Share

02. Pelecehan

Penulis: Cean
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-17 12:54:01

"A-apa? Jadi wanitamu?" Shofi terkejut matanya terbelalak.

"Atau pilih dipecat?" Yudha menekankan kata-katanya sekali lagi.

"Itu, tidak mungkin!"

"Apa yang tidak mungkin, hah?"

"Usiaku lebih tua darimu," jawab Shofi.

"Aku tidak perduli!"

"A-apa?" 

"Mau kamu lebih tua kek, bahkan nenek-nenek sekalian, aku tidak perduli!"

"Hah? A-apa?" Lagi-lagi Shofi terkesiap mendengar kata-kata Yudha.

Seketika dalam benak Shofi berpikir, lelucon apa ini? Kegilaan apa ini?

"Kamu sudah tidak waras! Jelas ini salah!"

"Apa yang salah? Suka sama perempuan yang lebih tua usianya sah-sah saja menuntutku." Yudha mempertahankan argumennya.

"Kamu benar-benar tidak waras!" Shofi terlihat semakin kesel.

"Iya dan aku tergila-gila kepadamu," ucap Yudha dengan senyum penuh arti di wajahnya.

Kata-kata yang  baru dilontarkan Yudha lebih mengejutkan Shofi. Batinnya berperang.

Menjadi wanitanya berarti pacaran dengan laki-laki yang lebih muda dariku? Apa kata dunia? pacaran sama brondong? Ya ampun ... Aku pasti akan jadi lelucon di abad ini! Tidak! Tidak! Ini tidak boleh terjadi.  

"Aku tidak punya waktu lama untuk mendengar jawabanmu. Sekali lagi kutanyakan padamu, siap apa tidak dengan syarat yang kuajukan?" 

Shofi semakin kesal dengan Yudha. Namun ia tidak berdaya, hari gini cari kerjaan sangatlah sulit. Sementara ia harus merawat neneknya yang sakit.

"Baiklah, aku siap dengan persyaratanmu," ujar Shofi, tangannya mengepal erat dengan tatapannya penuh benci melihat Yudha. 

"Bagus! Baiklah, aku ada urusan penting yang harus kulakukan. Sampai ketemu lagi, wanitaku.

Mendengar dirinya di panggil wanitaku oleh Yudha, rasanya ia ingin sekali mencabik-cabik laki-laki itu, akan tetapi apalah daya Shofi tetap tidak bisa berbuat banyak. 

"Masalah sudah selesai, Bu Hani. Biarkan wanitaku tetap bekerja di kantin ini!" titah Yudha. 

"Baiklah, Yud!"

"Okey, aku pergi dulu, wanitaku." Yudha mengedipkan sebelah matanya pada Shofi sambil berlalu. Begitu melihat Yudha pergi badannya seketika lemas bersamaan air matanya mengalir.

"Sudah, jangan bersedih," ujar, Bu Hani.

"Aku akan jadi bahan tertawaan selama di kampus ini, Bu!"

"Abaikan saja, shof. Kamu tidak akan bisa lari dari Yudha."

"Emang Dia siapa sih, Bu?" tanya Shofi penasaran dan sakit hati.

"Yudha adalah pahlawan di kampus ini, satu tahun yang lalu terdapat bom teror di sini. Dan Yudha dengan beraninya menghentikan bom itu. Mulai dari situ Dia jadi terkenal dan semua keputusan dia di kampus ini adalah mutlak."

"Oh, begitu ya, Bu. Pantesan, semua kata-katanya diikuti." Shofi manggut-manggut sedih.

"Itulah penghargaan yang diberikan untuk Dia. Yudha juga masih keponakan dari pemilik kampus ini." Bu Ha menjelaskan lagi.

Mendengar penjelasan Bu Hani, pupus sudah harapan Shofi untuk bisa keluar dari cengkraman Yudha.

***

Mendung tidak berarti hujan, itulah cuaca hari ini. Jam makan siang baru saja usai, kantin pun terlihat sepi.

