Share

Suamiku Homo?

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-17 13:57:56

“Stop!” teriak Rafka yang baru saja masuk ke dalam ruang tamu.

Katarina menoleh dengan cepat saat mendengar suara suaminya dengan keras, ya laki-laki itu datang di waktu yang tepat. Pertemuan yang kembali gagal, entah percakapan apa yang akan Pramana rancang saat itu.

“Ada apa, Rafka? Ayah hanya ingin mengobrol dengan cucu pungut Kakek Rio. Ayah tidak ingin mengobrol denganmu sama sekali,” jelas Pramana dengan tegas.

“Cucu pungut, cucu pungut! Dia istriku ayah!” gertak Rafka dengan tegas.

Laki-laki es batu itu menarik tangan kanan Katarina untuk ikut masuk ke kamar, dengan langkah sedikit terburu-buru Katarina mengikuti langkah cepat Rafka. Suaminya benar-benar tidak ber-perikeistrian, langkahnya sama sekali tidak menoleh ke arah Katarina.

“Mas Rafka!” panggil Katarina dari belakang.

Laki-laki itu menoleh cepat ke arah wanita di belakangnya, “Ada apa?” tanyanya singkat dan ketus.

“Umm …, tidak jadi. Terima kasih ya, a-aku tidak tahu kenapa ayah beberapa kali memanggilku saat kamu tidak di rumah,” keluh Katarina dengan menundukkan kepalanya.

“Maksudmu?” laki-laki itu mulai mendekati tubuh Katarina.

“Iya, Ayah mertua selalu memanggilku secara pribadi, dan … aku tidak pernah menemuinya barang sekali. Hari ini adalah ke tiga kalinya beliau memanggilku,” jelas Katarina dengan perasaan takut yang menyeruak.

“Jangan berpikir macam-macam pada ayahku, itu ayah mertuamu sekarang.” Sebuah kalimat yang keluar begitu saja dari mulut Rafka, cukup membuat hati Katarina mencelos.

“Iya, Mas. Maaf telah curiga dengan Ayahmu,” ungkap Katarina meminta maaf dengan kekesalan.

Keduanya kini sibuk dengan isi pikirannya, Rafka yang kembali membuka laptop kerjaan dan membiarkan Katarina duduk diam di ranjang. Hari semakin larut, Katarina yang masih setia menunggu Rafka selesai bekerja.

Suaminya terlihat menutup laptop kerjanya, beberapa berkas ia singkirkan ke ujung meja. Langkahnya menuju ranjang membuat jantung Katarina bergejolak.

“Loh, kok malah tidur sih?” pekik Katarina dalam batinnya.

Ia melihat Rafka menarik selimut dan tidur di sofa, tanpa merasa bersalah pada Katarina yang masih duduk menanti laki-laki itu mendekatinya.

“Tolong matikan lampu,” pinta Rafka dengan pelan.

“Apa? Matikan lampunya? Kamu tidak berniat menyentuhku, Mas?” tanya Katarina pada batinnya yang menggebu ingin dilucuti suaminya.

Katarina beranjak turun dari ranjang, melangkah pelan pada sudut kamar dekat pintu. Lampu telah padam, kamar dengan nuansa biru itu hanya menyisakan sedikit binar cahaya dari luar. Dengan pelan ia melangkah mendekati Rafka, niat usilnya memang menyeruak sejak tadi.

Dengan drama yang sudah ia rancang dalam pikirannya, ia menjatuhkan dirinya di dekat sofa. Berharap Rafka akan membantunya, nihil dan hanya dihadiahi tatapan aneh dari pria yang ada di atas sofa.

“Kamu ngapain? Kenapa tidak berhati-hati kalau jalan?!” Rafka hanya sedikit mendongak dengan pertanyaan serapah tanpa membantu itu.

“Aduh, kakiku sakit, Mas. Sepertinya terkilir,” keluh Katarina dengan duduk manja.

“Tidak usah alay dan banyak drama! Segera bangun, siapa suruh banyak tingkah di kegelapan,” hardik Rafka tanpa belas kasihan.

Lelaki itu terlalu es batu untuk Katarina yang berharap diperhatikan, dengan susah payah ia berdiri tanpa bantuan. Lututnya nyeri akibat jatuh yang ia buat secara sengaja, sebuah harapan yang terpatahkan begitu saja.

“Ini benar-benar sakit, bukan alay!” gertak Katarina beranjak ke ranjang.

