Share

Affair

"Kenapa kamu ada di sini?"

Seiring dengan langkah kakinya, berbagai pertanyaan juga prasangka buruk hinggap di dalam benaknya. Tangannya refleks menaikkan kembali baju yang sempat diturunkan olehnya.

Wanita yang ada di hadapannya terlihat gelisah dalam diamnya. Bola matanya bergerak liar ketika tatapan Sydney begitu tajam mengarah padanya.

"Anggun-"

Sky menyambar kembali kemejanya, memakai secara tergesa, kemudian melangkah mengejar istrinya.

"Kita selesaikan masalah ini di rumah!" tandasnya.

Akan tetapi, Sydney yang biasanya selalu patuh apapun perintahnya, kini justru mengangkat tangannya- menghindar ketika dia hendak menggandengnya.

"Ok, tapi sekarang aku ingin tahu kenapa 'dia' ada di sini!" 

Bola mata indah berwarna almond itu kembali menatap wanita yang masih bertahan dengan diamnya, kemudian bergerak meneliti penampilan dari ujung kaki hingga tatapan keduanya bertemu.

"Yuan, ini pertanyaan terakhir dariku. Kenapa kamu bisa ada di sini? KENAPA KAMU BISA ADA DI RUANGAN SUAMIKU?!" bentaknya di kalimat terakhir.

Mata almond itu mengembangkan cairan bening. Sesak sekali dadanya, menyaksikan sahabat terbaik bersama suaminya bermain api di belakangnya. Meskipun tidak ada bukti yang cukup kuat, namun tidak ada urusan atau hal lain yang mengharuskan Yuan berada di ruangan Sky, kecuali memang mereka memiliki urusan yang tidak diketahui olehnya.

"Dney, aku bisa jelasin. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku dengan-"

"Apa? Ada apa antara kamu dengan suamiku?" tanya Sydney menyela dengan nafas memburu juga dagu yang terangkat menantang.

Sebenarnya tidak perlu dijawab, Sydney sudah mampu menyimpulkan sendiri apa yang sedang dilakukan Yuan di ruangan suaminya dengan pakaian- menurutnya, tak pantas dikenakan seorang perempuan lajang, apalagi di ruangan pria yang sudah beristri.

"Kita pulang!"

Jika dibiarkan, kedua wanita itu bisa saling menyerang satu sama lain.

Tanpa membuang waktu, Sky menarik Sydney yang terguguk keluar dari ruangannya.

Dante yang mengetahui bosnya keluar, dengan segera mengejar langkahnya dengan raut wajah cemas.

'Ya, Tuhan! Sepertinya di dalam sudah terjadi sesuatu. Bersiaplah bendera perang dunia kedua berkibar!' batinnya.

Di dalam lift, Sydney terus menepis tangan Sky yang berusaha meraih tangannya. Sudah terlambat bila Sky menyesali apa yang sudah terjadi dan berusaha menjelaskan padanya.

Sydney sudah muak dengan semuanya!

"Sebentar lagi kita sampai lobby, aku mohon kerjasamanya!" pinta Sky dengan tatapan teduh.

Cih!

Tanpa sungkan Sydney berdecih. Andaikan dia tidak mengingat pria brengs*k yang ada berdiri di sampingnya itu adalah suaminya, ingin sekali rasanya dia meludahi wajah Sky yang mengiba.

Wanita itu menghela nafas dalam, menyeka air matanya di depan dinding lift yang dilapisi kaca. Setelah memastikan riasan wajahnya tidak rusak, Sydney kembali menghadap ke depan.

Tring!

Pintu lift terbuka bersamaan dengan lengan Sky yang merengkuh pinggangnya juga senyuman melengkung sempurna di bibir mereka.

"Ini terakhir kalinya aku membantumu, setelah ini aku tidak sudi lagi menjadi topengmu! Jadi, ada baiknya kamu buang kebiasaan burukmu yang selalu mencari kesenangan di luar, paling tidak rapihlah dalam melakukannya!"

Sky mengangguk tipis diantara bibirnya yang tersenyum ketika mereka sampai di depan pintu yang masih dipenuhi awak media yang langsung menyerbu dengan berbagai macam pertanyaan.

