Beranda / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 79. Berita Baik dan Buruk

Share

79. Berita Baik dan Buruk

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-03 22:20:21

Jenderal Guo Han membungkuk hormat sekali lagi kepada kedua junjungannya. "Maafkan atas kelancangan hamba yang mungkin telah menanggu kenyamanan Anda berdua. Tetapi hamba ingin melaporkan sesuatu, Yang Mulia Putra Mahkota dan Yang Mulia Pangeran Keenam."

"Melaporkan sesuatu?" bertanya Putra Mahkota Chu Beili. Ia terlihat mengerutkan kedua alis matanya hingga tampak saling menyatu.

Jenderal Guo menyahut, "Benar sekali, Yang Mulia."

"Katakanlah, Jenderal Guo. Ada hal yang menarik apa yang telah kamu temui itu. Apakah ada gerak-gerik yang mencurigakan yang patut kita waspadai?" Pangeran Chu Ruan yang bertanya.

Jenderal Guo Han kemudian menurunkan kepalan tangannya dan segerea menjawab, "Tidak ada, Yang Mulia Jenderal Agung. Hamba dan beberapa orang prajurit sudah memeriksa keadaan di sekitar wilayah ini. Semua tampak aman dan tidak ada hal yang mencurigakan."

"Baguslah kalau begitu. Tetapi kita harus tetap waspada dan tidak boleh menurunkan penjagaan barang sedikit pun," ujar Pangeran
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami untuk Sang Putri   90. Pertemuan Kecil

    Yang Yueli, gadis berwajah cantik dan memiliki sikap tegas segera melakukan penghormatan. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Komandan, Zhi’an sudah membaik. Terima kasih atas perhatian Anda dan obat yang Anda kirimkan." Yang Shui mengangguk kecil, tersenyum tipis. "Baguslah. Suruh dia untuk menghadapku segera setelah dia pulih sepenuhnya." "Baik, Komandan." Yang Yueli membungkuk hormat sekali lagi, matanya yang cerdas menunjukkan rasa penasaran. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang membuat sang komandan begitu ingin bertemu Zhang Zhi’an, kekasihnya. Ketiganya terus berjalan, melewati taman maple dengan daun-daun jingga mudanya yang tampak berguguran, jatuh tumpang tindih, berserakan di atas lantai hutan. Sampah indah itu tak berdaya saat terinjak oleh sepatu-sepatu para penghuni kediaman. Ujung jubah hanfu mereka tak lagi menyapu tumpukan daun maple ketika ketiganya mulai menapaki jembatan lengkung bercat merah menyala di atas kolam teratai serta ada banya

  • Suami untuk Sang Putri   89. Mengantar Yu Zhen

    Sekarang Yu Zhen menghadap kepada Yang Shui yang berdiri tak jauh dari Qing Yuan. Pria itu tersenyum ramah penuh ketenangan. Aura wajahnya yang sejuk, membuat hati siapa pun akan merasa nyaman saat bersama dan berbicara dengan tabib muda ini.Yu Zhen melakukan salam Gongshou sebagai tanda perpisahan kepada pria yang telah merawatnya tersebut. "Tuan Yang Shui, Yu Zhen mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuan Yang Shui yang telah menyelamatkan nyawa tuan muda ini. Tanpa pertolongan dari Tuan Yang, mungkin tuan muda ini hanya tinggal nama penghias papan peringatan.""Tuan Muda Yu terlalu sungkan dan berlebihan. Itu hanya suatu kebetulan semata. Saya adalah seorang tabib yang tentunya tidak akan membiarkan siapa pun sakit di depan mata. Jadi, tolong jangan diungkit lagi hal-hal seperti itu!" ucap Yang Shui yang juga melakukan salam serupa dengan Yu Zhen."Tuan Yang selalu berkata demikian. Yu Zhen tidak tahu bagaimana cara berterima kasih pada Tuan Yang Shui yang baik dan s

  • Suami untuk Sang Putri   88. Yu Zhen Berpamitan

    Sekarang, hanya tinggal Yu Zhen seorang diri dalam kekalutan dan kesedihan. Ia sungguh tak menyangka jika segel perjodohan itu akan bereaksi saat wajah mereka berdekatan dalam jarak satu jari. Yu Zhen melihat dengan jelas segel khusus itu bersinar merah di kening Ji Mei Hua. Hal tersebut menandakan kalau gadis itu masih terjaga kesuciannya. 'Hua'er, maafkanlah aku!'Penyesalan yang begitu dalam membuat Yu Zhen berkali-kali harus mengusap wajahnya yang bersimbah air mata. Ternyata, meskipun dia adalah seorang pria pilih tanding dengan kekuatan yang cukup diperhitungkan di rimba persilatan.Namun, dia tetaplah manusia yang memiliki kerapuhan pada sisi hatinya. Bahkan, orang sekuat Yu Shan, ayahnya, masih tak bisa menahan air mata saat hatinya terasa sakit.Apakah itu menandakan jika dia termasuk lelaki cengeng?Tapi bagaimanapun juga, manusia tetaplah memiliki sisi rapuh dan sudah merupakan suatu fitrah yang tak bisa dihindari. Bagaimanapun juga, air mata juga merupakan sebuah anugr

