Home / Rumah Tangga / Suami Wasiat Kakek / Sebuah Rencana Terselubung

Share

Sebuah Rencana Terselubung

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2023-05-17 14:00:23

Bibirnya terasa kelu saat matanya mendapati seorang pria yang sangat ia kenal, Refaldy sahabatnya saat SMA.

“Kamu bikin aku jantungan!” pekik Katarina keras.

“Kamu tumben ke sini?” tanya Refaldy pelan.

Katarina hanya memberikan isyarat untuk sahabatnya itu duduk, ia masih sibuk memilih menu yang ada di buku yang ia baca sedari tadi.

“Kak, maaf ini bukunya terbalik,” tunjuk seorang pelayan yang menunggu menu pilihan Katarina.

“Kata, kamu belum sarapan atau baru bangun tidur tanpa cuci muka sudah pergi ke sini?” tanya Refaldy dengan terkekeh.

Katarina dengan segera membaik buku menu itu dengan benar, jujur sejak tadi ia sama sekali tidak fokus pada jajaran menu yang ada di buku itu. Matanya masih mencuri pandang ke arah Rafka dan Rengga yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya.

“Kata!” panggil Refaldy dengan tangan melambai-lambai di depan wajah Katarina.

“Refal, sebentar ….” putus Katarina dengan menggantung.

“Pesan ini aja, Kak,” Refaldy menunjuk dua menu untuknya dan Katarina.

“Maksudmu? Aku tidak ingin makan, aku sudah sarapan sebelum ke sini! Matcha latte saja satu, Kak,” sergah Katarina dengan tegas.

Laki-laki di hadapannya terlihat menelisik setiap sudut tubuh Katarina, matanya menatap lekat wajah wanita yang sempat menjadi sahabat dekatnya.

“Kamu katanya udah nikah ya?” Refaldy bertanya dengan raut wajah tidak percaya.

“Iya, hm. Atas permintaan Kakek Rio sih, itu suamiku.” Katarina menunjuk ke arah Rafka yang berada di seberang.

Rafka Zavier, seorang pengusaha muda yang cukup terkenal di Kota Malang. Refaldy memastikan tebakannya benar dan tidak meleset.

“Rafka Zavier?” kalimat tanya menggantung dari Refaldy.

“Iya, Rafka Zavier. Anak dari Pramana Zavier, kamu kenal?” Katarina masih mencari jawaban dari laki-laki di hadapannya.

“Ya tau, meskipun gak kenal sih. Dia kan sering masuk ke majalah dan koran sore, siapa yang gak kenal Rafka Zavier. Ya, pasti kenal lah,” ujar Refaldy terkekeh.

Setelah mengobrol panjang dengan Refaldy sembari mengawasi Rafka dan Rengga. Dua laki-laki yang sempat duduk di seberang itu mulai beranjak pergi. Mata Katarina menelisik ke arah tempat duduk Rafka yang sudah kosong.

“Refal, aku duluan ya. Terima kasih banyak sudah menemani mengobrol,” pamit Katarina pada Refaldy dengan terburu-buru.

Katarina berlari dengan tergesa-gesa keluar restoran, matanya menatap ke sekeliling restoran. Mobil Rafka yang tadi sempat terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini sudah tidak ada.

“Duh, kan kehilangan jejak!” pekik Katarina keras.

Derap langkah seseorang yang semakin mendekati Katarina, membuat wanita itu menoleh dengan cepat. Tangan kekar laki-laki itu membekap mulut Katarina, dengan gerakan cepat dan tidak mampu Katarina kendalikan.

Tubuh Katarina ditarik secara paksa oleh seorang berbadan kekar, sebuah mobil hitam yang tidak mampu ia ingat plat nomornya. Kepalanya mendadak pusing sekali, hingga ia tidak sadarkan diri.

***

“Kerja yang bagus,” ungkap Pramana dengan tepuk tangan meriah.

“Bagaimana, Bos? Kami tidak salah tangkap kan?” tanya seorang suruhan Pramana.

“Hahaha, kalian memang keren!” Pramana tertawa keras dengan tepuk tangan berulang.

Mata Katarina mengerjap perlahan saat mendengar suara pria yang tidak asing di telinganya, kedua matanya membelalak saat mendapati ayah mertuanya mengobrol dengan pria yang menculiknya.

“A-aku di mana?” suara Katarina yang lirih tidak didengar oleh tiga pria yang sedang asik mengobrol itu.

Dengan sengaja ia mengetuk-ngetukan kakinya di lantai, ia merasakan sakit di pergelangan tangannya. Tali yang terlalu erat mengikat ke dua tangannya di sebuah tiang, entah ia sedang di tempat apa yang pasti ia sangat asing.