"Hai, Sayang, apa kabar wanitaku?" Shofi menoleh dan menatap malas lelaki bersurai Hitam yang mendekatinya itu.

"Baik!"

"Wew ... Ketus amat!"

"Biarin!"

"Tapi, aku suka. Kamu tambah cantik saat jutek begitu." goda Yudha.

Rasanya ingin Shofi lempar kain lap meja  yang ia pengang dari tadi ke wajah Yudha. Tetapi ia juga takut kehilangan pekerjaan, Shofi lagi-lagi tidak berdaya.

"Berhenti mendekatiku!"

"Kalau aku tidak mau?"

"Aku tidak cocok untukmu!"

"Aku tidak merasa begitu." 

"Aku tidak suka padamu!"

"Aku sangat suka padamu!"

"Kamu sangat menyebalkan!" geram Shofi, ia merasa kesel pada Yudha hingga ke tulang sumsumnya.

"Dan kamu begitu menggodaku." 

Mendengar bujuk rayuan Yudha seketika kepala Shofi langsung nyut-nyutan.

"Kamu tidak kangen padaku, Sayang?"

"Tidak! Jangan panggil aku Sayang!"

"Wow ... kalau begitu kupanggil istriku saja."

"Apa?" Dasar tidak waras!" 

Kali ini sungguh Shofi lepas kendali kain lap meja reflek ia lempar ke wajah Yudha. Lelaki macho itu pun terkekeh melihat tingkah Shofi.

Seminggu sudah Yudha mendekati Shofi. Ia seperti mendapatkan mainan baru. Sehari tidak menggoda Shofi rasanya Yudha begitu rindu, hidupnya begitu sepi.

Waktu semakin sore, Shofi pulang berjalan kaki. Ia melewati gang yang sepi dan gelap karena hanya itu jalan pintas dan lebih dekat dengan rumahnya.

"Hai, cewek cantik!"

Shofi melihat dua orang berandalan sedang mabuk di gang itu. Ia pun mempercepat langkahnya.

"Temani kita dong." kata lelaki bertubuh kurus yang mulai menghadang jalan Shofi.

"Kamu harum sekali." Berandal satunya mencolek Shofi.

"Hei! Jangan pengang-pengang!

"Wow, garang juga dia," ujar brandal bertubuh kurus..

"Aku suka cewek yang ada perlawanan," ucap brandal bertubuh gemuk.

"Mau apa kalian? Lepaskan tanganku!"

"Mau bersenang-senang dong, cantik. Hahaha!"

"Lepaskan! Tolong lepaskan aku!" Shofi menangis ketakutan air mata dan keringat berkucur deras.

"Tolong ... toloong ... 

"Percuma kamu berteriak tidak ada yang mendengarkanmu," kata salah satu beradal. 

"Di sini sepi apalagi jam segini, hahaha!"

"Aku tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuhnya yang harum ini!

"Mari kita puaskan hasrat kita, Bro!"

"Jangan ... jangan mendekat!"

Shofi meronta berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman dua brandal itu. Namun, tentu saja tenanganya kalah. Baju Shofi pun sobek, kedua berandal mabuk itu semakin ganas setelah melihat dada Shofi yang montok tertutup bra-nya.

"Lepaskan aku ...!"

"Aku mohon ...!"

"Tidak ...!"

Bersambung

Bagaimana nasib Shofi selanjutnya? Nantikan bab berikutnya ya gaes😘

Hai, gaes jumpa lagi sama Cean terima kasih sudah baca tulisanku, untuk memasukkan buku ini ke library klik tanda + ya dan jangan lupa tinggalkan kesan ente semua😘

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Firda Inayah
Ditunggu next-nya 🌹
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Brondong   23. Not Bad

    Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu

  • Suamiku Brondong   22. I Love You

    Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te

  • Suamiku Brondong   21. Sengaja

    Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih

  • Suamiku Brondong   20. So sweet

    Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach

  • Suamiku Brondong   19.Hari khusus

    Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe

  • Suamiku Brondong   18. Pikiran berkelana

    Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status