoh. Bukankah semuanya Allah yang sudah menggariskannya? Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Membuat pusing semakin melanda. Naila berusaha berteman dengan keadaan. Mencoba mengabaikan semua peristiwa yang membuat beban berat di pikirannya. Memejamkan mata, menenangkan hati, mencoba menjaga kewarasan jiwanya.

***

"Sayang, apakah kamu sakit?" Riko  melihat Naila yang masih tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Riko baru saja membuka mata dan biasanya sebelum subuh, Naila sudah mandi terlebih dahulu.

"Nggak tahu, Mas. Kepalaku pusing sekali, sepertinya aku demam. Tadi aku sudah minum obat. Mas berangkat sholat saja dulu, aku istirahat sebentar sebelum mandi."

Riko pun mencium kening istrinya yang terasa hangat. Melangkahkan kakinya ke kamar mandi, membersihkan badan, berangkat ke mushola dekat rumah untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah.

Naila berjalan pelan menuju kamar mandi, hawa dingin terasa menusuk sampai tulang-tulang di tubuhnya. Tapi dirinya harus mandi besar, menyucikan diri. Dipaksakannya dirinya mandi dan keramas di pagi buta. Demi menjalankan kewajibannya kepada Yang Maha Pencipta.

Setelah sholat subuh, Naila kembali menyelimuti seluruh tubuhnya. Kepalanya sangat pusing, dan tubuhnya terasa lemah. Riko yang baru pulang dari mushola, mendekati istrinya yang terbalut selimut.

"Sayang, sudah mandi ternyata. Ingin makan apa? Biar aku belikan setelah ini." Riko memandang wajah istrinya, pipinya kembali basah karena air mata. Riko menduga istrinya masih sedih, sakitnya pun mungkin karena depresi.

Riko berbaring di samping Naila, memeluk erat tubuh mungil istrinya. Dikecupnya kening Naila, dengan penuh cinta. Riko mengecup bibir tipis istrinya.

"Sudahlah, Sayang. Jangan dipikirkan lagi. Kalau hatimu terus menerus merasakan sakit, fisikmu juga ikut sakit. Aku sedih melihatmu seperti ini, tolong jangan biarkan hatimu terluka terlalu dalam."

Naila diam, terdengar helaan napas panjangnya. Dengan suara lirih, Naila bertanya, "Mas, apakah kita sebaiknya bercerai saja?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
sabar naila mereka tuh sirik krn g bisa ngedapetin cogan kyk rio,toh tio nerima kamu apa adanya jadi biarin j orang mau ngmong spa juga liwpun sbnrnya sakit hati yg sda dihina Sama orla
goodnovel comment avatar
Ar_key
ya Allah sakit sekali ya dikatain orang gak jelas sabar ya nay
goodnovel comment avatar
Ema Ryosa
biarin orang mau ngomong apa Naila, si sirik tanda tak mampu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status