Hening terjadi di ruangan itu, Rafka hanya diam menatap Katarina menarik selimut. Gelap kamar tidak membatasi matanya untuk menatap wanita yang kini menjadi istrinya itu.

***

Suasana meja makan pagi itu penuh dengan keheningan, dentingan sendok dan piring yang mendominasi. Rafka yang terlihat terburu-buru membuat Katarina menatapnya lekat.

“Aku duluan ya, Ayah, El, Kata,” ucapnya dengan langkah terburu-buru.

“Ya.” Singkat jawaban kompak dari Pramana dan Elegi yang bersiap ke kampus.

“Kemana lagi dia?” tanya Katarina dalam batinnya.

Dengan gusar ia menyelesaikan sarapannya pagi itu, diam-diam ia mengikuti Rafka. Suaminya itu buru-buru masuk ke dalam mobil pribadinya, mata Katarina menangkap lekat laki-laki itu mulai meninggalkan area rumah. Segera ia memesan taxi online untuk membuntuti Rafka yang semakin hari semakin mencurigakan.

“Tujuannya seperti di aplikasi ya, Kak?” tanya sopir taxi online dengan sangat ramah.

“Tidak, Pak. Ikuti saja mobil hitam itu, perkara biaya nanti bisa aku tambahin fee,” ujar Katarina singkat.

Di dalam taxi yang kini melaju mengikuti mobil Rafka, ia penuh dengan rasa curiga dan takut. Alih-alih berpikir hal baik, ia mencurigai suaminya itu homo karena lebih sering bersama Rengga.

Komunikasi yang lebih intens dengan Rengga membuatnya sangat percaya, kalau suaminya benar-benar homo. Bagaimana seorang laki-laki bisa sangat akrab dengan sahabat laki-lakinya dari pada istrinya?

“Pak, jangan sampai kita ketahuan ya!” peringat Katarina pelan.

“Iya, Kak. Memangnya dia siapa?” sopir taxi online itu mulai kepo dengan permasalahan Katarina.

“Emm…, sudah bapak fokus saja di jalan.” Katarina kembali sibuk dengan ponselnya.

‘Kak, dicari ayah lagi.’- Elegi.

Katarina membelalakan matanya saat membaca satu pesan masuk dari Elegi, hatinya berdesir seperti ada hal yang harus ia selesaikan. Kepalanya seperti ingin pecah saat itu juga, masalah Rafka yang homo dan sekarang ayah mertuanya yang selalu ingin menemuinya dan mengobrol intens.

‘Aku masih ada urusan, El. Tolong sampaikan ke ayah ya.’ Dengan satu kali klik pesan itu terkirim ke Elegi.

“Kak, mobilnya berhenti di sini,” ujar sopir taxi online itu dengan sedikit berteriak.

“Hah!” Katarina yang masih terkejut. Sepertinya ia sempat melamun sejenak setelah membalas pesan Elegi.

“Itu, mobil hitamnya masuk dan parkir di dalam, apa kakak juga mau masuk biar saya antar sampai lobi?” tanya sopir itu lagi.

“Eh, tidak, Pak. Saya turun di sini saja,” ucap Katarina sedikit tercekat.

“Baik, Kak. Terima kasih banyak.” Sopir taxi online itu berlalu setelah menerima uang dari Katarina.

Langkah pelan Katarina melewati halaman parkir sebuah restoran berbintang, matanya menelisik ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Rafka. Lama ia mencari dan berkeliling, awalnya ia mengira restoran itu hanya satu lokasi.

“Di mana sih itu laki es batu?” gerutu Katarina dengan berjalan penuh kesal.

Matanya menyorot pada satu sudut, di mana dua orang laki-laki sedang duduk berhadapan. Satu laptop yang ada tengah meja. Tidak salah lagi laki-laki itu pasti Rengga, kecurigaan Katarina semakin diperkuat dengan beberapa bukti yang ada.

“Bagaimana bisa seorang laki-laki bertemu dengan laki-laki juga? Apalagi sangat sering dan terlihat intens?” gumam Katarina pelan.

“Mau pesan apa, Kak?” tanya seorang pelayan yang membawa buku menu.

“Pesan? Boleh aku lihat buku menunya?” tanya Katarina dengan kikuk.

Pagi ini dia persis seperti wanita ngang-ngong dan tidak fokus sama sekali, curiganya yang tinggi membuatnya tidak fokus pada hal lain sama sekali. Setelah beberapa menit sibuk membolak-balikkan buku menu.

“Kamu ngapain di sini?” suara yang sangat Katarina kenal, ia mendongak dengan wajah kikuk dan malu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status