Share

Obsesi Gila

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-09-05 23:09:26

Isabella menatap wajah Reinan dengan mata berkaca. Jemarinya yang pucat masih mencengkeram lengan pria itu, seperti takut jika Reinan tiba-tiba menghilang lagi.

“Kenapa semalam kamu pergi, Rein?” tanya Isabella dengan ekspresi sedih. “Apa kamu ingin menghindariku? Apa kamu keberatan kalau aku tidur di kamarmu?” cecar Isabella.

Reinan menunduk sedikit. Ia balas menatap Isabella dengan wajah polos, yang biasa ia gunakan untuk menyamarkan kecerdasannya.

“Nggak begitu, Bella. Aku sudah mengatakan semalam, kaamu boleh tidur di kamarku,”

Isabella menggeleng cepat, tatapannya memanas. “Tapi, kenapa kamu malah pergi bersama Esme? Seharusnya, kamu menemaniku sepanjang malam.”

Reinan tidak langsung menjawab. Ia bangkit sebentar, mengambil nampan di meja nakas yang masih penuh makanan tak tersentuh.

Dengan gerakan tenang, Reinan kembali duduk di samping Isabella sambil menyendok mashed potato yang masih mengepulkan aroma hangat.

“Makan dulu, tiga suap. Baru aku jawab pertanyaanmu.”

Isabella me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
nah looo....gimana rein menghadapi kegilaan Isabella
goodnovel comment avatar
Bella Rizky
isabella yg gila......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Obsesi Gila

    Isabella menatap wajah Reinan dengan mata berkaca. Jemarinya yang pucat masih mencengkeram lengan pria itu, seperti takut jika Reinan tiba-tiba menghilang lagi.“Kenapa semalam kamu pergi, Rein?” tanya Isabella dengan ekspresi sedih. “Apa kamu ingin menghindariku? Apa kamu keberatan kalau aku tidur di kamarmu?” cecar Isabella.Reinan menunduk sedikit. Ia balas menatap Isabella dengan wajah polos, yang biasa ia gunakan untuk menyamarkan kecerdasannya. “Nggak begitu, Bella. Aku sudah mengatakan semalam, kaamu boleh tidur di kamarku,”Isabella menggeleng cepat, tatapannya memanas. “Tapi, kenapa kamu malah pergi bersama Esme? Seharusnya, kamu menemaniku sepanjang malam.”Reinan tidak langsung menjawab. Ia bangkit sebentar, mengambil nampan di meja nakas yang masih penuh makanan tak tersentuh. Dengan gerakan tenang, Reinan kembali duduk di samping Isabella sambil menyendok mashed potato yang masih mengepulkan aroma hangat.“Makan dulu, tiga suap. Baru aku jawab pertanyaanmu.”Isabella me

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Cepat Pergi, Cepat Kembali

    Reinan menatap istrinya lekat-lekat, seolah ingin membaca isi hatinya yang terdalam. “Esme, kamu mendengar semuanya, kan?Esme mengangguk pelan. “Iya, aku mendengarnya.”Melihat kebimbangan di mata Reinan, Esme meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat. Ia yakin sang suami sedang mengalami dilema, antara keinginan menolong Isabella, tetapi juga khawatir membuatnya salah paham.“Pulanglah dan bantu Isabella, Rein. Dia teman masa kecilmu, pernah sangat dekat denganmu. Mungkin dia sangat kecewa karena kamu pergi tiba-tiba semalam,” tutur Esme. “Hanya kamu yang bisa membujuknya."Sorot mata Reinan meredup, tergores rasa bersalah dan kagum sekaligus. Tangannya terulur membelai pucuk kepala Esme dengan penuh kelembutan, seperti ingin mengabadikan kebaikan hati itu di dalam dirinya. “Kamu memang pantas menjadi Cinderella-ku,” tuturnya lirih. “Hati sebaik ini… hanya kamu yang punya.”Reinan merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam berkilau dari dalam dompet

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Pulanglah Sekarang!

