Share

Bab 3

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2024-08-12 09:41:52

Setelah perdebatan besar itu, tibalah hari dimana Rafael dan Dewi menikah. Sebuah resepsi dilaksanakan dengan meriah.

“Sangat cantik ya anak Pak Adi ini,” bisik seseorang.

“Iya, sangat berbeda dengan anak sulungnya yang sangat sombong itu!” timpalnya.

Ann hanya berjalan dengan Sena di sampingnya, ingin sekali menjambak rambut dua tetangga nyinyir itu. akan tetapi, sebuah masalah besar akan terjadi jika ia melakukan hal itu. Kini ia harus lebih sabar, karena setiap ucapan itu akan tertutupi dengan kenyataan bahwa Dewi telah hamil.

“Ann, biarkan saja,” bisik Sena lirih.

Sepanjang acara berlangsung, Ann memilih duduk di kursi ditemani Sena. Meski sesekali pria itu sibuk mmebantu pelayan, atas permintaan Ratih.

‘Dia ini bodoh atau tidak tahu diri sih?’ gumam Ann dengan menggerutu.

Ia sangat kesal dengan tingkah suaminya itu, terlalu tenang sampai Ann yang geram sendiri. Sudah beberapa kali ia mengingatkan, namun seperti radio rusak.

“Sena, stop! itu bukan tugasmu, kau ini tamu bukan pelayan,” gertak Ann keras.

“Tidak apa-apa, Ann. Ini juga untuk membantu mereka yang mulai kewalahan,” jawabnya dengan memberikan sebuah kecupan manis pada kening istrinya.

Kaget!

Untuk ke dua kalinya setelah akad nikah, tanpa ragu Sena mengecup kening Ann. Perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Mendadak malu dengan perasaan menggelitik dalam dirinya.

“Sudah ya, jangan marah,” bisiknya.

Di hadapan banyak orang, ia melakukan itu tanpa malu. Di sisi lain, Dewi menatap Rafael dengan penuh harap.

“Mas, gak mau cium aku juga?” tanyanya lembut.

“Apa sih, Dewi? Puas kamu sudah membuat aku seperti ini?” hardik Rafael keras.

Ia dengan terpaksa menikahi Dewi, meski ia masih berharap Ann mau kembali dengannya. Kebodohan apa yang sudah ia lakukan. Sudah mendapat berlian malah mengambil tahi ayam.

“Mas, kita nanti honeymoon ke mana?” tanya Dewi dengan antusias.

“Aku sibuk, Dewi!” tegasnya.

Di pelaminan, ke duanya terlihat sibuk bertengkar. Dari kejauhan, Ann hanya bisa tersenyum tipis, semua harapannya menikah dengan kekasih harus buyar begitu saja. Sia-sia sudah hubungan 3 tahun itu.

“Ann, ayo!” ajak Sena.

Ann mendongak pada sumber suara, buyar sudah lamunan singkatnya. Di hadapannya, Sena sedang menatapnya dengan seksama. Manik mata teduh dan menenangkan miliknya seolah membuat Ann lebih tenang.

“Ke mana, Sena? Aku sedang malas bertemu dengan orang-orang, aku duduk saja di sini,” pungkasnya.

“Kita pulang ke rumah saja, wajah kamu terlihat pucat. Nanti biar aku yang bilang ke Pak Adi,” ungkap Sena dengan menggandeng tangan Ann.

Saat itu, tanpa penolakan Ann mengikuti langkah kaki Sena, terlalu lama ada di antara orang-orang palsu hanya membuat kepalanya sakit.

“Kamu mau makan, Ann?” tanya Sena.

Hanya gelengan kepala yang diberikan Ann sebagai jawaban, sepanjang jalan pulang ia hanya diam. Sedih dan perasaan aneh bercampur dalam dirinya.

“Kenapa Rafael tega melakukan itu ya? Apa dia lupa hubungan kami sudah 3 tahun lamanya,” tanya Ann dalam hening.

Mendengar itu, Sena hanya tersenyum.

“Ann, kamu tahu kenapa semesta menunjukkan hal itu sebelum menikah?” tanya Sena.

Ann kembali menggeleng, malas rasanya harus menjawab pertanyaan Sena.

“Karena semesta ingin memberikan tanda agar kamu tidak salah melangkah, mungkin kamu bisa berencana dengan keras. Tapi tidak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia selain Tuhan, singkatnya Tuhan menjagamu dari pria brengsek seperti Rafael,” paparnya.

“Dan mengirimkan lelaki baik sepertimu gitu, Sena? Aduh, aku bukan wanita yang suka mendengar gombalan!” hardik Ann.

Sena hanya diam, tidak lagi mengatakan sepatah kata. Hanya fokus pada jalan di hadapannya, hingga mobil itu berhenti tepat di depan rumah.

“Ann, silakan turun,” ucap Sena.

Satu dua langkah pelannya mulai memasuki rumah, namun, tanpa sadar ia limbung begitu saja. Pusing yang menyeruak dalam kepalanya, membuat Sena segera meraih Ann dalam gendongannya.

Samar, ia melihat raut wajah panic Sena yang tercetak jelas, hingga ia tidak lagi sadar.

“Ann … bangun! Panggilkan dokter,” serunya keras.

Ann dibaringkan di sisi sofa di ruang keluarga, dokter tidak kunjung tiba.

“Udah manggil dokter belum sih, dia pingsan loh!” pekik Sena keras pada seorang pembantu.

“Ma-maaf, Mas Sena. E… bapak menolak mendatangkan dokter,” jawab pembantu paruh baya itu.

“Bajingan!”

Dengan tergopoh Sena menggendong Ann, membawanya pergi ke luar untuk mencari taxi.

“Mas, Nona Ann mau di bawa ke mana?” tanya pembantu itu.

“Kau diam saja, dia istriku. Kau tidak berhak menghalangiku membawa istriku ke mana pun aku mau,” pekik Sena.

Luapan amarah yang masih berkumpul dalam benaknya, meski terlihat tenang. Ia sama sekali tidak tenang.

“ta-tapi, saya harus menjawab apa pada bapak?”

“Itu urusanmu!” pekik Sena.

Seraya taxi itu berhenti tepat di hadapannya, melaju meninggalkan kawasan rumah Adi. Sepanjang jalan, Sena menahan dirinya, marah dan kesal yang bercampur emosi.

“Jika aku tahu kamu tidak bahagia, aku sudah membawamu dari lama, Ann,” gumam Sena lirih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 98

    "Sena aku ragu," ucap Ann saat tiba di dekat rumah Adi.. "Mau sampai kapan ragunya, Ann? Ayah pasti merindukan anaknya. Kita datang bersama, tidak peduli apa kata Bu Ratih tentang aku," terang Sena dengan yakin. "Tapi, Sena ... ayah tidak tahu aku hamil dan ..," Ann menghentikan ucapannya. "Hust, kamu tidak hamil di luar nikah. Ini anak kandung kita, entah diterima atau tidak oleh Pak Adi. Kita hadapi bersama," Sena menggenggam tangan Ann dengan erat. "Oke." Tibalah ke duanya di halaman rumah Adi, sosok pria paruh baya yang cukup lama tidak Ann lihat. Sepasang mata yang menatap dengan tidak yakin. "Ann, kamu kembali, Nak?" tanya Adi berseru. "Iya ayah." Ann mendekap ayahnya dengan erat, merengkuh tubuh tua yang cukup lama ia tinggalkan. Sama halnya Sena, Adi adalah alasannya untuk tetap yakin dengan hidupnya. "Ini?" sebelah tangannya menunjuk bayi laki-laki yang sedang lelap. "Anakku dengan Sena," ucap Ann. Sempat diam dengan penuh keterkejutan, Adi m

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 97

    Hari yang paling ditunggu Sena telah tiba, kini ia tiba di desa tempat Ann tinggal. "Selamat pagi, Ibu," sapa Sena pada Ratmi yang sedang berjemur dengan Cakra. "Aduh, kamu sudah datang saja. Cucuku ini harus lekas berangkat dong!" keluh Ratmi. "Tidak, Bu. Masih besok pagi," timpal Sena. Ratmi mengangguk, di atas stroller Cakra terlelap dengan sangat tenang. "Nduk, panggilkan Mbak Ann!" pinta Ratmi pada Ratna. "Iya, Buk." Tidak berselang lama, Ann keluar dari rumah. Matanya berkaca-kaca melihat Sena berdiri di samping stroller. "Kita akan pergi besok 'kan? Sekarang ijinkan aku quality time bareng Bu Ratmi dan Ratna ya. Aku pengen mengajak mereka berbelanja dan makan enak," pinta Ann. "Iya, berangkat saja. Apa kamu perlu kutemani?" tanya Sena. Ann menggeleng. "Tapi, Sena. Aku butuh sopir untuk menyetir, tapi sepertinya mengajakmu tidak masalah," ucap Ann meralat. "Bersiaplah, aku akan menjaga Cakra," Sena mengusap pelan lengan anaknya. "Oke." Se

