Share

Bab 8 Sodara ya sodara hutang ya hutang

"Jadi ini pas masing-masing mendapat 75 juta ya, trus hutang-hutang mas Bagas ke Nisa selama ini Nisa hitung-hitung ada 10 juta ya Mas." Anisa adik bungsu mas Bagas menimpali. 

"Jadi ini bagian Mas, Nisa ambil 10 juta dan utangmu sama Nisa lunas ya Mas." Nisa lanjut berujar.

Aku memandang ke arah mas Bagas berharap dia mengajukan keberatannya karena kami harus cari tempat tinggal juga, dan ditanggapi baik oleh mas Bagas. 

"Jangan sekaranglah Nis, maskan butuh uang buat modal juga,atau setengahnya dulu aja, gimana?" mas Bagas coba bernegosiasi. 

"Mau kapan lagi Mas, ini aja udah utang dari taun kapan coba, inikan mumpung Mas Bagas ada uang," jawab Nisa tak mau kalah.

"Habis ini jadi tenang udah gak punya utang lagi sama Nisa, besok-besok kalau butuh pinjeman lagi juga pasti larinya sama Nisa juga kan Mas?" Nisa berucap dengan sombongnya. 

"Yang ke Tuti gak lupa kan Mas, yang 5 juta." Hastuti adik ke dua mas Bagas tak mau kalah ikut juga angkat suara. 

"Dibayar sekalian ya Mas, bener kata Nisa mumpung udah ada uang nanti kalo butuh juga pasti pinjem lagi kan?" lanjutnya dengan jumawa.

"Setidaknya jadi terhitung hutang baru, takutnya nanti keburu lupa kalo kelamaan gak dibayar-bayar, nanti ditagih di akherat berat lho," ejek hastuti sambil tersenyum bangga. 

"Astaghfirullah...sabar sabar." Ucapku dalam hati.

"Apa mereka gak ingat waktu dulu mereka butuh uang, ke siapa mereka minta, bukan maksudku mengungkit yang sudah lalu tapi rasanya bener-bener nelangsa." Aku hanya mampu mbatin tak berani berucap. 

"Yaudah-yaudah ambil aja udah,aku jadi gak ada tanggungan apa-apa lagi ya!" ucap mas Bagas seraya mengibaskan tangannya. Terlihat jelas dia kecewa sama adik-adiknya.

"Terus setelah ini rencananya kalian mau tinggal di mana Mas?" tanya Ardi adik pertama mas Bagas.

Ardi tipe orang yang cuek, gak pernah menyalahkan juga gak pernah membela, dia tidak pernah minta apa-apa saat dulu mas Bagas punya banyak uang, pun tidak pernah meminjami uang pada kami saat kami kekurangan. 

"Kemarin aku sudah liat-liat, ada rumah yang mau dikontrakan gak jauh juga dari sini, kami mau ngontrak Di," jawab mas Bagas. 

"Kontrakan di sekitar sini setahun paling murah sampe 10 juta Gas, di awal aja kamu ada uang bisa bayar, nanti tahun berikutnya paling-paling kamu nyusahin Ibu juga," sergah Ibu tiba-tiba.

"Bayaran sekolah Adit yang gak seberapa aja kamu sering keteteran apalagi uang sampe segitu, mending 10 juta buat modal,katanya kamu mau beli mesin sablon baru, kamu tinggal bareng sama Ibu aja! " lanjut Ibu panjang lebar. 

"Tapi Bu, Bagas pengen mandiri Bu," ucap mas Bagas membela diri. 

"Lagian di rumahkan sudah ada Nisa," lanjutnya. 

"Halah mandiri Mas bilang,wong masih suka minta uang sama Ibu sama Nisa juga,mandiri dari mananya," ujar Nisa menimpali. 

"Trus maksudnya apa, gak mau tinggal bareng Nisa gitu?" ucap Nisa emosi. 

"Ya bukan begitu Nis,setidaknya Ibu sudah ada yang menemani di rumah," ucap mas Bagas selembut mungkin. 

"Ya gak papa juga kalau Ibu ditemani Nisa sekalian kamu juga Gas!" Seloroh Ibu. 

"Udah bagus tinggal di rumah Ibu jadi gak usah mikir kebutuhan, makan tinggal makan kurang baik gimana coba Ibu Mas, " Nisa turut mendukung Ibu. 

"Ya udah gimana nanti deh aku pikir-pikir lagi," jawab mas Bagas frustasi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status