    Pagi itu, Esme terbangun oleh aroma manis vanila yang hangat. Lalu, dalam kondisi setengah sadar, ia merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Tatkala membuka mata, wajah Reinan sudah begitu dekat. Pria itu memberikan ciuman, seolah ingin membangunkannya dengan cara paling indah di dunia.Esme mengerjap, kaget sekaligus malu. Tubuhnya refleks terbangun, tetapi seketika ia tersadar, tak ada suara yang bisa ditangkap telinganya. Dunia terasa sunyi.Reinan justru tersenyum hangat. Dengan penuh kesabaran, ia memasangkan alat kecil di kedua telinga Esme. "Aku sengaja melepasnya semalam, supaya kamu bisa tidur dengan tenang," tuturnya lembut sambil menyentuh bibir Esme sekali lagi.Wajah Esme merona. Ingatannya langsung melayang pada malam panas yang mereka habiskan, di mana jiwa dan raganya telah benar-benar ia serahkan pada Reinan. Sebelum Reinan menggodanya, Esme menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut, ingin bersembunyi dari tatapan pria itu.Namun, Reinan tak memberi celah. Ia menyiba

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Kupasrahkan Diri dalam Dekapanmu

    Mendengar tawaran tak terduga dari bibir Esme, Reinan berbalik perlahan, seakan ingin memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Ia menatap wajah mungil sang istri yang terlihat berani sekaligus rapuh.Saat tatapan abu-abu itu menancap padanya, Esme hampir tak bisa bernapas. Ada bara hasrat yang berpendar di mata Reinan. Sorot itu bagaikan lingkaran api, mengurung Esme tanpa memberi jalan untuk lari.Wajah tampan Reinan terukir oleh bias cahaya redup lampu nakas, menambah aura misterius sekaligus menggetarkan. Senyum tipis yang muncul di sudutnya justru membuat Esme semakin berdebar. Mustahil ada wanita yang sanggup bertahan, bila ditatap penuh damba oleh seorang pria seindah itu. Dalam diam, Reinan bergeser mendekat, hingga jarak di antara mereka kian menipis. Esme merasa seluruh pertahanannya runtuh dalam sekejap. Degup jantungnya terdengar jelas di antara hening kamar.“Kalau aku menerima hadiahmu, kamu nggak bisa menariknya kembali,” tutur Reinan dengan suara rendah.Kepala Esme

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Aku Hadiahmu

    Lenguhan lirih dari bibir Esme membuat senyum Reinan merekah. Senyum itu tidak dingin, melainkan senyum seorang pria yang menemukan kepuasan, saat melihat betapa mudahnya ia meruntuhkan pertahanan sang istri.“Gambarmu mulai melenceng,” lirih Reinan tenang, seperti guru menggambar yang menegur muridnya. Tatapan Reinan pura-pura lugu, penuh kepolosan yang justru membuat Esme semakin salah tingkah..“Apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu, hm? Sampai bersuara begitu?”Esme mengerucutkan bibir, menahan malu sekaligus dongkol. Ia tahu betul Reinan sengaja mempermainkannya. Untuk menutupi rasa kalut, Esme menggigit bibir erat-erat, bertekad tidak akan lagi kehilangan kendali.Meski begitu, tubuhnya masih bergetar setiap kali Reinan bergerak perlahan. Membuat perhatiannya terbelah antara goresan pena dan gejolak yang sulit ia jinakkan.Dengan sisa tenaga yang terkumpul, Esme akhirnya berhasil menuntaskan gambarnya. Napasnya tersengal saat ia menyerahkan kertas itu.“Sudah selesai.”Rein

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Duduklah di Pangkuanku

    Mobil yang dikemudikan Kailash meluncur mulus, menembus jalan raya yang diterangi lampu-lampu malam. Di kursi belakang, Reinan duduk bersandar dengan tenang. Ia baru saja mematikan ponselnya, lalu memberi instruksi singkat pada Kailash.“Cari restoran yang menjual makanan berkuah, Paman.”Kailash mengangguk. Tanpa banyak bicara, ia melajukan mobil hingga berhenti di depan sebuah restoran yang ramai.Reinan turun lebih dulu, lalu ia berputar dan menarik tangan Esme agar mengikutinya. Esme hampir tersandung karena langkah Reinan yang tergesa, jantungnya semakin berdebar. Sejak tadi pikirannya hanya dipenuhi satu hal, hukuman apa yang akan diberikan Reinan.“R-Rein,” panggil Esme parau. “Apa aku akan dihukum di sini? Di restoran ini?” Pertanyaan konyol itu lolos begitu saja, menandakan betapa gugup dirinya saat ini.Reinan pun menoleh ke arah Esme. Sudut bibirnya melengkung, membentuk seulas senyum samar. “Kamu pasti belum makan. Jadi, kenyangkan dulu dirimu supaya bisa menjalani hukum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status