Share

Dendam Bram

Penulis: Sisi Ryri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 16:37:42

“Pasti! Ayahmu boleh kabur dari tanggung jawabnya. Ibumu boleh menolakmu, tapi percaya sama Enin, cinta Enin mah tulus untuk Ujang. Enin gak akan ninggalin Ujang asal ujang tetap sayang sama diri ujang,”

Bram kembali meneteskan air matanya, ketulusan wanita paruh baya ini sungguh membuatnya semakin merasa jika hidupnya kini hanya pantas dipersembahkan untuk Enin.

Dia terus memohon kepada Allah semoga tubuhnya yang begitu rapuh ini bisa kembali mendapatkan kekuatan seperti saat semua kejadian bodoh ini belum berjalan.

“Sekarang Ujang sholat. Percaya sama Enin, Cuma Sholat yang bisa membantu Ujang keluar dari semua ujian ini,”

Deg!

  Jantung Bram serasa ditikam belati, dia teringat jika selama ini satu-satunya hal yang dia lupakan adalah menyembah tuhannya.

“Kenapa?” tanya Enin melihat perubahan ekspresi wajah cucunya.

“Maafkan Bram, Nin. Sepertinya Ujang lupa melakukan ini,”

  “Jadi Ujang teh ngak pernah sholat di RSK apa itu?”

Bram melebarkan senyumnya membuat Enin semakin marah padanya. “Ujang teh gimana? Jang ujian hidup apa coba yang tidak Enin dapat dalam hidup ini, tapi selesainya pake sholat. Kenapa Ujang malah gak sholat.”

“Maaf, Nin. Bram terlalu larut sama masalah, selama di sana Bram hanya menyalahkan keadaan saja,”

“Hah! Ya sudah atuh. Yang udah lewat mah biarin lewat aja. Sekarang Ujang mulai lagi dari awal,”

“Tapi Bram lupa bacaan sholatnya, Nin!”

“Astagfirullah hal adzim, Ujang teh gimana? Jaman sekarang teh sudah canggih. Bacaan sholat tinggal bilang di hp, ‘Oke g****e cari bacaan sholat’ gitu terus keluar,”

Bram terkekeh melihat ekspresi wajah neneknya yang memang kadang sok tau tapi juga ada benarnya. Diapun menirukan perkataan neneknya menghadap ke ponsel dan benar saja semua bacaan sholat yang dia lupakan seketika muncul di layar ponselnya.

“Tuh, jangan gini apa yang susah, Jang. Cepat sholat ya. Insya Allah Enin tunggui Ujang sampai Ujang hafal lagi bacaan sholatnya.”

Bram yang tak punya pilihan kemudian berdiri untuk melangkah menuju kamar mandi.

Dadanya tiba-tiba sesak saat memasuki ruangan kecil di dalam rumah neneknya itu mengingat saat-saat dia akan ditangkap.

“Ruangan ini lagi,” bisiknya kemudian menuju cermin tempatnya berdiri terakhir kali. “Aku harus mandi, kali ini semua akan baik-baik saja,”

Bram segera bersiap untuk mandi lalu mulai membasuh tubuhnya. Hatinya yang hancur perlahan merasa tenang meski rasa bersalah masih begitu besar dia rasakan.

Setelah merasa peluhnya yang menumpuk telah bersih, Bram keluar dari kamar mandi lalu mulai menjalankan sholat dengan pengawasan Enin yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri menghadap kiblat.

“Allahu akbar,” Tangan Bram setinggi telinga mengucap kata yang seketika membuat beban di pundaknya terangkat.

Satu persatu ayat dia baca dan air matanya perlahan mulai membasahi pipinya.

Assalamualaikum warahmatullah.

Bram mengakhiri shalatnya dan Enin segera mendekat untuk memeluk tubuh lemah ini.

