Share

Suamiku Brondong
Suamiku Brondong
Author: Cean

01. Persyaratan

"Dasar anak kurang ajar! Gak tau diuntung!" Dona menampar Shofi karena dia membantah saat akan dikawinkan.

"Tapi, Ma ...."

"Gak ada tapi-tapian! Kamu harus menikah dengan Bram untuk melunasi hutang papamu!"

"Kenapa harus aku, Ma? Ini tak adil!"

"Karena kamu adalah anak kandung papamu satu-satunya! Siapa lagi kalau bukan kamu?" Dona menyeringai licik.

Shofi tahu pernikahan ini pasti rencana dari Dona, ibu tirinya. Gadis bersurai hitam itu pun beralih menatap papanya yang kini terduduk tak berdaya di atas kursi roda. 

"Pa, Shofi tidak mau menikah dengan Bram, si rentenir kejam itu!" Shofi berusaha memberi pengertian pada lelaki cinta pertamanya. Namun, sepertinya sia-sia.

Lumpuh pada kakinya akibat kecelakaan satu tahun lalu telah membuat Pak Risco kehilangan kekuasaan.

"Papa tidak bisa berbuat apa-apa, Shofi, terimalah takdirmu!"

"Papa jahat! Aku benci Papa! Aku benci kalian!" 

"Sho-Shofi!"

"Shofi!"

Shofi berlari menuruni tangga, Pak Risco dengan kursi rodanya mengejar Shofi. Namun, lelaki tua itu terjatuh dari tangga bersama dengan kursi rodanya. Kepala yang telah ditumbuhi banyak uban itu terbentur lantai  dengan keras dan meninggal di tempat.

"Mas, Risco!" teriak Dona, Ibu tiri Shofi, ia bergegas menuruni tangga.

"Papa!" jerit Juven dan Ella bersamaan bergegas menghampiri  Risco yang telah terkapar. 

"Tu- tuan!" pekik Bik Ijah ketakutan.

Saat langkah kakinya hampir melewati gerbang Shofi mendengar jeritan dari arah dalam rumah. Ia pun berbalik badan dan kembali ke dalam rumah. 

"Papa! Papa! Bangun, Pa! Maafkan, Shofi, Pa!" 

"Papa ...! Jangan tinggalkan aku, Pa!"

Tidaaak ...!" 

Shofi tersentak bangun dari tidurnya, napasnya memburu tersengal-sengal dan keringat dingin mengucur deras membasahi keningnya. 

"Kamu, bermimpi buruk lagi? Ini, diminum!" Nek Anum menyodorkan segelas air putih kepada Shofi. 

"Iya, Nek!" Shofi meneguk air itu hingga habis.

"Ikhlaskan semuanya, Shof! Itu musibah bukan salahmu!" Nek Anum mengelus pundak cucunya.

Bagaimana bisa Shofi melupakan kejadian itu, sampai detik ini ia masih merasa bersalah bahkan ia merasa kalau dialah penyebab kematian papanya.

Setelah papanya meninggal, Shofi pun di usir oleh Dona. Jelas pernikahan itu adalah kongkalikong Dona dengan Bram. Dona menawarkan kerja sama dengan rentenir bertubuh gemuk itu hanya untuk merampas harta suaminya, Risco. Kini, setelah Risco meninggal Dona bersama kedua anaknya menguasai harta itu.

***

Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya di langit cerah setelah semalaman diguyur hujan deras. Shofi berangkat kerja dengan berjalan kaki.

Byurr ... mobil mewah berwarna Hitam lewat dan airnya nyiprat ke baju Shofi.

"Hei! Berhenti!"

Ciiit! Seketika mobil mewah itu berhenti tak jauh dari Shofi berdiri dan menurunkan kaca jendelanya saat Shofi mendekat.

"Hei! Bisa bawa mobil gak sih? Lihat pakaianku jadi kotor."

"Salah kamu sendiri!"

"Hah! Apa?"

"Jelas-jelas ini salahmu! 

"Siapa suruh kamu berdiri di situ!"

"Loh! Emang di situ tempat para pejalan kaki, kan?"

"Tauk, ahh! Bodoh amat!" Yudha berlalu begitu saja, meninggalkan Shofi yang masih berdiri kesel.

"Argh! Dasar tidak punya sopan santun." 

Shofi terus melangkah menuju ke kantin tempat ia kerja. Suasana di dalam kantin kampus sudah ramai tampak Bu Hani kewalahan. 

"Maaf, Bu Hani, Shofi telat."

"Gak apa-apa, Shofi ini antarkan kopi es ke meja 15." perintah, Bu Shofi.

"Kopi es? Pagi gini minum kopi es?" Aneh banget ini orang, dahi shofi berkerut memikirkannya. Baru kali ini ia dapati orang minum kopi es, biasanya teh es atau Milo es. Ia menuju ke meja 15.

"Ya, ampun bukankah dia laki-laki yang tidak sopan itu?" gumam Shofi.

Byurr ... tiba-tiba minuman yang dibawa Shofi tumpah di badan Yudha.

"Woy! Apa-apaan ini?" Ka-kamu ...!" 

"Ma-maaf, aku tidak sengaja."

"Kerjamu tidak becus, angkat minum gitu aja gak bisa apa, hah?" 

Yudha membentak Shofi.Semua mata menuju ke arah Shofi dan Yudha. 

"Ada apa ini? Kok, ribut pagi-pagi?" tanya, Bu Hani heran.

"Bu Hani, pecat saja dia. Lihat, perempuan ini telah menyiramku dengan kopi."

"Tidak, Bu. Saya tidak melakukannya, Tadi ada yang lewat dan  menyenggol  minuman ini." jelas Shofi.

"Ah! Itu hanya alasanmu saja. Kamu mau balas dendam kan?"

Yudha semakin memojokkan Shofi, perempuan berhidung mancung itu semakin kalut dan takut akan di pecat. Apalagi di hari pertama dia kerja.

"Habislah, Dia! Tidak ada yang bisa nolak permintaan Yudha." 

"Kasihan banget tuh, cewek!"

"Apes banget, Dia!"

"Pecat sekarang, Bu!" ujar Yudha.

"Jangan pecat saya, Bu. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya mohon, Bu."

"Shofi, masalahnya, kamu telah menyinggung tamu penting saya. Sekarang keputusan ada pada, Beliau." ujar Bu Hani.

"Okey! Kamu boleh tetap bekerja di sini, tapi ada syaratnya." kata Yudha.

"A-apa syaratnya?" tanya Shofi seperi mendapatkan jalan keluar.

Yudha mendekatkan dirinya ke Shofi dan berbisik di telinganya.

"Jadilah wanitaku!"

Bersambung

Apakah Shofi menerima syarat yang diajukan dari Yudha? Saksikan di bab ke 2

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status