Share

Suamiku Bukan Kekasihku
Suamiku Bukan Kekasihku
Penulis: DeAnggraeni

Don't Touch Me!

[Sorry, Sydney. Aku melihat Sky di bar X, dia mabuk parah bersama para wanita penghibur. Sebaiknya kamu segera menyusulnya ke sana.]

Pesan dari Yuan yang membawa Sydney tengah malam harus pergi ke sebuah club. Beruntungnya dia memiliki asisten pribadi- Barel, yang selalu siaga untuknya.

Padahal dia baru saja tiba di rumah setelah manggung di luar kota, namun rupanya situasi belum mengizinkannya untuk beristirahat.

"Sampai kapan kamu akan bertahan dengan laki-laki macam suamimu itu? Padahal jika kamu melepaskannya, kamu bisa berdiri di kakimu sendiri. Kamu masih bisa hidup dengan baik tanpa dia!"

Barel tak mengerti dengan pikiran bos cantiknya itu. Sydney memiliki segalanya tanpa harus bergantung pada suami. Menurutnya, Sky tidak layak untuk dicintai begitu besar oleh Sydney yang sempurna.

Di matanya, Sky tidak lebih baik dari seorang pria yang tidak bisa menghargai ketulusan serta kesetiaan Sydney.

"Aku tidak akan sampai di titik ini tanpa dia, bagaimana pun kesuksesan yang aku dapatkan saat ini berkat support darinya. Aku tidak akan menyandang gelar 'penyanyi papan atas', bila dia mintaku hanya jadi ibu rumah tangga biasa. Setidaknya, dengan kesabaran aku membalas semua pengertian juga dukungannya."

Sosok suaminya bukanlah pria yang menuntut istrinya untuk berdiam diri di rumah. Sky membebaskannya untuk memilih jalan hidupnya. Saat Sydney memutuskan untuk menjadi penyanyi, Sky menjadi support system terbaik untuknya. 

"Dan aku berharap, kesabaran kamu bersambut baik. Kita sama-sama tahu bagaimana kelakuan buruk Sky sejak menikah denganmu. Aku sampai bingung sendiri ke mana perginya Sky yang dulu saat menjadi pacarmu. Sikapnya yang dulu sebelum menikah denganmu dan setelah menikah, itu ibarat bumi dan langit. Jauh sekali perbedaannya!"

Ya, jika mengingat pada hal itu, Sydney pun tak menyangkal pernyataan Varel. Sikap sang suami saat berpacaran dan setelah menikah, sangat jauh berbeda. 

Padahal saat berpacaran mereka begitu dekat seakan tidak ada sekat yang memisahkan mereka, namun setelah menikah keduanya seperti orang asing yang dipaksa oleh keadaan untuk hidup satu atap.

Mereka tinggal satu atap, namun seolah ada tembok besar tak kasat mata yang dibangun sangat kokoh oleh Sky. Satu tahun pernikahan, Sydney berusaha merobohkan tembok pemisah tersebut dengan berbagai macam cara, namun hasilnya nihil!

Setiap usahanya seolah menjadi sebuah bahan untuk menguatkan pondasi tembok yang dibangun oleh Sky agar semakin kokoh.

Mobil akhirnya masuk ke parkiran basement sebuah gedung yan menjadi pusatnya dunia malam. Bar, restoran, lounge, hotel, cafe, karaoke, semua tersedia di dalam gedung yang sama.

Setelah Barel memarkirkan mobil dengan sempurna, Sydney segera turun dan berjalan dengan tergesa masuk ke dalam gedung dengan menggunakan lift.

"Sky, sampai sekarang aku tidak pernah tahu alasan kamu menginjakkan kaki di tempat kayak seperti ini, apa semua karena aku yang terlalu sibuk sampai kamu cari kesenangan di luar?" gumamnya bermonolog.

Begitu masuk, hidung mancungnya langsung mengernyit kala indera penciumannya langsung disuguhkan dengan aroma alkohol yang begitu menyengat.

Pandangannya beredar mencari sang suami, hingga tatapannya terhenti pada sosok Sky yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya di dance floor dengan dikelilingi para wanita penghibur.

Tangannya menyentuh dadanya yang terasa sesak bagai terhimpit bebatuan besar.

"Aku berdoa semoga kesabaranmu habis malam ini," celetuk Barel dengan nada sinis.

Bagaimana bisa Sydney masih bisa sabar ketika di depan mata kepalanya sendiri Sky menjelajahi bibir para wanita itu secara bergilir.

