Share

Suami Tampan Tidak Menghasilkan Keturunan
Suami Tampan Tidak Menghasilkan Keturunan
Penulis: Melodi Kasih Sukma

Bab 1

Klausul kerja yang dirancang Staf Administrasi Pinto telah dipelajari oleh Mas Ondi dan Mas Gagan. Tiada satupun poin yang memberatkan. Semuanya adil bagi penerima kerja. Mereka menempelkan tanda tangan pada kontrak kerja yang dibuat Staf Adminstrasi Pinto. Duo sosiolog resmi berstatus TA tambahan Pinto.

     Sekarang, pukul delapan pagi hadir di sekitar Mas Ondi dan Mas Gagan. Mereka berdua bersiap siaga. Bercokol di ruang kerja Pinto. Keduanya tengah menanti Pinto. Hendak menjabarkan salah satu rencana pekerjaan kepada tuan bos baru.

     Saat sedang bertukar lisan, Mas Ondi dan Mas Gagan menangkap bunyi derap kaki. Semakin lama semakin terdengar jelas suara tersebut. Pandangan mereka serta-merta beralih ke luar ruangan. Dan mereka melihat Pinto berdiri di samping pintu.

     “Lho, Mas Ondi sama Mas Gagan ada di sini?” Pinto menanya. Terperanjat dia menatap keberadaan Mas Ondi dan Mas Gagan. Pinto lalu menyalami kedua TA tambahannya.

     “Kami ada keperluan penting yang harus dibicarakan dengan Pak Pinto,” jawab Mas Ondi sigap.

     Mimik Pinto berlumuran kekhawatiran. Hela napasnya merefleksikan ketegangan. 

     Tergopoh-gopoh Pinto menuju kursinya.

     “Kami ingin memaparkan desain penelitian tentang perilaku sosial dan kondisi sosial-ekonomi di Dapil Pak Pinto,” Mas Gagan mengartikan jawaban Mas Ondi.

     “Oh … Desain penelitian ….” Rasa khawatir dan tegang Pinto berangsur memudar. Aliran darahnya kembali normal. “Saya kira Mas Ondi sama Mas Gagan mau pinjam duit ke saya.”

     Mas Ondi dan Mas Gagan terpingkal habis-habisan. 

     Mas Ondi menyahut seenaknya, “Saya bakal pinjam duit ke Pak Pinto kalau saya nikah lagi.”

     Gantian Pinto yang terpingkal.

     “Saya mengira seperti itu karena saya nggak tahu keperluan penting Mas Ondi sama Mas Gagan. Apalagi, Mas Ondi sama Mas Gagan nggak kasih tahu saya kalau Mas Ondi sama Mas Gagan mau datang ke sini,” terang Pinto apa adanya.

     “Maafkan kami, Pak Pinto. Kami tidak sempat memberi tahu Pak Pinto. Kami sibuk membuat desain penelitian.” Mas Gagan mengambil proposal penelitian dari dalam tasnya. “Desain penelitian tertulis di sini,” ujarnya seraya menunjuk gerombolan kertas yang baru dia ambil. Ia mendekatkannya ke jangkauan Pinto.

     Pinto menggapai proposal penelitian dan menariknya. Memperhatikannya lekat-lekat. Jari Pinto menyibak bagian sampul.

     “Jadi, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya adalah studi kasus. Pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung. Kami akan mewawancarai pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat di Dapil Pak Pinto secara mendalam. Kami juga akan mengamati kehidupan sosial masyarakat di sana secara langsung,” Mas Gagan mulai memaparkan desain penelitian.

     Pinto bertanya, “Siapa aja pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat yang akan diwawancarai Mas Gagan sama Mas Ondi?” Dia membolak-balik halaman proposal penelitian.

     Mas Gagan menyebut pihak walikota, bupati, pimpinan ormas berpengaruh, pemuka agama, dan sesepuh setempat.

     “Bagaimana cara Mas Gagan sama Mas Ondi mengamati kehidupan sosial masyarakat di sana?” tanya Pinto lagi. Dia masih menjamah halaman proposal penelitian.

     “Caranya adalah kami melibatkan diri kami ke dalam segala aktivitas sosial mereka. Berbaur dan berinteraksi dengan mereka. Dengan begitu, kami dapat mengamati kehidupan sosial mereka dalam jarak dekat,” urai Mas Gagan lancar.

     Pinto mengangguk-angguk. Pertanyaan dia berikutnya tentang lama waktu pengumpulan data penelitian. 

 data penelitian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status