Share

Ancaman Terselubung

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-05 15:07:44

Jantung Esme menghentak begitu keras, seakan hendak memecah rongga dadanya. Ia membuka mulut, bersiap untuk menjerit panik. Esme menduga sosok yang mendekapnya adalah pencuri atau penyusup, yang entah bagaimana berhasil masuk ke paviliun.

Namun, ketika ia menoleh, matanya bersirobok dengan sepasang iris abu-abu yang tampak familiar. Napas Esme terhenti sesaat.

Reinan.

Tubuhnya mendadak limbung, seakan kedua lututnya kehilangan tenaga. Ia menatap wajah sang suami dengan campuran lega dan kebingungan.

Benar, itu memang Reinan.

Tapi, mengapa suaminya tiba-tiba ada di sini? Bukankah beberapa saat lalu ia tertidur lelap setelah didera sakit kepala? Ataukah rasa nyeri itu kambuh lagi dan memaksanya terbangun?

Tangan Esme bergetar saat meraih lengan Reinan. “Lepaskan aku,” pintanya terbata.

Begitu Reinan melepaskan pelukannya, Esme buru-buru meraih alat bantu dengar yang tergeletak di meja. Ia menempelkannya ke telinga sambil menelan ludah, mencoba menenangkan napas yang masih tersengal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Penampilan Menawan

    Wina meneliti liontin emas berbentuk kunci itu sekali lagi. Matanya menyapu setiap detail ukiran halus berbentuk huruf G. Ada sesuatu yang ganjil, yang menusuk rasa ingin tahunya lebih dalam daripada sekadar godaan menjual benda tersebut.Bagaimana mungkin Esme, gadis tuli yang harus jungkir balik membiayai pengobatan ibunya yang renta, bisa memiliki barang semahal ini? Mungkinkah dia mencuri dari rumah orang kaya? Atau menemukannya tercecer di jalanan? Entahlah. Namun di mata Wina, segala kemungkinan itu tetap merujuk pada satu hal: Esme tak pantas memilikinya.Dengan gerakan pelan, Wina menempelkan liontin itu di lekuk lehernya, walau belum berkalung rantai. Dari pantulan cermin, kilau emas murni yang menempel di kulitnya tampak memancarkan aura elegan. Seolah menegaskan dirinya memang dilahirkan untuk hal-hal indah.Mungkin lebih bijak memastikan nilainya sebelum gegabah menjual. Setidaknya, ia akan tahu seberapa besar kemewahan yang pernah tersembunyi di tangan Esme.Tanpa membua

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Petunjuk yang Dirampas

    Sepasang mata Reinan bagaikan cermin yang memantulkan kebimbangan di hati Esme. Alis pria itu merapat, pertanda ia masih menanti jawaban yang tak kunjung keluar.Dalam hati, Esme membatin dengan getir. Jika Reinan tahu betapa kelam masa lalunya, apakah dia masih akan menatapnya seperti itu? Apakah mata yang indah tersebut akan berubah menjadi kecewa?Sambil menahan gejolak di dada, Esme akhirnya membuka suara, “Kak Fabian adalah dokter yang menangani Mama di rumah sakit.”Reinan mendengus kecil, lalu tangannya terulur menggaruk kepalanya yang jelas tak gatal sama sekali. “Kalau dokter, kenapa panggilnya ‘Kak’, bukan ‘Pak Dokter’?” tanyanya, dengan nada datar yang membuat Esme justru semakin merasa bersalah.“Karena aku dan Kak Fabian sudah saling mengenal sejak lama. Dulu rumah kami bertetangga. Dia adalah teman masa kecilku,” jelas Esme hati-hati, takut Reinan semakin salah paham.Reinan tampak diam sejenak, seakan mencerna penjelasan itu. Namun, tatapan matanya tak juga melembut. S

