Home / Romansa / Suamiku Brondong / 01. Persyaratan

Share

Suamiku Brondong
Suamiku Brondong
Author: Cean

01. Persyaratan

Author: Cean
last update Last Updated: 2021-04-15 01:21:09

"Dasar anak kurang ajar! Gak tau diuntung!" Dona menampar Shofi karena dia membantah saat akan dikawinkan.

"Tapi, Ma ...."

"Gak ada tapi-tapian! Kamu harus menikah dengan Bram untuk melunasi hutang papamu!"

"Kenapa harus aku, Ma? Ini tak adil!"

"Karena kamu adalah anak kandung papamu satu-satunya! Siapa lagi kalau bukan kamu?" Dona menyeringai licik.

Shofi tahu pernikahan ini pasti rencana dari Dona, ibu tirinya. Gadis bersurai hitam itu pun beralih menatap papanya yang kini terduduk tak berdaya di atas kursi roda. 

"Pa, Shofi tidak mau menikah dengan Bram, si rentenir kejam itu!" Shofi berusaha memberi pengertian pada lelaki cinta pertamanya. Namun, sepertinya sia-sia.

Lumpuh pada kakinya akibat kecelakaan satu tahun lalu telah membuat Pak Risco kehilangan kekuasaan.

"Papa tidak bisa berbuat apa-apa, Shofi, terimalah takdirmu!"

"Papa jahat! Aku benci Papa! Aku benci kalian!" 

"Sho-Shofi!"

"Shofi!"

Shofi berlari menuruni tangga, Pak Risco dengan kursi rodanya mengejar Shofi. Namun, lelaki tua itu terjatuh dari tangga bersama dengan kursi rodanya. Kepala yang telah ditumbuhi banyak uban itu terbentur lantai  dengan keras dan meninggal di tempat.

"Mas, Risco!" teriak Dona, Ibu tiri Shofi, ia bergegas menuruni tangga.

"Papa!" jerit Juven dan Ella bersamaan bergegas menghampiri  Risco yang telah terkapar. 

"Tu- tuan!" pekik Bik Ijah ketakutan.

Saat langkah kakinya hampir melewati gerbang Shofi mendengar jeritan dari arah dalam rumah. Ia pun berbalik badan dan kembali ke dalam rumah. 

"Papa! Papa! Bangun, Pa! Maafkan, Shofi, Pa!" 

"Papa ...! Jangan tinggalkan aku, Pa!"

Tidaaak ...!" 

Shofi tersentak bangun dari tidurnya, napasnya memburu tersengal-sengal dan keringat dingin mengucur deras membasahi keningnya. 

"Kamu, bermimpi buruk lagi? Ini, diminum!" Nek Anum menyodorkan segelas air putih kepada Shofi. 

"Iya, Nek!" Shofi meneguk air itu hingga habis.

"Ikhlaskan semuanya, Shof! Itu musibah bukan salahmu!" Nek Anum mengelus pundak cucunya.

Bagaimana bisa Shofi melupakan kejadian itu, sampai detik ini ia masih merasa bersalah bahkan ia merasa kalau dialah penyebab kematian papanya.

Setelah papanya meninggal, Shofi pun di usir oleh Dona. Jelas pernikahan itu adalah kongkalikong Dona dengan Bram. Dona menawarkan kerja sama dengan rentenir bertubuh gemuk itu hanya untuk merampas harta suaminya, Risco. Kini, setelah Risco meninggal Dona bersama kedua anaknya menguasai harta itu.

***

Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya di langit cerah setelah semalaman diguyur hujan deras. Shofi berangkat kerja dengan berjalan kaki.

Byurr ... mobil mewah berwarna Hitam lewat dan airnya nyiprat ke baju Shofi.

"Hei! Berhenti!"

Ciiit! Seketika mobil mewah itu berhenti tak jauh dari Shofi berdiri dan menurunkan kaca jendelanya saat Shofi mendekat.

"Hei! Bisa bawa mobil gak sih? Lihat pakaianku jadi kotor."

"Salah kamu sendiri!"

"Hah! Apa?"

"Jelas-jelas ini salahmu! 

"Siapa suruh kamu berdiri di situ!"

"Loh! Emang di situ tempat para pejalan kaki, kan?"

"Tauk, ahh! Bodoh amat!" Yudha berlalu begitu saja, meninggalkan Shofi yang masih berdiri kesel.

"Argh! Dasar tidak punya sopan santun." 

Shofi terus melangkah menuju ke kantin tempat ia kerja. Suasana di dalam kantin kampus sudah ramai tampak Bu Hani kewalahan. 

"Maaf, Bu Hani, Shofi telat."

"Gak apa-apa, Shofi ini antarkan kopi es ke meja 15." perintah, Bu Shofi.

"Kopi es? Pagi gini minum kopi es?" Aneh banget ini orang, dahi shofi berkerut memikirkannya. Baru kali ini ia dapati orang minum kopi es, biasanya teh es atau Milo es. Ia menuju ke meja 15.

"Ya, ampun bukankah dia laki-laki yang tidak sopan itu?" gumam Shofi.

Byurr ... tiba-tiba minuman yang dibawa Shofi tumpah di badan Yudha.

"Woy! Apa-apaan ini?" Ka-kamu ...!" 

"Ma-maaf, aku tidak sengaja."

"Kerjamu tidak becus, angkat minum gitu aja gak bisa apa, hah?" 

Yudha membentak Shofi.Semua mata menuju ke arah Shofi dan Yudha. 

"Ada apa ini? Kok, ribut pagi-pagi?" tanya, Bu Hani heran.

"Bu Hani, pecat saja dia. Lihat, perempuan ini telah menyiramku dengan kopi."

"Tidak, Bu. Saya tidak melakukannya, Tadi ada yang lewat dan  menyenggol  minuman ini." jelas Shofi.

"Ah! Itu hanya alasanmu saja. Kamu mau balas dendam kan?"

Yudha semakin memojokkan Shofi, perempuan berhidung mancung itu semakin kalut dan takut akan di pecat. Apalagi di hari pertama dia kerja.

"Habislah, Dia! Tidak ada yang bisa nolak permintaan Yudha." 

"Kasihan banget tuh, cewek!"

"Apes banget, Dia!"

"Pecat sekarang, Bu!" ujar Yudha.

"Jangan pecat saya, Bu. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya mohon, Bu."

"Shofi, masalahnya, kamu telah menyinggung tamu penting saya. Sekarang keputusan ada pada, Beliau." ujar Bu Hani.

"Okey! Kamu boleh tetap bekerja di sini, tapi ada syaratnya." kata Yudha.

"A-apa syaratnya?" tanya Shofi seperi mendapatkan jalan keluar.

Yudha mendekatkan dirinya ke Shofi dan berbisik di telinganya.

"Jadilah wanitaku!"

Bersambung

Apakah Shofi menerima syarat yang diajukan dari Yudha? Saksikan di bab ke 2

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Brondong   23. Not Bad

    Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu

  • Suamiku Brondong   22. I Love You

    Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te

  • Suamiku Brondong   21. Sengaja

    Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih

  • Suamiku Brondong   20. So sweet

    Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach

  • Suamiku Brondong   19.Hari khusus

    Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe

  • Suamiku Brondong   18. Pikiran berkelana

    Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status