Share

Bab 4

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-24 22:41:36

Aku zoom cincin yang dipakai oleh pria tersebut. Namun, tidak terlalu kelihatan persis, aku teringat cincin yang dipakai oleh Mas Sandi, cincin pernikahan kami berdua, melingkar di jari manis sebelah kanannya.

Masa iya itu Mas Sandi? Aku mulai berpikir sambil duduk dan tangan menahan dagu ini. Tiba-tiba ada yang datang, seorang laki-laki dan perempuan.

"Assalamualaikum," ucap keduanya. Aku pun mengusap layar untuk keluar dari galeri foto, lalu meletakkan ponselku di atas meja.

"Waalaikumsalam, ya sebentar!" teriakku dari dalam.

Aku buka pintu itu lebar-lebar. Ternyata tamu dekat, tetangga blok yang memang sering berkunjung ke sini, mereka berdua akrab denganku dan suami. Namanya Rosa dan suaminya Gilang.

"Loh kamu nggak kerja, Gilang?" tanyaku pada suaminya Rosa, berhubung mereka lebih muda dariku, jadi panggilannya juga hanya nama saja.

"Nggak Mbak Caca, kemarin saya ngundurin diri," sahutnya.

"Iya, makanya aku ke sini, Mbak. Mau minta tolong sama Mas Sandi, siapa tahu bisa memperkerjakan Mas Gilang di kantornya," susul Rosa.

"Kemarin sih butuh karyawan, tapi nggak tahu deh kalau sekarang, nanti Mbak tanyakan ya," ujarku padanya.

"Iya, mumpung kami belum memiliki anak, jadi nyari kerjaan yang lebih terjamin, di tempat kemarin kerja rodi, Mbak," keluh Gilang.

"Iya, nanti Mbak tanyakan pada Mas Sandi, ya. Kalian mau minum apa?" tanyaku sambil bangkit dari duduk.

"Ah Mbak, kayak sama siapa aja, biasanya juga kan kami ambil sendiri kalau haus." Aku terkekeh, lupa bahwa mereka sudah kuanggap seperti adik sendiri. Bahkan memang sering main ke rumah ini kadang seminggu sekali.

Aku tetap mengambilkan mereka minum, karena pikiran ini sedang tertuju pada Amara, aku jadi lupa kalau mereka juga sering main ke sini. Sebaiknya aku tanyakan pada mereka saja, pernah tidak melihat kecurigaan pada Amara. Namun, ketika aku menyuguhkan minuman, tak sengaja mataku menyorot ke arah jari manis Gilang. Ia memakai cincin emas putih, agak mirip dengan yang di foto. Tangannya, bentuk tubuhnya, mirip sekali dengan yang di foto.

Masa iya Gilang? Memang mereka berdua sering ke sini, tapi masa iya Gilang ada hubungan dengan Amara. Rosa kan agak galak padanya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ia melakukan itu, sebab Rosa belum dikaruniai anak dengan usia pernikahan 3 tahun.

"Em, Gilang, cincin kawin kalian itu mirip dengan cincin temanku." Aku sengaja memancingnya.

"Masa iya, Mbak? Ini limited edition loh, ada namanya pula di dalam cincin, nih lihat aja!" Gilang menyodorkan cincin miliknya.

"Mbak Caca, kenapa sih? Kok seperti sedang banyak pikiran, dari tadi ada saja yang aneh," celetuk Rosa, istrinya. Kenapa dia tidak mencurigai suaminya ya? Apa aku salah tuduh? Atau jangan-jangan memang suamiku?

"Eh iya, Rosa, aku mah tanya, sahabatku yang namanya Amara, kamu kenal, kan?" tanyaku.

"Iya, dia pernah main ke rumah kami, Mbak. Orangnya supel banget ya, sama siapa aja cepat akrab," tutur Rosa. Kulihat Gilang tak bicara apapun ketika Rosa membicarakan tentang Amara. Apa jangan-jangan ....

Aku tepis perasaan menuduh suamiku, kini ada yang mencurigakan dari Gilang. Lalu kalau Gilang yang menghamili Amara, apa urusanku? Kan urusan mereka, malah bagus bukan Mas Sandi tertuduhnya. Itu artinya rumah tanggaku aman sentosa.

"Mbak, kok kamu bengong?" tanya Rosa membuyarkan lamunanku.

"Nggak, Amara itu ternyata sudah cerai dengan suaminya," celetukku mulai bergosip.

"Apa? Cerai?" ucap Gilang dengan amat terkejut. Tubuhnya sampai berpindah posisi setelah mendengar penuturanku.

"Iya, cerai. Aku juga baru tahu dari Alfa, temannya yang mengenalkan Amara pada suaminya," cetusku. Kemudian, Rosa mendekati, dan menjadi serius membahas ini. Ya, kami jadi ghibah tentang Amara.

"Lalu Mbak, anak yang dikandung Mbak Amara anak siapa?" tanyanya ikut penasaran.

Aku sontak menyorot mata Gilang, ia agak canggung dan malu ketika aku menatapnya.

"Aku juga nggak tahu siapa laki-laki yang menghamili Amara, tapi aku memiliki foto mereka dari belakang ketika ijab kabul, mereka menikah siri. Di jari laki-laki aku lihat juga ada cincin emas putih," terangku sambil bangkit untuk mengambil ponsel.

Mereka berdua saling bertatapan, aku harap jika memang ini adalah Gilang, Rosa dapat mengenalinya, dan segera menindak lanjuti ini semua, sebab rumah tanggaku yang menjadi imbas dari ini semua, itu dikarenakan Amara sering menginap di sini.

Setelah kuambil ponsel, segera kuperlihatkan pada mereka. Mata mereka pun terus memandang foto kedua mempelai saat ijab kabul.

Mereka berdua menghela napas, lalu memberikan ponselnya padaku, mata Rosa dan Gilang tak lepas beradu pandang, aku jadi merasa bersalah, Jangan-jangan setelah ini, ada perang dunia ketiga di rumah mereka. Sudah kehilangan pekerjaan, masa iya Gilang kehilangan Rosa juga.

"Sebelumnya saya minta maaf, Mbak," ucap Gilang mengejutkan aku.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status