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Teman Laki-laki Lain

    Di tengah taman yang diselimuti kabut putih, Esme melihat ibunya sedang berdiri. Wajah lembut itu memandangnya penuh kerinduan. Bibirnya yang pucat bergetar memanggil tanpa suara.Tangan sang ibu terulur pelan, membawa setangkai mawar putih yang menjadi penawar duka. Namun, saat Esme hendak mendekat, ibunya melangkah mundur. Seorang pria dengan wajah samar menarik lengan ibunya dari belakang. Menyeret sosok rapuh itu menjauh ke dalam gelap yang pekat. Esme berlari, ingin meraih tangan yang selama ini selalu mendekapnya penuh kasih sayang. Akan tetapi, sepasang lengan lain mencengkeram tubuhnya dari belakang. Erat. Tak terelakkan. Ketakutan langsung membekukan nadi Esme kala pria asing itu merengkuh pinggangnya. Dengan suara bariton yang serak, ia berbisik. “Akhirnya, aku menemukanmu… Kamu sudah pernah menjadi milikku, dan mulai sekarang, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.”Tubuh Esme menggigil hebat, seakan seluruh raganya hendak runtuh. Ia meronta dengan panik, berusaha me

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Istri yang Dicampakkan

    Dengan kedua pipi merona, Esme menatap Reinan penuh ragu.“Kamu benar-benar mau dicium…seperti pangeran kodok?” tanya Esme memastikan. Suaranya hampir tenggelam oleh rasa malu. Dalam hati, ia tak bisa menepis keraguan yang tumbuh. Pengalaman sebelumnya membuat Esme waspada—Reinan sering mempermainkan perasaannya dengan tingkah polos yang tak tertebak. Siapa yang bisa menjamin malam ini sang suami tidak akan menggodanya lagi? Mungkin, saat ia sudah bersiap menuruti permintaan itu, Reinan akan tergelak dan membatalkan hanya untuk menggoda.Namun, kali ini Reinan mengembungkan pipinya dengan sungguh-sungguh. Matanya mengerjap, bagai anak kecil yang bersikeras mendapatkan hadiah. “Aku mau dicium,” jawabnya tegas bercampur manja. “Kalau nggak, aku nggak mau ikut kamu. Titik.”Esme menggigit bibir bawah, mencoba meredakan debar jantungnya. Perlahan, ia merunduk lalu mendekatkan ke arah Reinan. Jemari Esme yang gemetar menumpu di dada Reinan untuk menahan canggung. Saat jarak mereka han

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Syarat untuk Menjadi Lebih Pintar

    Mendengar Reinan memanggilnya dan bersiap hendak masuk, Esme sontak panik. Dengan tergesa, ia mendekat ke pintu, meraih kenopnya seakan itu pelampung penyelamat. Dengan suara parau, Esme berseru, “Aku baik-baik saja! Sudah selesai mandi!”Namun Reinan tak kunjung beranjak, malah bertanya dengan nada melengking yang terdengar penasaran.“Kalau sudah selesai, kenapa belum keluar?”Esme menggigit bibirnya sebelum menjawab. Meski Reinan tak bisa melihatnya, entah mengapa degup jantungnya semakin tak terkendali. “Karena…aku butuh bantuanmu,” balas Esme gugup.“Katakan saja apa yang perlu kubantu,” jawab Reinan.Dengan jemari gemetar, Esme menempelkan telapak tangannya di daun pintu. Ia berusaha memakai bahasa yang paling sederhana untuk menggambarkan benda yang dimintanya. Berharap agar Reinan bisa mengerti.“Tolong bukakan koperku… lalu cari benda berwarna putih. Bentuknya seperti bantal kecil, tipis dan dibungkus plastik bergambar bunga. Biasa dipakai oleh perempuan.”Suara Esme patah-

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Polos Tapi Meresahkan

    Mendengar pertanyaan Reinan yang seperti pengakuan samar, lidah Esme mendadak kelu. Kata-kata yang sedari tadi berkecamuk di kepalanya lenyap begitu saja. Ada desir hangat yang merayap di sela-sela keheningan, membuatnya tak sanggup menjawab.Namun, Reinan tiba-tiba menjentikkan jemarinya tepat di depan wajah Esme. Membuat gadis itu langsung tersentak dari lamunan.“Kenapa setelah tidur lama kamu jadi sering bengong?” tanya Reinan riang, seakan menemukan hiburan baru.“Padahal, menurut buku yang kubaca, orang yang sering melamun bisa melihat makhluk halus.”Tatapan Reinan berubah serius. Ia menekuk alis dan merendahkan suaranya, menekankan setiap kata dengan teatrikal. Jari telunjuknya terulur, mengarah ke jendela yang separuh terbuka di belakang Esme.“Apalagi di taman belakang,” bisiknya serupa desis, “kadang terdengar bunyi gemerisik ranting… lalu sekelebat bayangan hitam melintas, seperti ini&hel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status