“Tak apa, Bram. Nangis aja, kita tak pernah tau kapan Allah kasih ujian ke kita. Gapapa, semua yang pahit pasti ada saatnya jadi manis,”

Bram memejamkan matanya, tak terbayang baginya jika wanita paruh baya ini tak pernah ada di sampingnya. Dia langsung memeluk Enin yang seakan me-recharge energi hatinya yang redup setelah semua kejadian mengerikan yang dialami selama ini.

Permisi!

  Terdengar seorang pria dengan suara yang berat berucap di balik pintu rumah Enin yang reot dan tanpa menunggu lama Enin segera berdiri untuk membuka pintu.

“Nin, jangan dibuka,” pinta Bram yang ingat siapa pemilik suara itu.

“Kenapa?”

“Itu suara ayahnya Widi,”

“Masa dia mau datang ke rumah Enin yang reot ini? Pasti orang lain,”

“Nin, jangan!”

Permisi!

Kata itu berulang namun kali ini si empunya suara mendorong pintu rumah dengan lembut.

“Ada orang?”

“Iya, silahkan. Siapa ya?” Enin melebarkan senyumannya pada pria yang tak lain adalah ayah dari Widi, wanita yang menikah siri dengan Bram.

Tentu wajah Bram jadi abu-abu melihat pria tinggi besar itu melangkah masuk ke dalam rumah neneknya.

“Saya, Hartono, ayahnya Widi,” tutur lembut pria itu sambil mengulurkan tangannya meraih tangan Enin yang bergetar.

“Bapak, kenapa jauh-jauh kemarin,”

“Saya datang untuk kabari Bram kalau putri saya masuk rumah sakit,”

“Astagfirullah!” Enin meraba dadanya menahan kaget.

“Iya, saya datang karena pengacara bilang Bram memilih pulang ke sini.”

“Bram, kenapa tidak temui Widi!”

“Mau apa?!” teriak Bram tak terima. “Aku sudah bukan siapa-siapa lagi sekarang. Bukankah Widi hanya mau saat aku ada di puncak karir!”

“Kau ini, sudah baik aku mau datang kemari untuk menjemputmu!”

“Kalian sudah hancurkan karirku, sekarang minta aku datang temui Widi?! Tak sudi!”

Enin meraih tangan cucunya lalu menatapnya tajam berharap amarah Bram yang memang sedang tak stabil tidak semakin merusak hubungannya dengan ayah mertuanya. “Jang, istighfar. Kamu baru datang ke Allah untuk minta ampun. Masa sekarang kamu sudah buat dosa lagi,”

“Iya, kasih tau sama cucumu, Nek. Bagaimanapun putriku dan anak yang dia kandung masih tetap tanggung jawabnya. Dia tak boleh lari,”

“Alah! Alasan!” ketus Bram lalu melangkah meninggalkan Enin dan Hartono yang masih berbincang panjang lebar.

Hati Bram tentu remuk dengan semua kabar yang dia dengar, tapi amarahnya masih terlalu tinggi untuk menurunkan egonya di depan orang yang memfitnahnya.

Tangan Bram lalu meraih ponsel di tas ransel yang dia bawa dari RSKO dan segera menyalakannya.

Saat ponsel mulai menyala, seketika ingatannya tentang masa lalunya mulai memenuhi memorinya.

Dia kembali teringat pada awal karirnya merupakan anak kuliahan broken home yang mencari jati diri di musik hingga menemukan Widi yang membantunya meniti karir di dunia musik dengan memperkenalkan pada Hartono, ayahnya yang memang memiliki perusahaan rekaman.

“Astagfirullah,  Widi,” bisik Bram lalu meneteskan air matanya. “Bagaimana aku memperbaiki semua ini, Widi,”

Krek!

Terdengar Enin mengunci pintu rumah dan Bram tersadar dari lamunannya. “Nin!” serunya sambil melangkah keluar dari kamar.

“Ada apa, Jang,”

“Mana Ayah?”

“Maksudmu Pak Hartono?”

“Iya,”

“Dia pulang, katanya Widi ada masalah dengan kandungannya,”

Bram terdiam sesaat lalu menatap Enin dengan bingung. “Ujang harus gimana sekarang, Nin?”

“Temui, Widi. Dia pasti akan sangat senang jika kau mau menemuinya sekarang,”

“Tapi mereka pasti ada di sana, Nin!

“Siapa?”

“Orang-orang yang memfitnah Bram!”

“Jang, temui Widi!” Hanya itu yang bisa kamu lakukan sekarang, Jang!”

“Tapi,” ucap Bram ragu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Menunggu Waktu Membalas Dendam

    "Iya, benar! Aku juga dengar kabar itu!" kesal Widi lalu memejamkan mata. "Aku lelah dengan keadaan ini!""Kalau begitu apa yang akan kau lakukan?" tanya Enin pada istri cucunya itu."Tapi kita tak bisa mengalahkan mereka saat ini. Kita terlalu lemah!" ucap Widi yang sadar jika ini tak bisa dia pecahkan sendiri."Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Enin sekali lagi."Aku dan suamiku akan pergi untuk sementara dan kembali saat kami sudah cukup kuat melawan mereka.""Jadi kau mau pergi?" Enin tersentak mendengar rencana Widi. Sungguh dia tak menyangka jika dia akan berpisah dengan Bram sekali lagi padahal dia masih sangat ingin bersama sang cucu yang malang."Benar!" Bram membulatkan tekatnya. "Kita tak bisa mengalahkan mereka saat ini. Kita harus menghilang sementara dan kembali saat kita sudah kuat!""Tapi kau akan kemana?" Enin semakin sedih saja mendengar percakapan keduanya. "Nin, pahamilah. Bram tak cukup cerdas untuk membangun bisnis ayahku. Kami harus sekolah lagi dengan tek

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Pergi Untuk Kembali

    Hari yang disiapkan Raka akhirnya tiba. Hari ini dia tiba di rumah Enin untuk menyusul Bram yang sudah begitu tampan dengan jaket kulit hitam dan koper dorongnya.Dengan setia Widi menggendong putrinya mengikuti langkah Bram yang begitu sumringah hari ini."Kalian jadi pergi?" tanya Enin yang sesekali menghapus air matanya. "Aku harap kalian tak lama," tambahnya."Nin, ini tak akan lama. Hanya sekolah singkat dan aku harap belum setahun kami sudah kembali," terang Raka tegas namun cukup menenangkan hati Enin."Baiklah, kami akan segera pergi! Aku rasa semakin cepat kita pergi semakin cepat juga kita kembali," ucap Bram sembari meraih tangan Enin dan menciumnya pelan."Jang, hati-hati di jalan. Enin selalu mendoakanmu semoga apa yang kau usahakan menjadi mudah dan lancar,""Aamiin!" seru semuanya lalu mulai berjalan meninggalkan rumah wanita paruh baya itu.Bram tak menoleh kebelakang, ada hati yang terlalu rapuh untuk kembali berpisah dengan sang nenek yang begitu menyayanginya."Kena

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Raka Dengan Dendamnya

    "Kalian yang akan membantuku membalas semua dendamku?" tanya Raka dengan senyumannya yang miring."Iya, kami akan membantumu!" tegas Warsa membuat mata Bram menyipit. "Kami?" tanya suami Widi itu lirih."Siapa anak muda ini? Aku tidak kenal?" tanya Raka dengan raut wajah meledek."Dia ini suaminya Widi," jawab Warsa lalu menepuk bahu Bram yang begitu kaku di depan pria tua yang akan membuatnya jadi orang yang akan ditakuti mertuanya."Kau yakin dia siap menghadapi keluarga Widi?" Raka masih tak percaya."Aku yakin dia bisa. Setelah semua kejahatan Dory dan Dwi tak mungkin dia tak bangkit untuk menunjukkan pada keluarga kaya itu akan keperkasaannya,"Raka tak cepat percaya, dia terus memandangi wajah Bram dengan seksama. Pria paruh baya itu seperti menemukan seberkas cahaya harapan di sana namun masih tertutup banyak keraguan yang diciptakan oleh Bram sendiri."Apa yang kau lihat, Tuan?" tanya Kholil yang ternyata sudah kenal pada sepupu mantan bosnya."Aku rasa dia memang perkasa, ta

