"Hallo, Cantik ...." Yudha menyapa perempuan di seberang telepon.
"Bagaimana keadaanmu di sana?" suara merdunya terdengar syahdu.
"Alhamdulillah ... tentu sangat baik, jangan kawatir, Sayang," ujar Yudha riang.
"Wah, sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga hatinya, hem?"
"Ohh, biasa saja, kok."
"Sungguh? Kalau begitu, aku akan segera pulang."
"Serius, nih? Atau hanya PHP doang seperi tahun-tahun sebelumnya?" Ada nada kecewa dalam ucapan Yudha.
"InsyaAllah, lusa ... Cinta, akan pulang. Tentu, aku ingin sekali mendengar keseruan kisahmu bersama si Dia."
"Wowowww."
"Cepet banget nih isu tersebar sampai ke London, hem?" tanya Yudha dengan senyum sinisnya.
"Tentu, dong. Cinta ... gituloh."
Yudha dan perempuan yang di panggil namanya Cinta itu tertawa bareng, tidak lama kemudia telpon diakhiri.
Tidak buang waktu Yudha segera menelpon Rio, sahabatnya.
"Rio, kamu di mana? Segera jemput aku!"
"Siap, Bos!"
Tidak berselang lama, Rio datang dengan mobil CR-V Merah. Yudha yang telah duduk manis menunggunya di teras rumahnya segera masuk kedalam mobil mewah itu.
"Segera ke kampus, aku dapat info target akan datang ke sana."
"Licin kayak belut target kita kali ini ya, Bos?"
"Iya! Aku hanya dengar namanya, belum tahu persis wajah, Dia."
"Hei, tukang ngadu! Kamu sudah Hebat sekarang ye?" Tiba-tiba Yudha menghakimi Rio. Belum sempat lelaki bertubuh kurus itu membela diri, Yudha pun berkata lagi.
"Kamu ngadu apa saja sama Cintaku, hah?" Yudha menatap Rio dengan tatapan membunuhnya.
"E-eh ... ti-tidak ada, Bos," jawab Rio tergagap ketakutan melihat wajah Yudha. Bisa habis Rio bila Yudha sudah marah, dalam hati ia terus berdoa keselamatan untuk dirinya.
"Kamu mau aku paksa atau ngomong sendiri, Rio?" Yudha melirik dengan ekor matanya.
"Ba-baik, a-aku la-langsung ngomong se-sendiri sa-saja."
"Hei! Sejak kapan kamu bicara jadi gagap gitu?"
Rio sungguh bingung dan menyedihkan. Di satu sisi Yudha adalah sahabatnya juga seniornya, di sisi lain Rio tidak bisa mengabaikan komunikasi dengan si Cinta. Keadaan Rio seperti buah simalakama, bila di makan mati Mak tidak dimakan mati Bapak, sungguh kasihan sekali.
Mobil yang disetir Rio mulai memasuki area parkiran kampus. Pembicaraan mereka berhenti, Rio menarik napas lega.
Yudha dan Rio turun dari mobil dan mereka berpencar menelusuri setiap ruangan di kampus. Saat Yudha melewati ruangan Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dia melihat seorang lelaki tak asing lagi baginya. Yaitu si juven kakak tiri, Shofi. Terlihat sedang berbincang khusus bersama pak Zainal.
Yudha lalu berjalan menuju ke arah kantin, ia ingin melihat pujaan hatinya."Hai, wanitaku. Gimana kabarmu, Hem?" tanya Yudha menghempaskan tubuhnya di atas kursi yang terbuat dari besi.
"Kabarku baik, seperti yang kamu lihat saat ini," sahut Shofi senyum simpul.
"Sayang, pesan kopi es satu!"
"Iya!" jawab Shofi singkat dan bergegas masuk ke dapur untuk menyiapkan pesanan Yudha.
Tak lama kemudian Rio pun muncul dari arah selatan kampus, lalu dia duduk berhadapan dengan Yudha.
Shofi, tampak cantik siang ini. Membuat Yudha terpana melihatnya, tentu pria macho seperti Yudha tidak akan melepaskan kesempatan berharga untuk menggoda wanitanya.
"Lepaskan tanganku, Yudha." Shofi pun memohon saat dia meletakkan kopi es pesanan lelaki rupawan itu di atas meja. Yudha langsung menggenggam tangan Shofi.
"Semakin kamu meronta semakin lama aku menggenggam jemarimu" ancam Yudha dilirik jengkel oleh Shofi.Tiba-tiba ... Gawai Yudha yang berada di atas meja berbunyi, lagu special pun terdengar begitu merdu. Di layarnya terlihat jelas sebuah nama CINTA PERTAMA, mata Shofi pun terbelalak menatap gawai Yudha.
CINTA PERTAMA? apakah aku salah lihat? Tidak mungkin, tetapi siapakah dia? Jadi apa maksud Yudha mengejarku? Eh, tunggu! kenapa aku cemburu ya? batin Shofi berkecamuk, hatinya mulai gelisah.
Bersambung ...Siapakah sang Cinta Pertama yang namanya ada di handphone Yudha? Apakah Yudha kembali kepada si Cinta Pertama? Nantikan kisah selanjutnya ya kakak semua, terima kasih 😘😍
Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu
Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te
Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih
Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach
Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe
Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan