Beranda / Romansa / Suamiku Dosen Killerku / 1 Telepon dari sang ayah

Share

Suamiku Dosen Killerku
Suamiku Dosen Killerku
Penulis: Suara aksara

1 Telepon dari sang ayah

Penulis: Suara aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-19 13:21:35

"Pak Damian tunggu!"

Teriak seorang gadis yang tengah berlari dengan setumpuk kertas ditangannya, berusaha mengejar langkah kaki Dosen didepan. Nafasnya tersengal-sengal karena lelah berlari disepanjang lorong kampus. Sedangkan sang dosen menghiraukan teriakan darinya.

Mendengar suara teriakan yang melengking, beberapa mahasiswa mulai tertarik perhatiannya. Mereka seperti sudah terbiasa dengan kelakuan Azura yang selalu berisik ketika bertemu Dosennya itu, Damian. Cukup berani untuk mahasiswa yang berhadapan dengan Dosennya sendiri.

Gadis itu bisa melihat, dosen yang sangat dia benci akan memasuki ruangannya. Kaki jenjangnya kembali melangkah dengan cepat, menimbulkan suara hentakan sepatu memenuhi lorong. Namun naas nasib sial selalu berpihak padanya. Pintu itu dibanting cukup keras oleh dosen itu tanpa membiarkan dirinya masuk kedalam.

Dia meremas tangannya geram melihat kelakuan pria itu. "Dasar Dosen gila! Mimpi apa gue semalam punya dosen monster kek gitu."

Gadis itu mengatur ritme nafasnya, dirinya cukup kesal akan kelakuan pria tidak punya hati seperti dosennya itu. Kalau bukan masalah nilai, malas rasanya ia berhadapan dengan pria arrogan itu. Lalu ia melangkah mendekati pintu melihat dari celah kaca Dosennya tengah duduk dengan laptop dimeja dengan serius.

"Gue harus nyerahin tugasnya, bisa mati gue kalau harus ngulang tahun depan." Setelah banyak pertimbangan. Azura mengangkat tangan dan mengetuk pintu pelan. Gadis itu mencoba menetralkan detak jantungnya sendiri.

Setelah mendengar sahutan dari pria didalam, gadis itu segera mendorong pintu dengan perasaan khawatir. Rasa takut mendominasi tubuhnya seperti sedang berhadapan dengan monster yang cukup berpengaruh di kampus. Rasanya cukup mendebarkan berhadapan dengannya.

"Maaf Pak mengganggu waktunya, saya ingin memberikan tugas yang kemarin belum dikumpulkan. Saya harap bapak bisa menerima tugas saya pak."

Gadis itu menyerahkan makalah yang sudah ia bawa ke hadapan dosen. Tangannya sedikit gemetaran antara takut dan nervous. Keringat dingin terasa ditubuhnya sekarang, menanti reaksi dari pria didepannya itu.

"Tugas itu udah lewat, saya tidak akan menerimanya sekarang. Keluar saya sibuk!" usir pria itu tanpa melihat ke arah anak didiknya.

"Saya mohon Pak. Terima tugas saya, semalaman saya ngerjain tugas ini masa ga di terima." Menatap pria di depannya dengan muka semelas mungkin.

"Itu urusan kamu, kemarin waktu pengumpulan kamu malah kemana?"

"Ya kan saya kemarin ada urusan jadi gabisa datang Pak. Ayo dong sekali ini aja terima tugasnya." Dia mengeluh dengan wajah memelas berharap tugasnya bisa diterima.

"Udah telat. Sana keluar saya banyak kerjaan!"

"Yah Pa, gaada toleransi kah? nih liat mata saya sampe kaya panda ini begadang ngerjain tugas Bapak." Gadis itu mendekatkan muka ke hadapan dosennya.

Dosen itu mensejajarkan wajahnya dengan gadis di hadapannya. Memiringkan wajahnya dan menatap lekat wajah polos tanpa make up dengan lingkaran hitam di matanya. Namun tak menghilangkan kesan manis gadis itu.

"Lebih mirip hantu daripada panda," ejek dosen itu padanya. Dengan senyuman tengil yang sangat menyebalkan dimatanya.

"Hah, gadis secantik ini masa disamain sama hantu,, yang bener aja Bapa ini," gerutunya dengan raut wajah cemberut.

"Percaya diri sekali kamu ini. Udah sana! Waktu saya terbuang gara-gara kamu. Tidak ada toleransi buat mahasiswa yang lelet seperti kamu." Pria itu kembali pada posisi awal, menatap laptop di depannya itu. Tanpa menghiraukan gadis didepannya.

Gadis itu menatap tajam dosennya. " Dasar dosen sialan!" makinya dalam hati. Dia langsung keluar ruangan tanpa menoleh ke belakang. Mood-nya udah berantakan dari rumah, ditambah lagi berhadapan dengan Dosen yang membuatnya Frustasi.

Azura Queenara nama gadis tersebut. Seorang mahasiswi akhir semester di fakultas komunikasi. Dengan kecantikan dan kepintarannya membuat ia jadi primadona di kampusnya. Dia juga memiliki reputasi yang baik dimata dosen-dosen.

Namun, tidak dengan salah satu dosen di kampus. Damian Mahendra nama dosen muda yang terkenal akan ketegasannya. Dosen dengan ketampanan membuat banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya. Namun tidak untuk Azura, menurutnya Damian itu sangat arrogant dan sangat killer. Apalagi setelah kejadian beberapa menit yang lalu, membuatnya semakin tidak menyukai Damian.

Azura menghentakkan kaki melewati koridor menuju kelasnya. Di sepanjang jalan ia menyumpah serapah atas kelakuan dosen killernya itu. "Bisa kebawa gila gue ngadepin kelakuan monster menyerupai dosen itu." Mahasiswa lain yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala pada tingkah laku Azura yang terbilang berani itu.

Disela perjalanan menuju kelas. Ponsel Azura berbunyi dengan nyaringnya. Menghentikan langkah kakinya. Azura segera mengambil ponsel di saku celananya. Setelah melihat nama yang tertera di ponsel. Dia menatap ponselnya dengan heran, tidak biasanya sang Ayah nelpon saat ia berada di kampus.

Azura menghela nafas, perasaannya sudah tidak enak saat Ayahnyanya tiba-tiba menelponnya. Dia berharap tidak ada masalah baru yang akan terjadi. Azura segera mengangkat panggilan telepon dari sang Ayah.

"Hallo, kenapa Yah?" tanya Azura.

"Kamu dimana? Pulang sekarang. Tidak ada bantahan ayah tunggu kamu di rumah sekarang." Suara tegas sang ayah menandakan ada hal penting yang mungkin akan terjadi. Sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh ayahnya.

"Lah, langsung dimatiin. Gue kan belom ngomong apa-apa. Tapi, gabiasanya Ayah ngomong serius kek gitu. Kira-kira ada apa ya?"

Entah bertanya pada siapa, Azura mengetuk jari pada kepalanya seolah sedang berpikir apa yang akan terjadi. Namun, tidak ada waktu untuk berpikir Ayahnya pasti benar menunggunya dirumahh padahal ada satu kelas lagi yang harus ia hadari. Tanpa pikir panjang Azura memberitahu temannya untuk mengabsennya di kelas.

Setelah itu Azura mutar balik menuju parkiran. Dirinya sudah sangat penasaran apa yang akan terjadi kedepannya.

***

Setelah sampai Azura bergegas memasuki rumah, Namun perhatiannya teralih saat melihat orang dirumahnya sedang sibuk dengan kerjaannya masing-masing. "Wah ada apa nih, kok pada sibuk semua?" tanya Azura saat melihat pelayan menyiapkan makanan yang begitu banyak.

"Eh, Neng Azura sudah pulang? Bapak sama ibu udah nunggu daritadi di ruang tamu," ucap salah satu wanita paruhbaya disana. Tanpa menghiraukan pertanyaan dari anak majikannya.

Azura menggaruk kepala gatal. Merasa bingung akan keadaan rumahnya. Dia bergegas menemui sang Ayah. Pasti ini ada hubungan dengan dirinya.

Ayah Azura sedang membaca koran, ditemani secangkir kopi di meja. Di sampingnya terdapat wanita paruhbaya yang tidak lain ibu sambung Azura. Sejak tadi mereka hanya terdiam tidak banyak kata.

"Akhirnyaa kamu pulang juga Azura. Ayah sudah nunggu kamu daritadi, ayo duduk dulu. Ada hal penting yang ingin Ayah bicarakan sama kamu."

Suara berat terdengar menyapa, memenuhi ruangan begitu menginjakkan kakinya ke dalam. Sosok pria paruh baya yang duduk menyambut kedatangan anak gadisnya.

Azura duduk mengikuti perkataan ayahnya. "Ayah, sebenernya ada apa? kaya mau ada pesta aja. Banyak makanannya." Azura bertanya, dia cukup penasaran atas apa yang akan terjadi.

Pria itu tersenyum, saat melihat raut wajah kebingungan putrinya. "Ayah akan jodohkan kamu dengan anak temen Ayah. Ayah harap kamu tidak menolaknya," ucap pria itu dengan santainya. Perkataannya seolah-olah tidak bisa dibantah sama sekali.

Azura terdiam di tempat. Berusaha mencerna ucapan dari Ayahnya. "Apa?! Dijodohin? Ayah engga lagi bercanda, kan? Kenapa dadakan kayak gini?" ucapnya saat memahami apa yang dikatakan ayahnya.

Sedangkan sang ibu hanya terdiam ditempat. Dirinya tidak berkuasa ikut campur dalam hal ini. Dia hanya Ibu sambung untuk Azura.

"Iyaa lah, kalau Ayah bilang di telepon tadi. Kamu bakalan nolak, terus kabur Ayah tau ide licik kamu."

Azura tidak bergeming, hidupnya seakan hancur setelah mendengar perkataan ayahnya. Ini terlalu cepat terjadi, ayahnya sangat pintar merencanakan semuanya.

"Ayah kan sayang a-"

"Udah jangan banyak drama Azura. Kamu harus nerima semua ini, kalau tidak Ayah akan sita semua fasilitas kamu. Termasuk si Monkey kamu itu." Pria itu mengancam anaknya untuk menerima semuanya.

Azura melebarkan matanya. "Mony Ayah, bukan Monkey? Tapi kan aku masih kuliah gimana sih." Azura tidak terima nama mobil kesayangannya diubah oleh Ayahnya.

"Jangan banyak alasan Azura?! Sekarang masuk kamar, siap-siap dandan yang cantik. Nanti malam calon mantu beserta keluarganya berkunjung. Nanti Ibu kamu akan membantu buat nyiapin semuanya."

Azura tersentak di tempat mendengar perkataan ayahnya. Kenapa mendadak sekali? Ayahnya seperti sedang diburu oleh waktu. Apalagi katanya Malam ini ayahnya sudah gila sepertinya.

"Apa, Malam ini?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Dosen Killerku    45 adu mulut

    Di luar rumah bernuansa minimalis, terlihat dua mobil memasuki bagasi rumah dengan cepatnya. Mereka pun keluar dari mobil secara bersamaan, seperti ada hal yang mendesak yang mengharuskan mereka harus cepat sampai ke dalam. "Lah, lo juga ke sini Dev?" tanya Bima saat melihat besannya baru saja keluar dari mobil bersamaan dengannya. Sedangkan pria paruhbaya itu tersentak karena tidak menyadari keberadaan temannya itu. "Astaghfirullah lo ngagetin gue terus sih, Bim. Untung aja jantung gue masi normal," omel Devan tanpa menjawab ucapan dari Bima. Pria paruhbaya itu memang sedikit cerewet. Membuat Bima yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas sabar. "Diem lo Dev gausah ngomel kayak emak-emak, ayo masuk udah ditungguin di dalam. Gue gamau ya gara-gara lo, guetidur diluar. Kalau mau ngomel sana sama mobil lo aja." Kesabaran Bima setipis tisu sekarang. Dia benar-benar lelah akan pekerjaannya ditambah oleh ocehan besannya itu membuat kepalanya ingin meledak seketika. Suara pintu terde

  • Suamiku Dosen Killerku    44. Sidang masalah 1

    "Bunda gak habis pikir sama kalian!" omel Kirana saat kedua anaknya telah tiba di ruang tamu yang ada di rumah Damian. Rencana ingin membahagiakan diri malah di buat kaget dengan tingkah kedua anaknya itu. Dia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi di rumah ini sampai-sampai mereka pisah kamar. Padahal niat mereka menyuruh pindah rumah supaya lebih dekat malah kaya gini. "Kenapa si Kir?" tanya Rina heran dengan kelakuan Kirana yang tiba-tiba marah, setelah berpamitan padanya untuk mengikuti keduanya. "Aku gak habis pikir sama mereka Rin, masa udah nikah masih pisah kamar." Perkataan Kirana membuat Rina yang ada disana pun otomatis menatap keduanya. "Beneran kalian pisah kamar?" tanya Rina memastikan ucapan dari Kirana. Kedua pasangan suami istri itu hanya terdiam, Azura tertunduk lesu Merasa bersalah pada orangtuanya. Padahal mereka harusnya tahu banyak hal yang harus di pertimbangan setelah pernikahan dadakan itu. Mereka benar-benar kecolongan saat kedatangan kedua w

  • Suamiku Dosen Killerku    43 Masalah baru

    Di kediaman sepasang suami istri terdapat sebuah mobil memasuki rumah minimalis itu. Turunlah dua orang wanita paruhbaya dari dalam mobil itu. Setelahnya mobil itu bergegas meninggalkan pekarangan rumah itu. "Rin, aku udah lama banget ya gak ketemu anak-anak kanget banget aku sama si Azura," ucap salah satu dari wanita paruhbaya itu. Mereka memang sudah berencana mengunjungi kedua anaknya tanpa sepengetahuan mereka. Mereka pun sepanjang jalan tidak habis akan obrolan tentang anak-anaknya. Segala hal mereka obrolkan tanpa ada henti. "Aku mah udah beberapa kali ketemu mereka. Si Azura selalu ngebujuk Ayahnya buat bawa si mony kesini, Kir." Rina menceritakan hal konyol yang dilakukan anaknya itu pada ayahnya. Hal itu membuat Kirana menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Dia memang ada aja tingahnya gak kebayang pasti banyak alesan yang dia gunain buat bisa keruamh ayahnya." Membayangkan hal itu membuat keduanya tersenyum. Namun Kirana menghentakkan kaki seperti anak muda. "Mere

  • Suamiku Dosen Killerku    42 malu

    "Bi Rusti nyebelin banget deh, gue udah kaha gak punya muka sekarang di hadapan pak Damian. Mana muka gue jelek banget lagi tadi," dumel Azura sambil menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamarnya. Sejak kejadian tadi Azura segera berlari menuju kamarnya karena malu akan penampilannya. Dia benar-benar tidak menyadari keberadaan pria itu di meja makan. Kalau tahu pasti Azura akan berkemas dulu sebelum keluar dari kamar. "Sialan pasti dalam hatinya pak Damian ngetawain gue tadi huaa malu banget gue." Azura jalan menuju kasurnya dan menangkupkan wajah di balik bantal. Entahlah rasanya seperti makan sop dengan banyak garam. Azura terus menggerutu di kamarnya, padahal perutnya sudah lapar karena tidak makan sejak pulang dari kampusnya. Melisa yang notabennya temennya itu malah tidak menyediakan apa-apa di rumahnya membuat Azura sungguh kelaparan sekarang. Deringan ponsel terdengar begitu nyaring, Azura terdiam di tempat. Setelahnya langsung mengambil ponsel yang ia simpan di n

  • Suamiku Dosen Killerku    41 tingkah lucu Azura

    "Hua, cape banget badan gue. Padahal gak habis buat kegiatan tapi kok rasanya kaya cape banget ya," ucap seorang gadis yang baru sajah meninjakkan kakinya di kamarnya. Setelah mengunjungi kediaman Melisa, mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Azura diantarkan oleh Rena karena memang tidak membawa mobil, alias belum dia ambil semenjak kejadian itu terjadi. Mengingat mobil kesayanganya membuat Azura terdiam di kasur. "Si Mony gimana ya keadaannya? Gue telepon ayah aja lah. Siapa tau ada ilham bisa ngasih mobil gue." Azura segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya untuk menghubungi sang ayah. Dia segera menghubungi Ayahnya tanpa menunggu lama sudah di angkat dari sebrang sana. Azyra mendekatkan ponselnya kearah telinganya. Namun, dia mengerutkan dahinya mendengar suara ibunya. "Hallo, Zura." Sapa orang disana dengan pelannya. Seolah memastikan Azura mejauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang ia hubungi sekarang. Tertera nama Ayahnya yang ada disana. "Hallo,

  • Suamiku Dosen Killerku    40 hukuman

    Brak"Dosen sialan! Udah syukur gue mau disuruh sama dia. Dengan seenak upil malah hukum gue padahal cuma 5 menit. Gedek gue lama-lama sama dia," ucap seorang gadis sembari melemparkan buku di atas meja. Orang-orang yang ada disana tersentak kaget mendengar gebrakan di meja itu. Fokus mereka berpusat kepada Azura yang masih dengan wajah memerah menahan amarah dengan mulut tidak mau diam. "Azura! Bisa santai gak sih kaget gue." Rena yang ada di meja itu menatap tajam ke arah Azura. Namun, dihiraukan oleh pemilik namanya. Sedangkan Azura terduduk di dekat kursi yang di duduki temannya itu. "Udah diem deh, Ren. Kalau gue gunung udah meletus kali, kesel banget gue mana hukumannya sejibun lagi." Azura menatap lesu ke arah buku yang harus ia pahami dan dijadikan proposal itu. Rena yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya, sembaki menatap iba nasib sial yang selalu temannya itu. Dia mengelus pundaknya dengan pelan. Seolah menenangkan temannya itu. "Yaudah, nanti gue bantuin deh n

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status