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Tuduhan Tak Berdasar

    "Itu tidak mungkin!" kesal Bram lalu berbalik badan menghindari Dwi yang menatapnya tajam seakan bersiap untuk menyantapnya."Tenang," bisik Kholil yang segera mendekati temannya itu. "Kau jangan terpancing. Kita harus tenang menghadapi,""Oh!" desar Bram memahami maksud perkataan temannya itu. "Kau benar!""Apa yang benar?!" pekik Dwi lalu menarik tangan menantunya itu dengan kasar. "Kau mau laporkan aku ke polisi, kan?""Iya!" jawab Bram lalu tersenyum meledek. "Menantu macam apa kau ini?! Lihat saja kau, kalau sampai aku kena masalah kau yang akan aku hancurkan!"Mendengar ancaman itu Bram tak bergeming. Toh bukan dia yang melaporkan mertuanya itu ke polisi dan bukan dia juga yang memulai perseteruan ini.Lama dia terdiam hingga mertuanya itu pergi meninggalkan ruangan tempat mereka berada. Bram terus memutar otaknya mencari tau siapa gerangan yang melaporkan mertuanya itu ke polisi dan tentunya karena dia juga harus menjaga perasaan istrinya yang kini juga adalah ibu dari anaknya

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Kurir Itu Mata-Mata?

    "Kamu!" teriak Bram sambil melangkah keluar dari bilik toiletnya dengan sangat marah. "Sudah kuduga kau memang orang jahat!""Ka--mu!" tunjuk pria itu lalu melirik ke arah temannya yang juga terkejut saat tau Bram ada di dalam toilet SPBU itu."Mau mengelak kau?!" kesal Bram lalu meraih tangan kurir itu bersiap untuk menghajarnya."Pak, dengar dulu,""Aduh kita ketahuan!" teriak rekan kurir itu bersiap untuk mengambil langkah seribu."Kau mau kemana?!" pekik Bram lalu menarik tangan kurir yang satunya dan...Hab!Sekali gerak saja kedua pria jahat itu berhasil dibekuk."Mau kemana kalian?!" kekeh Bram merasa menang lalu menarik ke duanya menuju mobilnya."Eh! Kita mau dibawa kemana ini?!""Diam! Kalian sudah tertangkap basah. Tak bisa lagi kalian mengelak!" teriak Bram lalu memasukkan keduanya yang tak bisa berkutik lagi ke dalam mobilnya.Brak!Bram membanting pintu dengan marah lalu mulai mengendalikan mobilnya menuju kantor. "Kau tau rasa sekarang. Aku akan laporkan kalian berdua k

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Hentikan Orang Jahat Itu

    "Hey! Kau!" teriak Bram sambil menunjuk ke pria mencurigakan yang wajahnya begitu kaget saat menyadari cucu Enin sudah semakin dekat dengan dirinya. "Jangan lari kau!" teriak Bram semakin lantang membuat beberapa orang yang ada di dekatnya terperanjat."Eh! Kenapa kau?" tanya pria asing itu dengan lantang."Kau kan orang yang mengawasi kami sejak tadi?! Kau pasti mau jahat pada nenekku?" teriak Bram bersiap mengirimkan bogem mentah ke mata kanan pria asing itu."Ih! Kamu salah orang!" teriak pria itu sambil mencoba menangkis tangan Bram yang sudah terlanjur melesat."Bram!" teriak Enin yang kebetulan keluar dari rumahnya. "Ada apa, Jang?""Ini, Nin! Orang ini mencurigakan, sejak tadi dia mengawasi kita dari sini. Aku yakin dia bersekongkol dengan orang-orang jahat itu!""Eh! Jangan asal tuduh, ya. Aku ini kurir, aku sedang berteduh sambil mencari alamat dari barang-barang yang sedang aku kirimkan!" kelipnya sambil menunjuk ke arah motor bebek berwarna hitam yang nampak penuh dengan pa