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 96

    "Kerja bagus, Arka. Belikan tiket pulang pergi," tegas Sena. "Anda dalam waktu dekat tidak ada perjalanan bisnis, Tuan," Arka sempat termangu sejenak. "Menjemput istri dan anakku, memang bukan perjalanan bisnis," terang Sena. Arka tergelak sejenak, menatap Sena dengan penuh tanya. sebenarnya apa yang terjadi pada pertemuan Tuan dan Nonanya itu? "Anak yang mana, Tuan? Memangnya Nona Ann sudah lahiran?" berondong tanya Arka. Sena mengangguk. "Tuan, kenapa Anda diam saja? kenapa tidak mengumumkan kalau Nona Ann sudah melahirkan anak. Parah sih, bagaimana bisa Anda diam seperti itu!" gerutu Arka dengan penuh kekesalan. Ini hal yang tidak Sena sukai, Arka selalu ingin tahu banyak hal. Bahkan dia sangat oversharing terkadang. "Jangan katakan pada siapa pun, sebelum Ann benar-benar kembali ke rumah. Atau kau akan mendapatkan masalah!" tegas Sena. "Ba-baik!" *** "Kangen banget sama Ann," gumam Lena. Dia gadis yang kini duduk di sudut cafe, menikmati sore har

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 95

    Pada detik-detik yang menegangkan, kontraksi yang kian terlihat jelas. Mau tidak mau bidan mengambil tindakan. Sena yang kini memasuki ruangan, melihat Ann merintih kesakitan. "Nona Ann, kita berjuang bersama ya, saya akan memberi aba-aba," ucap bidan dengan lembut. Di samping Ann, Sena mengusap pelan kening istrinya. Sesekali ia mengusap keringat yang keluar, dan membantu bidan menyampaikan aba-aba. Suara tangisan bayi yang memecah ramai suara rintihan Ann. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang sangat lucu. "Syukurlah, bayinya lahir dengan kelamin laki-laki. Selamat Nona Ann dan Tuan Sena," ucap Bidan dengan membawa bayi itu untuk dibersihkan. Ann masih menggenggam erat tangan Sena, membiarkan pria di sampingnya itu luruh dalam perasaan campur aduknya. "Sayang, terima kasih banyak. Maafkan kesalahanku," bisik Sena lembut di telinga Ann. Sejenak mengingat keterangan Sena, ia merasa salah besar. Apakah ia berdosa sudah marah pada suaminya? Yah, Ann merasa gaga

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 94

    Pulang tanpa membawa apa-apa, untuk urusan pekerjaan Sena dan Arka kembali ke kota. Membawa duka dan kesal yang mendalam. "Kita akan meninggalkan Nona Ann di sini, Tuan?" tanya Arka seraya memasukkan kopernya ke mobil. "Ya, kita tunggu saja. Selesaikan dulu yang di kota, lalu biarkan aku kembali di sini," terang Sena. "Tuan? Benarkah Anda akan datang ke sini sendiri?" tanya Arka kembali melempar tanya. "Kau!" pekik Sena. Arka tergelak, tidak biasanya ia mendengar amarah tuannya. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Sena hanya diam. "Arka, berikan nomor Bu Ratmi," tegas Sena. "Untuk apa, Tuan?" tanya Arka dengan mendongak. "Berikan padaku!" seru Sena. Arka langsung memberikan nomor Bu Ratmi. Tidak lama, Sena menjauh meninggalkan Arka. "Halo," sapa Sena. "Siapa?" tanya Ratmi di seberang. "Saya Sena, Bu. Boleh mengobrol dengan Ann sebentar?" tanya Sena dengan lembut. Helaan nafas panjang terdengar samar di sambungan telepon. "Ada apalagi, Sena? B

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status