"Seharusnya kamu berdoa untuk kesadaran suamiku, kamu justru berdoa habisnya kesabaranku!" keluh Sydney.

Wanita itu menyeka air mata yang terlanjur jatuh, kemudian menghela nafas dalam guna menata emosinya.

Barel terkekeh sinis, menatap jijik ke arah suami dari bos cantiknya sembari menggosok ujung hidung.

"Kalau pun dia sadar aku rasa percuma ...."

Sejenak pria berparas tampan itu menggantung perkataannya, menatap ke arah Sydney yang tengah menatapnya dengan penuh tuntutan.

"Kamu hanya mendapatkan laki-laki bekas banyak wanita penghibur," lanjutnya.

Sydney menggeleng pelan. Daripada mendengarkan perkataan Barel yang jelas memprovokasinya, dia memilih untuk melangkah ke dance floor.

Dengan menahan gempuran rasa sakit menyaksikan bagaimana Sky merengkuh bahkan menyatukan bibir dengan bibir dengan polesan lipstik merah dengan cara yang begitu mesra, Sydney menarik tangan pria itu dengan lembut.

"Ayo, pulang!" ajaknya dengan nada datar ketika Sky menoleh ke arahnya.

Pria itu tersenyum miring, tatapannya seperti seekor singa yang begitu lapar. Siap menerkam Sydney saat itu juga. Dengan langkah sempoyongan, Sky melangkah mengikis jarak diantara mereka.

"Apa hakmu mengatur hidupku, hah?" 

Sydney memalingkan wajah seraya menyeka air mata. "Aku istrimu, jadi aku berhak melarang apapun yang akan membuat rumah tangga kita hancur, Sky!"

Tanpa menunggu balasan dari Sky, dia memapahnya untuk segera keluar dari club dengan dibantu Barel.

Umpatan bahkan caci makian dari Sky mengiringi perjalanan mereka. Sydney hanya duduk dengan menunduk dalam, percuma juga dia membalas semua itu. Semua hanya akan sia-sia, berbicara dengan orang mabuk sama seperti berbicara dengan binatang. 

Sesampainya di rumah, Varel dengan sigap membantu Sydney menurunkan Sky dari mobil. Ketika mereka sampai di depan pintu ....

Hoek!Hoek!Hoek!

"Arrrgghhhhh, sh*t!" umpat Barel menggeram kesal.

Bagaimana tidak, bajunya penuh dengan cairan kuning yang keluar lagi dari dalam perut Sky.

Sydney dengan segera membuka pintu, lalu memanggil pelayan untuk membantunya memapah Sky ke dalam kamar.

"Sebaiknya kamu bersihkan diri di kamar tamu. Pelayan akan membawakan baju bersih milik Sky untukmu setelah membantuku."

Barel hanya mengangguk tanpa banyak bicara, dia berlalu ke kamar tamu. Sementara Sydney dan pelayan membawa Sky ke kamar yang ada di lantai dua.

Bruk!

Sydney berhasil menjatuhkan Sky di atas sofa, kemudian memberikan pakaian bersih untuk Barel pada pelayan.

Kembali air mata terjatuh ketika dia membuka satu persatu kancing kemeja. Di bagian dadanya banyak meninggalkan noda lipstick.

"Don't touch me, B*tch!" 

Dengan kasar Sky menepis tangan sang istri hingga tubuhnya ikut terhuyung. Dengan kepayahan pria itu berusaha duduk, menatap sembari menunjuk wajah Sydney.

"Jangan pernah berani kamu menyentuh tubuhku!"

"Kenapa?" Sydney mengangkat wajahnya. Mata indah miliknya menyiratkan luka yang begitu besar. Tangannya yang menempel di atas lantai perlahan terkepal erat.

"Kenapa hanya aku yang tidak boleh menyentuh, sementara kamu membebaskan wanita lain untuk menyentuhmu?!" desaknya dengan nada sedikit tinggi.

"Aku jauh lebih berhak, Sky! Aku istrimu!" teriak Sydney dengan nafas memburu.

Telunjuk Sky yang menunjuk ke wajah Sydney bergerak pelan. Dia tertawa campur berdecih, sesekali bersendawa dengan kerutan di kening yang begitu dalam.

"Karena, aku bukan ...."

Venus pun ikut mengerutkan keningnya dengan pikiran yang menerka-nerka kelanjutan dari kalimat yang menggantung itu. Tak biasanya dia begitu penasaran hingga tak sabar menunggu.

"Karena, aku bukan S-"

Bruk!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Umbara
cukup menarik, lanjutin siapa tahu cocok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status