Share

Bab 3

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-01-24 22:40:50

"Ca, gue balik dulu, ya." Tiba-tiba saja Amara membuyarkan pikiran yang sedang membaca berita tentang dirinya.

"Loh, nggak jadi seminggu lo nginepnya?" tanyaku hanya basa-basi. Tombol nonaktifkan kutekan lalu meletakkan ponsel di sofa. Aku bangkit seraya melarang kepergian Amara. Ya, hanya basa-basi saja supaya tak terkesan mengusirnya.

"Nggak lah, abisnya dah diusir sama tuan rumah semalam," celetuknya.

"Oh gitu, ya udah kalau elu pengen pulang, nggak apa-apa deh, semoga Mas Ferdi cepat pulang dari luar kota, ya." Amara terdiam, ia meletakkan kopernya kembali.

"Elu mah nggak ada ibanya, gue pulang dilarang kek, kasian gitu sama gue yang sendirian di rumah," lirihnya padaku. Namun, kali ini perasaanku bilang untuk tidak melarangnya pergi dari sini. Biarkan saja ia pulang, dan segera selidiki apa benar berita yang tadi kubaca di sosial media.

"Maaf ya, kayaknya emang sebaiknya elu pulang, soalnya Mama gue mau ke sini, lagian elu mah punya suami orang kaya bukannya ngintil aja ke luar kota," pesanku.

Amara terdiam, tak ada yang bisa dielakkan lagi untuk bertahan menginap di sini. Ia membawa kopernya kembali. Lalu membuka pintu rumah dan beranjak pergi.

'Kita memang sahabatan, tapi entah kenapa aku ingin menjauh darimu, Amara,' gumamku dalam hati.

Setelah Amara pergi meninggalkan rumahku ini. Segera kucari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarganya.

Aku buka beranda yang memberitakan keluarganya tadi. Di sana tertulis bahwa Amara memang telah digugat cerai. Namun, penyebabnya tak disebutkan oleh nara sumber.

Teringat teman karib yang comblangin mereka berdua. Ya, kontak Alfa mengingatkan aku pada perjodohan itu.

"Halo, Alfa."

"Ya, Ca. Kenapa?" tanyanya ketika mengangkat telepon dariku.

"Elu tahu tentang Amara, kok gue baru liat beritanya ya? Apa bener dia itu udah cerai?" tanyaku menyelidik.

"Sahabat gimana sih, kok bisa nggak tahu?"

"Eh, sosial media gue tuh sepi pemberitaan tentang dia, nggak tahu kenapa, ini baru lewat beranda setelah gue bikin akun baru dua hari yang lalu."

"Kirain elu tahu, katanya sih selingkuh tuh anak. Kesel gue juga ma dia, bisa-bisanya ngecewain gue. Mana orang kaya yang dikecewakan," ujarnya.

"Kapan dia cerai, Alfa?" tanyaku lagi.

"Setahun lalu digugatnya, resmi kalau nggak salah sembilan bulan yang lalu."

Aku menelan sedikit salivaku. Rasanya aneh kenapa Amara nggak cerita padaku. Terakhir dia cerita itu kan nangis-nangis karena suaminya sering kepergok jalan dengan wanita lain. Ya, Amara jadi sering bermalam di rumahku semenjak ia datang ke sini, cerita tentang masalah rumah tangganya padaku.

***

Flashback setahun yang lalu

"Assalamualaikum," ucap wanita yang tiba-tiba muncul di pekarangan rumahku. Ia membawa tas jinjing dan matanya sedikit sembab seperti orang habis menangis.

"Waalaikumsalam," sahutku dan Mas Sandi. "Amara, lo kenapa? Mata kok sembab begitu?" tanyaku. Kemudian Mas Sandi bangkit dan mempersilahkan Amara masuk.

"Di dalam saja, sepertinya masalah keluarga." Mas Sandi memintaku untuk mengajak Amara masuk.

Kemudian, kami duduk di ruang tamu, Amara duduk masih dengan suara isak tangis. Mas Sandi yang melihatnya belum mau bicara pun masuk, khawatir merasa sungkan jika ada laki-laki di hadapannya.

"Ca, laki gue sering jalan sama wanita lain," isaknya. Aku pun merasa kasihan melihat sahabat yang bernasib diselingkuhi oleh suaminya.

"Lo yang sabar, ya. Kalau bisa, bicarakan baik-baik dengan Ferdi. Jangan kabur begini, selesaikan baik-baik, Amara." Aku tidak ingin memperkeruh kondisi perasaannya Amara yang sedang terombang-ambing.

"Makasih ya, Ca. Besok gue omongin sama Ferdi. Tapi malam ini, gue boleh kan nginep di sini, semalam aja!" rayunya.

"Sebentar, gue izin dulu ya sama Mas Sandi." Kemudian, Mas Sandi pun memberikan izin untuk Amara bermalam sehari di rumah ini.

***

"Ca, lo tidur ya? Kok diem aja ditelepon?" Pertanyaan Alfa membuatku terkejut. Ya, aku jadi ingat awal mula Amara bermalam di sini. Rupanya setelah ke rumah ini, mereka resmi bercerai, bukan rujuk seperti yang dituturkan Amara.

Aku menghela napas panjang, dan mencoba tenang. Berharap bukan Mas Sandi penyebab perceraian mereka.

"Eh, elu tahu laki-laki yang disebut selingkuhan Amara, nggak?" tanyaku padanya.

"Nggak tahu jelas, yang jelas bukan suami lo, kan?"

"Lah, gue tanya, malah nanya balik," candaku.

"Katanya sih ada bukti pernikahan siri Amara dengan lelaki itu. Ciri-cirinya laki-laki bukan perempuan," canda Alfa gantian.

"Alfa, gue serius, jangan becanda mulu."

"Bentar, gue ada fotonya dari belakang, nggak kelihatan sih siapa orangnya. Cuma si Amara udah ngaku emang itu dia yang nikah siri, kayaknya dia cinta banget sama laki orang."

"Laki orang? Jadi Amara pelakor gitu?"

"Iya. Ya udah, gue kirim fotonya ya. Matiin buruan, ngomong mulu nih," cetus laki-laki yang memang senang sekali becanda, dan telepon pun terputus.

Foto pun dikirim secepat kilat, aku perhatikan foto tersebut dari belakang. Postur tubuhnya, sepertinya aku tak asing lagi. Aku coba zoom foto tersebut yang terlihat jari mempelai laki-laki, jari manisnya ada cincin emas putih? Aku perhatikan kembali cincin itu dengan seksama.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status