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Enin Jadi Korban

    "Tapi Enin gak apa-apa, kan?" tanya Widi sembari membersihkan baju Enin yang jadi basah karena kejadian mengejutkan itu."Enin baik!" ucap wanita paruh baya itu lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya. "Enin rasa Enin harus mulai hati-hati kalau keluar. Jangan sampai kejadian lagi aja,""Astaga!" Bram yang wajahnya masih merah padam lalu duduk di samping Enin yang nafasnya masih terengah. "Kalau sampai aku tau siapa pelakunya, akan kuhabisi dia!" "Jangan, Jang!" tegas Enin dengan wajah tuanya yang begitu bijaksana. "Kita tak boleh melawan keburukan dengan keburukan. Kita harus sadar dan mawas diri saja. Nanti biar Allah yang balas!""Bram!" terdengar seorang pria berteriak dari luar rumah lalu mendorong pintu dengan sekuat tenaga. Kepala Bram segera menoleh ke arah pintu dan mendapati Kholil begitu ketakutan entah karena apa."Kau lihat itu tadi!" ucapnya dengan lembut namun tegas karena tau putri dari temannya sedang tertidur pulas di pangkuan ayahnya."Siapa?" tanya Widi dengan waj

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Romi Yang Malang

    "Kenapa kau mengancamku?" kesal Romi yang sebenarnya enggan berdebat dengan Widi yang berada beberapa langkah dibelakangnya."Aku bisa buktikan kalau kau tidak bersalah?" Widi semakin meninggikan nada bicaranya.Romi mengepalkan tangannya menatap keponakannya itu dengan marah tapi tak berani bergeming karena dia tau kalau sampai dia salah bertindak di depan Warsa maupun Bram, itu akan sangat merugikan dirinya. "Terserah kau mau percaya atau tidak, yang pasti aku tak ikut campur dalam penangkapan ibumu, Widi!" tegas Romi melanjutkan langkahnya.Pria paruh baya itu tak menoleh lagi ke belakang, dia terus berjalan mendekati lift sebelum dadanya terasa sakit hingga dia tak sanggup lagi berdiri. "Ah!" rintihnya dengan mata yang perlahan mulai berkaca-kaca."To--long!" erangnya."Paman!" teriak Widi sembari berlari mendekati pria yang menyebalkan ini. "Bram, panggil ambulance!" "Baik!" tanpa banyak berkata-kata Bram segera mendekati telepon di atas meja dan mulai menghubungi rumah sakit te

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Ancaman Widi

    "Kita lihat saja apakah dia takut akan ancamanmu atau tidak?" tambah Bram yang dijawab istrinya dengan terkekeh."Sulit sekali kau percaya kalau dia itu takut ancamanku, sih?"Bram tersenyum simpul, dia tahu istrinya ini sangat bisa diandalkan namun egonya yang besar untuk menolak anggapan ini membuatnya terus saja menolaknya.Setelah pertemuan Bram dengan Byan hari ini hati gitaris kenamaan itu mulai tenang. Dia semakin tau jika dia akan bisa seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya hingga mereka tak mungkin dianggap remeh lagi oleh keluarga Widi yang selama ini begitu sinis padanya.Sore menjelang dan ini saatnya Bram bertemu dengan Warsa untuk menceritakan semua yang terjadi hari ini."Sungguh dia ketakutan karena ancaman Widi?" Warsa melebarkan senyumannya seketika."Hahahaha! Seperti itulah adanya!" ucap Widi penuh rasa bangga."Iya, aku rasa kita memang harus sering mengancam mereka agar tak selalu saja mengganggu,""Warsa!" panggil Romi yang memasuki ruangan pengacara ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status