Banyaknya awak media yang mengerumuni mereka, membuat keduanya terjebak di tengah-tengah. Tidak ada pilihan lain, Sydney dan Sky harus memberikan klarifikasi.

"Apa bener yang ada di video itu Mas Sky?"

"Bagaimana Mbak Sydney menanggapi pemberitaan ini?"

Sydney tersenyum sembari menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.

"Ya, yang ada di video itu benar kami, tapi kejadiannya tidak seperti yang diberitakan. Saya menarik Sky dari dance floor, karena memang kami harus segera pergi. Ada urusan mendadak. Terima kasih."

Wanita itu melirik sekilas ke arah Sky yang juga tengah menatapnya dengan tersenyum tampan, kemudian dia kembali menatap ke depan dan meminta para awak media untuk memberikan jalan pada mereka.

Sesampainya rumah, Sydney melangkah masuk ke dalam kamar. Dia butuh mengguyur kepalanya yang terasa begitu penuh dengan air dingin agar kembali segar.

"Anggun, kita harus bicara!"

Wanita itu meloloskan semua pakaiannya dengan posisi membelakangi Sky, kemudian melangkah dengan gontai masuk ke dalam kamar mandi.

"Berikan aku waktu untuk menenangkan diri juga pikiran, Sky!"

Di bawah guyuran air shower, wanita itu kembali menumpahkan air matanya. Dia menyugar rambut, menjambak di bagian belakang dengan kepala menengadah ke atas.

Apa salahnya?

Apa kurangnya?

Jika kesibukannya menjadi seorang penyanyi membuat Sky kesepian dan mencari kehangatan di luar, maka dia rela berhenti dari dunia yang telah membesarkan namanya.

Tapi, setidaknya Sky berbicara padanya, bukan memberitahunya dengan cara mengkhianatinya seperti ini!

"I'm so sorry."

Sepasang lengan kekar yang melingkar di pinggangnya disusul dengan hembusan nafas menyapu hangat lehernya cukup menyentak Sydney. Dia cukup terkejut dengan tindakan berani Sky- karena selama ini suaminya tak pernah melakukan hal ini, namun memilih untuk tetap tenang.

"Apa itu berarti kamu membenarkan prasangka aku? Kamu mengakui kalo memang diantara kalian ada affair?"

Hening!

Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut Sky. Dan hal itu membuat Sydney terkekeh sumbang sembari mengangkat tangan kirinya.

Menatap sendu ke arah cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya.

"Baru satu setengah tahun kita hidup bersama, Sky. Tapi, kamu dengan mudahnya berpaling pada perempuan lain yang- si*lnya perempuan itu sahabatku sendiri."

Wanita itu berbalik, sedikit mundur hingga membiarkan Sky yang berdiri di bawah guyuran air shower. 

"Aku tidak pernah mengkhianatimu, Anggun!"

Astaga!

Lalu, apa yang dilihat tadinya hanya kesalahpahaman?

Come on, Sydney bukan perempuan bodoh yang bisa dibodohi dengan alasan klise yang tak masuk akal. Dia bukan bocah ABG yang percaya saja semua bualan, hanya atas dasar rasa cintanya hingga buta untuk melihat realita yang terjadi.

"Bolehkah aku bertanya satu hal, dan aku minta jawab dengan jujur."

Sky berusaha meraih tangan sang istri, namun Sydney dengan lihai menjauhkan tangannya.

Wanita itu maju satu langkah, menatap setiap inci wajah yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Pria yang pandai mencuri hati dan pikirannya. Pria pertama yang juga menggoreskan luka yang begitu dalam di hatinya.

Sydney menaikkan kembali tangannya tepat di samping wajahnya. Dagunya yang runcing pun terangkat disertai tatapan berani.

"Sebenarnya siapa yang menyematkan cicin pernikahan di jari manis aku ini?"

Sky tak berani menatap ke arah tangan istrinya, dia justru menatap lurus ke manik mata Sydney yang memerah. Ini juga menjadi hal yang pertama dia lakukan setelah mereka menikah, menatap sang istri lebih dari lima detik.

Tersirat ketakutan yang begitu besar dari sorot matanya akan pertanyaan Sydney selanjutnya.

"Siapa kamu yang sebenarnya?"

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status