  • Suami untuk Sang Putri   87. Menolak Menikah

    Shen Ji menatap dingin wajah Yu Zhen. "Bagaimana kalau aku menolak?" "Hua'er, aku harus tetap membawamu pulang ke Qianyang demi janjiku pada Paman Shen Ming," tegas Yu Zhen.Mendengar ini, Shen Ji bergerak ke arah Qing Yuan, memeluknya dari belakang sambil menangis. "Shifu, sekalipun dia meminta, tolong jangan berikan aku padanya! Jangan biarkan dia membawaku pergi dari sini!""Mengapa?" tanya Qing Yuan, penasaran."Pokoknya aku tidak mau!" Shen Ji terisak di punggung sang guru. "Aku masih ingat kejadian itu dan aku benar-benar tak ingin kembali ke tempat itu lagi, Shifuuu!""Baiklah. Shifu akan bicara padanya." Qing Yuan berucap dengan lembut. Ada kemenangan muncul dalam hatinya. "Kau dengar itu, Ah Zhen?" Qing Yuan menatap tajam ke wajah Yu Zhen yang sekarang bagai mati kutu di hadapan guru dan murid ini. "Dia tidak ingin "Ji'er, maaf ...." "Ji'er, maafkan aku!" ucap Yu Zhen lirih sekali, sangat lirih."Aku sudah memaafkan Kak Yu Zhen. Tetapi aku tetap tidak ingin kembali bersam

  • Suami untuk Sang Putri   86. Kembalilah Bersamaku!

    Sekali lagi, Yu Zhen menggelengkan kepalanya. Air mata mulai mengembun di sudut mata kedua pemuda itu.Qing Yuan menarik napas panjang guna meredakan emosinya, ia lalu bersedekap dan menatap Yu Zhen dengan tatapan datar. "Ah Zhen, apa kamu sudah menyadari apa yang pernah kamu lakukan padanya dahulu?" Yu Zhen mengangguk, entah mengapa hatinya sekarang merasa sangat sakit. Ia membayangkan betapa hancurnya perasaan Shen Ji saat itu hingga sampai nekad menceburkan diri ke dalam Sungai Madu Pahit yang deras dan dalam. Andai tidak ada Qing Yuan yang menolongnya, mungkin saja gadis yang dulu masih berbadan gemuk itu mungkin benar-benar sudah tiada, dan dirinya ikut menjadi salah satu penyebabnya. "Maafkan aku, Hua'er!" bisiknya, penuh penyesalan. "Sekarang aku sudah tahu rasanya jadi dirimu saat itu. Semua itu pasti sangat berat bagimu, dan ....""Dan rasanya pasti sangat sakit!" Yu Zhen melihat ke arah Shen Ji dengan mata berair. "Tapi, Hua'er, tahukah kamu kalau setelah itu aku juga mera

  • Suami untuk Sang Putri   85. Yu Zhen Mati Kutu

    Sementara itu, Shen Ji yang merasakan hangat hembusan napas seseorang segera membuka kelopak matanya dan mendapati wajah Yu Zhen hanya berjarak satu jari dari wajahnya. Tiba-tiba saja, Shen Ji terpekik kecil dan langsung membuka matanya. "Kak Yu-Yu ... Kak Yu Zhen?"Tangan Yu Zhen mencengkram kerah baju Shen Ji kuat-kuat, menatapnya tajam, seolah baru saja menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan."Katakan! Siapa dirimu?" Yu Zhen bertanya sembari menatap tajam ke mata Shen Ji yang tergagap karena mendapat pertanyaan itu."A--apa ... apa maksud Kak Yu Zhen?" Shen Ji melengoskan wajahnya ke arah lain."Jadi selama ini, kalian menyembunyikan kebenarannya?" Nada suara Yu Zhen terdengar emosi."Kalian! Kamu dan Er Ge juga sebenarnya sudah tahu semuanya?" Yu Zhen melepaskan cengkeramannya dengan sedikit kasar, ia berdiri sambil mengusap dengan kasar wajahnya sendiri. "Jadi, itu sebabnya kamu waktu itu menyiksaku?"Shen Ji tak menjawab pertanyaan dari calon suami yang sekarang terlihat ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status