Share

Suami Yang Aku Khianati Ternyata Pewaris Kaya
Suami Yang Aku Khianati Ternyata Pewaris Kaya
Penulis: Mega Kembar

Istri Yang Menikah Lagi

"Apa? Coba ulangi sekali lagi!"

Rahang Fazar mengeras, wajahnya menunjukan amarah yang siap meledak kapan saja. Nada suaranya pun memberat, bergema menahan luapan emosi yang bergejolak yang disebabkan oleh pernyataan sang istri. 

"Mau sampai kapan Mas bertanya begitu?"

Amanda menggerutu, memutar mata bosan. Tidak ada sedikitpun binar penyesalan di wajahnya yang telah melakukan tindakan tercela.

"Sudah kukatakan, Mas. Dia ini Marvel, suami baruku." Sekali lagi dengan santainya Amanda memperkenalkan pria lain di hadapan suami sahnya sendiri.

Prang!

Seketika itu juga Fazar langsung melemparkan gelas yang baru saja dicuci olehnya tadi. Raut wajah pria dengan surai hitam sebahu itu menegang, tersorot api kemarahan di manik matanya yang memerah terluka.

"Jangan main-main, Amanda. Ini tidak lucu!" Fazar menggeram menatap tajam istrinya. 

"Memang siapa yang melucu, Mas?" balas Amanda sengit. "Aku serius. Marvel ini suamiku."

"Keparat!" umpat Fazar tak bisa lagi menahan diri. Dengan kasar ia mencengkram bahu wanita yang dinikahinya tujuh tahun lalu.

"Kalau dia ini suamimu ... " Fazar melirik sinis si pembinor.  "Lalu aku siapa? Pembantu?!"

Saking kesalnya dengan tingkah semena-mena Amada, Fazar semakin menguatkan cengkeramannya di bahu sang istri hingga membuat Amanda meringis kesakitan. Namun, Fazar tak peduli. Hatinya jauh lebih sakit akan permainan api ini.

"Lepaskan aku, Mas! Kamu menyakitiku!" bentak Amanda mendorong tubuh Fazar menjauh.

"Siapa yang lebih tersakiti di sini, Amanda?!" 

Sungguh, Fazar tak habis pikir dengan pola pikir ibu dari anak-anaknya. Bisa-bisanya Amanda mendua seperti ini. Apa dia sudah kehilangan akal atau apa?

 "Kenapa kamu membawa pria lain ke rumah kita?" ringis Fazar frustrasi.

"Memang kenapa jika aku membawanya? Toh, kalian berdua sama-sama milikku."

Jawaban santai itu semakin membuat Fazar sakit hati, tangannya terkepal kuat. "Kamu sudah sangat keterlaluan, Amanda. Kalau seperti ini lebih baik kita cerai saja. Aku muak dengan tingkahmu!"

"Tidak masalah. Aku akan sangat berterima kasih malah."

Fazar terbelalak. Sungguh, tak menduga respon Amanda yang sangat angkuh. Istrinya bahkan tertawa mengejek dan melanjutkan hinaannya.

"Lagi pula kamu pasti hanya menggertak saja. Aku tahu kamu sangat mencintaikukan, Mas?"

Fazar menggeram marah. Sungguh tak terima jika perasaannya dijadikan sebagai alasan untuk bertindak di luar batas. "Dan itu membuatmu bebas untuk menduakanku?!"

"Tentu saja. Dasar lelaki bodoh!"

Fazar tersinggung. "Amanda! Jangan keterlaluan. Jangan kira karena selama ini aku sering mengalah membuatmu bisa berlaku seenaknya padaku."

Fazar kemudian menarik pergelangan tangan Amanda dan menyudutkannya di dinding ruang dapur. Fazar mendekatkan wajah mereka, mengabaikan keberadaan Marvel yang menjadi pengamat.

"Lalu kamu mau apa? Mau memukulku?" tantang Amanda tidak terpengaruh dengan tatapan intimidasi suaminya.

"Kamu pun tahu bahwa aku bukan tipe suami seperti itu. Tapi kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Memang apa salahku, Amanda?" Fazar balik bertanya sendu. 

"Kamu tidak salah apa-apa, Mas."

"Lalu kenapa kamu mengkhianatiku?"

"...."

"Kenapa diam? Ayo, jawab!" desak Fazar mengangkat dagu Amanda. Keduanya saling bertatapan.

"Ayo katakan! Kenapa kamu mengkhianati janji pernikahan kita. Padahal kau tahu aku sangat mencintaimu."

"Cinta saja tidak cukup untuk membuatku bahagia, Mas!" teriak Amanda marah. "Aku ...." 

Fazar menunggu Amanda selesai mengungkapkan isi hatinya.

"Aku malu punya suami sepertimu!"

Deg!

"Ma---malu?" gumam Fazar tak percaya. Bahkan langkah kakinya ikut mundur tak lagi memerangkap tubuh Amanda di dinding.

"Iya. Aku malu. Coba lihat dirimu sekarang, Mas."

Amanda menyodorkan ponsel pintar tepat ke wajah Fazar. Di layar terang itu, Fazar bisa melihat tampilan dirinya sendiri. Rambut gondrong, wajah kusam dan berminyak. Belum lagi pakaian lusuh yang dikenakannya saat ini. Penampilan itu jelas mencerminkan pembantu rumah tangga ataupun tukang kebun.

"Memang kenapa denganku?" tanya Fazar sambil menepis ponsel Amanda. Tatapan matanya berubah dingin. 

"Aku berpenampilan seperti ini karena sibuk membersihkan rumah kita dan mengurus keluarga ini. Tidak salah bukan jika penampilanku kucel?!"

"Salah, Mas! Salah!" sentak Amanda geram.

"Aku malu sama teman-temanku setiap mereka melihatmu sebagai suamiku. Mereka bilang ... masa wanita sukses sepertiku punya suami tukang bengkel sepertimu?" 

Keluhan yang keluar dari bibir tipis Amanda, membuat Fazar terbungkam. Tidak menyangka jika istrinya akan menyinggung soal penampilan fisiknya yang terkesan buruk rupa. 

Padahal selama ini yang mengerjakan tugas rumah tangga dari mulai memasak, mencuci sampai membereskan rumah adalah Fazar. Wajar jika ia tak memiliki waktu pribadi untuk sekadar memotong rambut.

Bayangkan saja, Amanda selalu mengeluh lelah setiap pulang kerja dari kantor. Padahal sama sepertinya, Fazar pun penat seharian mengurus rumah, dan lagi ia masih harus bekerja paruh waktu di bengkel motor.

"Mereka selalu mengejekku, Mas. Katanya suamiku bau oli. Suamiku jelek. Suamiku gondrong. Suamiku ini ... suamiku itu ... aku capek mendengar omongan mereka."

"Terus karena alasan itu kamu akhirnya menikahi pria ini?" tunjuk Fazar pada Marvel. "Karena dia lebih muda dariku. Lebih goodlooking. Lebih fresh, begitu?" 

"Iya. Usia Marvel bahkan lebih muda 5 tahun dari kita. Dia pria idamanku."

Mendengar pengakuan itu, terlebih ketika Amanda lagi-lagi berhambur ke pelukan Marvel, membuat Fazar merasa geli sendiri akan hidupnya. Setetes cairan bening terjatuh begitu saja.

Katakanlah Fazar cengeng. Tidak mengapa karena alur hidupnya pun tidak pernah berakhir baik-baik saja. Selalu saja ada yang mengacaukan kebahagiaannya. Ini membuat Fazar muak.  

Brak!

"Kamu sudah tidak waras, Amanda!" Fazar menendang perkakas dapur. "Bisa-bisanya kamu ...." 

Lidahnya terasa kelu, Fazar tidak sanggup meneruskan umpatan dan makian pada istrinya. Rasanya kemarahan ini tidak cukup untuk mengomentari perbuatan menjijikan Amanda..

"Apa?" tanya Amanda menaikan dagu tinggi. "Yang pasti kami sekarang sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Dan lagi kami ini saling mencintai." 

"Mencintai?" ulang Fazar mendengkus sinis. "Aku meragukannya. Apa iya dia mencintai tante-tante beranak dua sepertimu. Paling dia hanya ingin hartamu saja."

Plak!

"Jaga mulutmu, Pengemis!"

Fazar memegang pipi kanannya dan menatap si pelaku penamparan yang tak lain adalah ibu mertuanya sendiri.

"Apa?" tantang Ajeng balik menatap tajam.

"Tahu diri sedikit! Jika bukan karena putriku yang menikahimu, janda miskin itu pasti sudah mati!"

Hati Fazar tertohok akan perkataan nyelekit ibu mertuanya. Terlebih ketika Ajeng membawa-bawa Mbok Marni yang selama ini mengurus Fazar.

"Kamu tidak ingin itu terjadi pada ibu-kan, Fazar? Atau kamu memang ingin kami menghentikan biaya pengobatan ibu miskinmu itu?"

"...."

Melihat reaksi menantunya yang terdiam, Ajeng menyeringai puas dan memberi perintah yang membuat Fazar semakin sakit hati. "Sekarang diam! Dan terima saja Marvel sebagai madu-mu."

"Kamu ini termasuk beruntung. Karena putriku yang baik hati ini tidak melayangkan gugatan cerai. Kalau itu aku, sudah kubuang kamu ke jalanan."

Setelah berkata demikian, Ajeng berbalik arah dan menggandeng tangan Amanda.

"Ayo, Nak, bawa suami barumu ke luar. Kita perkenalkan pada tetangga. Tidak usah mengurusi suami pertamamu ini."

Ajeng melirik sinis Fazar yang terdiam.

"Suka tidak suka, dia harus menerima keputusanmu karena kamulah pemimpin di keluarga ini."

Deg!

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status