“Ayah!” teriak Katarina keras.

Pramana menoleh dengan senyum licik di wajahnya, ia melangkah menuju Katarina dengan langkah pelan dan sangat sombong. Saat mendapati Katarina yang duduk terikat di sebuah tiang, tangan lelaki paruh baya itu meraih dagu Katarina.

“Hai, anak cantik. Rasakan deritamu kali ini, Nak! Kemarin-kemarin aku memanggilmu secara pribadi, Ta-tapi kamu tidak pernah datang, bukan? Jadi, daripada aku capek memanggilmu untuk menemui aku, lebih baik aku menculikmu saja.” Pramana terkekeh, tangan kanannya mencengkeram dagu Katarina.

Katarina sedikit mendongak, rasa sakit yang ia rasakan membuatnya ingin menangis. Bibirnya kelu untuk menjawab ucapan Pramana. Ia benar-benar merutuki ayah mertuanya yang tega menyekapnya, rasanya seperti di siksa mertua sendiri.

“A-apa maksud ayah menyekapku?” tanya Katarina dengan terbata.

Pramana hanya tertawa mendengar pertanyaan Katarina, ia memberi isyarat pada dua anak buahnya untuk keluar ruangan itu.

Mata Katarina membelalak dengan rasa takut yang membuncah di dadanya, karena banyak sekali isu pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum dan mertua. Ia merasakan takut yang sangat besar, saat melihat ayah mertuanya semakin mendekat.

“Ayah, ada apa sebenarnya?” tanya Katarina dengan berteriak keras.

Tangannya yang terikat membuat ia kesulitan untuk kabur, kakinya yang diikat juga membuatnya sulit melawan.

“Mau ke mana? Memangnya bisa lepas dari ikatan ini, hahaha,” Pramana tertawa dengan sangat keras.

“Sebentar, Ayah. Maksud dari semua ini apa sebenarnya?” tanya Katarina lagi dengan tergugup.

Matanya menyorot tepat ke arah wajah Pramana yang terlihat sangat bengis hari ini. Laki-laki paruh baya itu mendekatkan wajahnya pada Katarina, semakin dekat hingga deruan napas itu menerpa wajah Katarina.

Degup jantung tidak beraturan, Katarina hanya bisa berteriak ketakutan. Ia hanya bisa diam dan pasrah pada Tuhan, ia merapal doa untuk melindungi dirinya.

“Katarina Gayatri, kamu mau nurut sama saya?” tanya Pramana dengan lirih.

“Nu-nurut, bagaimana ayah?” dengan terbata Katarina bertanya.

“Serahkan harta warisan dari Kakek Rio, em…, setelah itu kamu akan bebas hidup bersama Rafka. Bagaimana?” tangan lelaki itu mulai mencengkeram dagu Katarina hingga ia mendongak.

Katarina berusaha memberontak, seru napasnya tidak teratur sama sekali. Rasa takut yang membuncah ke seluruh tubuhnya, namun, ada rasa yang tidak dapat ia utarakan.

“Ti-tidak! Harta itu punya Kakek Rio dan…, aku tidak akan memberikan padamu, Ayah! Bagaimana pun keadaan aku nantinya, aku tidak peduli sama sekali,” hardik Katarina dengan emosinya.

“Oh begitu?” Pramana mulai melepaskan dagu Katarina dari cengkeramannya.

Langkahnya menjauh dari Katarina, tanpa disadari ia kembali berjalan mendekat dengan menggunakan sapu tangan.

Plak!

Satu tamparan melayang di wajah Katarina, laki-laki paruh baya itu menampar keras pipi kanan Katarina hingga memar. Tidak ada ampun baginya saat itu, emosinya meninggi dan ambisinya untuk mendapatkan harta warisan itu membuatnya kalap.

“Itu baru permulaan, Katarina! Ayo, berikan harta itu padaku. Kamu akan hidup bebas bersama anakku,” ujar Pramana lagi.

“Tidak, Ayah. Sekali pun kamu menyiksaku sampai sekarat, harta itu bukan hakmu!” pekik Katarina dengan menahan sakit.

“Katarina!” teriak Pramana.

“Apa? Aku tidak akan menyerah dalam melindungi harta warisan itu!” pekik Katarina tidak kalah keras.

Satu tangan Pramana yang sudah bersiap melayangkan tamparan pada Katarina lagi. Terhenti saat seorang laki-laki yang ia kenal masuk ke ruangan itu.

“Berhenti!” teriak laki-laki itu dengan tegas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status