Home / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 05. Anjing Liar Bertemu Raja Serigala

Share

05. Anjing Liar Bertemu Raja Serigala

last update Last Updated: 2025-08-15 05:04:42

Gerakan santainya itu justru semakin menambah ketegangan. Para bandit menyadari bahwa lawan mereka begitu percaya diri hingga tidak menganggap mereka sebagai ancaman yang serius. Penghinaan yang halus namun menyakitkan itu membuat amarah mereka semakin membara.

Terdengar desahan malas dari mulut pemuda bertopeng itu. "Hei! Apakah kalian masih belum juga selesai? Lama-lama ubanku lebih dulu bertumbuh sebelum kalian selesai berunding. Membosankan!"

Nada suaranya yang acuh tak acuh bagaikan angin dingin yang meniup bara api amarah para bandit. Mereka yang sudah terbiasa ditakuti dan disegani kini merasa harga diri mereka diinjak-injak oleh seorang pemuda yang bahkan tidak mau repot-repot bersikap serius dalam menghadapi mereka.

"Diam kau, Bocah Tengik!" Si pria botak membentak dengan kemarahan yang masih di tahannya. "Apakah sudah sebegitu tidak sabarnya kau untuk mati?"

Urat-urat di lehernya menonjol seperti akar pohon tua, sementara wajah botaknya memerah padam karena menahan amarah. Kedua tangannya mencengkeram tali kendali kuda dengan begitu erat hingga kulit tangannya memutih.

"Akulah yang sudah tidak sabar untuk membuat kalian mati! Mau bertarung ya tinggal bertarung saja! Apa kalian pikir, medan tempur itu seperti kedai arak yang bisa kalian gunakan untuk bersantai seenaknya?" seru pria muda bertopeng yang kemudian bersiap menyerang keenam bandit bayaran dengan jurus-jurus mautnya.

Energi spiritual dalam tubuhnya mulai bergerak dengan cepat, mengalir melalui meridian-meridian seperti sungai yang membengkak karena hujan deras. Udara di sekelilingnya bergetar, menimbulkan distorsi visual yang membuat sosoknya tampak bergetar bagaikan fatamorgana.

Keenam bandit akhirnya turun dari kuda mereka, membentuk formasi setengah lingkaran untuk mengepung pemuda bertopeng. Mata mereka berkilat dengan tekad membunuh, sementara senjata-senjata mereka bergetar karena energi spiritual tingkat rendah yang mereka keluarkan.

"Matilah kalian semua!" Pemuda bertopeng berteriak seraya melompat tinggi, menerjang kawanan bandit dengan kepalan tinjunya yang diselimuti aura hitam kemerahan yang pekat

Kepalan tangannya bergerak dengan kecepatan yang mencengangkan, menciptakan bayangan-bayangan tinju yang tak terhitung jumlahnya. Setiap pukulan membawa kekuatan yang setara dengan terjangan empat kaki gajah dewasa, mampu menghancurkan batu granit menjadi debu dalam sekejap mata.

Angin berputar mengelilingi tinjunya, membentuk spiral hitam yang mengerikan. Suara siulan angin yang ditimbulkan oleh gerakan tinjunya bagaikan jeritan roh-roh yang terkurung dalam neraka, menciptakan simfoni kematian yang membuat bulu kuduk berdiri.

Bandit pertama yang mencoba menangkis dengan pedangnya langsung merasakan getaran dahsyat yang merambat dari bilah pedang hingga ke tulang-tulangnya. Pedang berkualitas rendah itu retak dan hancur berkeping-keping, sementara lengannya patah dengan suara yang menyeramkan.

"Argh!" Teriakan kesakitan memecah keheningan malam.

Keenam bandit bayaran merasa sangat terkejut menghadapi gerakan-gerakan lincah pria muda bertopeng yang ternyata terlalu jauh dari bayangan mereka.

Semula mereka mengira, jika ilmu pemuda bertopeng ini pastilah jauh di bawah mereka. Tetapi, semua sungguh terbalik dari dugaan. Pemuda ini ternyata terlalu tangguh untuk dihadapi. Dia bahkan sangat tenang, meskipun harus menghadapi enam orang sekaligus.

Pemuda bertopeng melompat ke udara, tubuhnya berputar seperti bor raksasa. Kedua tinjunya yang menyala dengan cahaya merah darah menghantam ke bawah dengan kekuatan yang mengguncang tanah dalam radius puluhan meter.

Tanah di sekitar titik hantaman retak dan ambles, menciptakan kawah kecil. Dua bandit yang berada dalam jangkauan serangan langsung terpental sejauh belasan meter, tulang-tulang mereka remuk dan darah segar menyembur dari mulut mereka.

Pemuda bertopeng masih terlihat sangat santai dalam menangkis setiap serangan mematikan dari keenam bandit bayaran yang tersisa. Gerakannya mengalir bagaikan air terjun, indah namun mematikan.

"Heh, Bocah Tengik! Katakan siapa namamu? Agar kami bisa menorehkan namamu di papan nisan kematianmu nantinya!" Pria berkumis membentak sambil melancarkan serangan pedang yang berapi-api.

Ini adalah jurus andalannya, serangan pedang yang dikombinasikan dengan teriakan yang dapat melumpuhkan lawan. Namun ketika bertemu dengan teknik tingkat tinggi milik Kelompok Topeng Iblis, jurus kelas rendah itu bagaikan kunang-kunang yang mencoba menyaingi terangnya matahari.

Bisa dikatakan, hari ini adalah hari yang teramat sial bagi kawanan bandit karena sudah bertemu secara langsung dengan seorang pendekar muda berilmu tinggi seperti pemuda bertopeng yang menjadi penghambat rencana mereka. Ibarat sekawanan anjing liar berhadapan dengan raja serigala.

Yang ditanya justru tertawa terbahak-bahak sambil terus berkelitan dengan lincahnya. "Untuk apa kalian mengetahui nama orang yang akan mengubur kalian semua nantinya?"

Pria berkepala plontos marah. "Sombong!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dark Villain
menarik sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Krisan Emas
Babnya panjangin dong thorrr
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami untuk Sang Putri   96. Dari Gelap Menuju Cahaya

    Para tetua memang tidak meragukan akan keahlian Tetua Yang Xueying dan muridnya. Namun masalahnya, sekarang orang yang dimaksud sedang tidak berada di tempat tersebut karena sedang bersama istri sang ketua sekte. Jika menariknya secara tiba-tiba, apakah nyonya akan mengijinkannya?"Tapi, Tetua Xueying, bukankah saat ini Yang Se sedang bersama dengan Bibi Fuyu?" tanya Yang Shui. "Jika kita memanggilnya, lalu bagaimana dengan bibi?"Yang Hua tentu saja mengetahui akan kekhawatiran keponakannya. "Untuk masalah ini kamu tidak perlu khawatir, Ah Shui. Bibimu baru saja mengirim pesan kalau kita akan bertemu di perjalanan nanti.""Oh, baguslah. Kalau begitu sepertinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ujar Yang Shui, hatinya merasa lega."Kalau begitu masalah penyamaran sepenuhnya akan menjadi tugas Tetua Yang Xueying," lanjut Yang Hua, ia menghadap ke arah orang yang dimaksud dan mengepalkan kedua tangannya. "Maka saya mohon bantuan Anda, Tetua Yang Xueying." Demi mendapat tu

  • Suami untuk Sang Putri   95. Si Pengubah Seribu Wajah

    Semua orang yang hadir seketika terdiam, hanya Tetua Yang Wuzhou saja yang tampak bersikap biasa saja dan masih sibuk dalam menikmati makanannya.Yang Hua menatap satu per satu wajah-wajah para tetua dengan tatapan tajam. "Kalian semua adalah para tetua yang aku hormati dan sengaja aku undang ke mari dengan segala rasa hormatku. Tetapi para Tetua sepertinya tidak lagi memandangku sebagai pemimpin kalian!""Pemimpin Tertinggi, mohon jangan salah paham!" seru Tetua Yang Lei dengan perasaan sedikit takut. "Apa maksud Tetua Yang Lei dengan kata salah paham?" Yang Hua beralih menatap Tetua Yang Lei, seakan sedang berusaha menguliti pria itu untuk mengetahui isi hatinya. "Kalian meragukan apa yang dikatakan oleh Qing Yuan, bahkan beberapa dari kalian seperti sedang sengaja menyudutkannya. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghormatiku?" Semua orang terdiam dengan berbagai macam perasaan mereka masing-masing. Ada yang tidak senang atas pembelaan Yang Hua terhadap anak tirinya.'Ternyata

  • Suami untuk Sang Putri   94. Menyudutkan Qing Yuan

    Semua orang tercengang. Wajah-wajah tua terlihat menegang. Namun, tentu saja Qing Yuan yang merasa lebih terkejut lagi.Mendengar kata 'hukuman mati', wajah Qing Yuan atau yang sengaja menggunakan nama Yang Yuan saat sedang beraksi bersama dengan kelompoknya, seketika memerah. Kesalahan yang tak ia lakukan, mengapa hukuman mati itu tertuju padanya? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?"Satu juta tahil emas? Bukankah ini hampir setara dengan setahun gaji seorang perdana menteri?" Yang Shui bertanya, seolah kepada dirinya sendiri. "Itu benar, Ah Shui. Bagi orang biasa, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat menggiurkan!" Tetua Yang Lei berkata dengan sedikit antusias, seakan ini adalah suatu peluang besar untuk mengumpulkan kekayaan. 'Dengan imbalan yang luar biasa besar itu, siapa yang tidak merasa tertarik?' pikir Yang Shui disertai perasaan khawatir. Tentu saja, ia tak ingin Qing Yuan mengalami hal buruk yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya. 'Ini harus segera diselidiki.

  • Suami untuk Sang Putri   93. Kabar Buruk

    Yang Hua mengangkat tangan, melambaikannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. "Mari kita mulai hal yang ingin aku bahas bersama dengan Anda semua pada pertemuan kali ini. Aku yakin, kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian secara mendadak."Para tetua saling melirik, rasa ingin tahu dan kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Semua orang memasang pendengaran mereka baik-baik, menunggu apa yang akan menjadi pokok pembahasan kali ini.Yang Chao, tetua yang duduk di ujung kiri, akhirnya membuka suara. "Pemimpin Tertinggi, apakah ini berkaitan dengan rumor tentang adanya sebuah kompetisi kekaisaran yang konon akan diadakan di Gunung Hijau?"Yang Hua mengangguk perlahan. "Benar. Kompetisi itu akan menjadi kesempatan emas bagi sekte kita untuk kembali menunjukkan kemampuan para generasi penerus yang kita miliki saat ini. Namun, tujuan kita lebih dari sekadar untuk kemenangan semata."Mendengar ini, para tetua menjadi bertanya-tanya kembali."Ternyata memang t

  • Suami untuk Sang Putri   92. Ada Apa dengan Ketua Sekte

    Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status