"Mas apa ini?" tanyaku pada pada Mas Irwan suamiku. Iya, dia baru saja pulang dari luar kota dengan alasan pekerjaan. Suamiku merupakan tim audit dari sebuah perusahaan di bidang makanan di kota kami tinggal saat ini. Sudah menjadi hal biasa dan wajar bagiku karena perjalanan tersebut rutin dilakukannya, bukan hanya Mas Irwan melainkan juga dengan empat rekannya yang lain juga yang tergabung dalam tim audit perusahaan.
Aku menyodorkan sebuah foto pada tangkapan layar ponsel yang aku dapatkan dari akun biru milik suamiku yang berhasil aku retas tanpa sepengetahuannya tentunya.Nampak nyata dalam foto tersebut yang menampakkan sebuah kebahagiaan dari sebuah keluarga kecil. Yang membuat hati ini panas adalah karena foto suami yang berada ada di antara seorang perempuan dan juga seorang anak perempuan yang sepertinya adalah anak dari perempuan yang di rangkul oleh suamiku.Mas Irwan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia nampak kebingungan dengan pertanyaan yang aku todongkan kepadanya."Maksud kamu apa, Rum?" Mas Irwan sengaja berjalan untuk lebih mendekat ke arahku karena ia tidak ingin terjadi gaduh di kamar ini karena kedua anak kami yang juga tidur satu kamar dengan aku dan juga Mas Irwan.Aku dan juga suamiku masih tinggal di rumah mertua, rumah kedua orang tua suamiku. Bukan tanpa alasan, karena ini merupakan paksaan dari keluarga Mas Irwan yang mengatakan jika mas Irwan adalah anak bungsu yang berkewajiban untuk menjaga orang tua dan sebagai yang berhak atas rumah ini dikemudian hari nanti.Aku memperlihatkan foto tersebut tepat di hadapannya. "Apa mas bisa kasih penjelasan sama aku?"Ponsel yang ada di tanganku segera diraihnya. Ia mengerutkan kening ketika foto itu sudah berada tepat di depan matanya."Kamu dapat foto ini dari mana?" tanyanya sedikit curiga namun sepertinya dia tidak merasa bersalah sama sekali."Bukan urusan kamu, Mas aku dapat foto ini dari mananya. Yang jelas dari pertanyakan tadi, apa kamu bisa kasih penjelasan tentang foto itu dan juga siapa mereka serta apa hubungannya mereka dengan kamu, Mas?" Aku sudah tidak sabar mendengar penjelasan yang akan keluar dari mulutnya itu.Seketika terlintas diingatkan ini. Dari tanggal foto tersebut di upload oleh akun dengan nama Adelia Putri, bertepatan dengan ijin Mas Irwan dua hari yang lalu untuk urusan pekerjaan. Itu sama artinya jika foto tersebut memang baru saja di-posting oleh perempuan tersebut. Dan juga baju yang mereka kenakan bisa kebetulan sama atau sengaja memang dibuat sama. Sakit, tentu sakit sekali hati ini bagaimana tidak, sudah hampir satu tahun terakhir ini aku dan anak-anak seolah berada jauh dengan suamiku meski nyatanya dalam keseharian kami tinggal satu atap. Entah perasaan atau memang ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh suamiku."Oh, itu acara kemarin. Acara famili gathering perusahaan." Akhirnya keluar juga alasan yang tentu saja masih belum puas untuk aku terima."Acara famili gathering? Tumben kamu gak pernah bicara soal ini sama aku, Mas? Biasanya juga kamu selalu cerita apapun tentang pekerjaanmu. Kamu juga biasa mengajak serta aku dan juga Alif.""Iya aku memang sengaja tidak mengajak kalian. Kamu tahu sendiri usia Latifah yang masih tiga bulan yang masih rentan dengan lingkungan di luaran sana." Memang ada benarnya juga alasan kenapa Mas Irwan tidak mengajak kami turut serta dalam acara rutin tahunan yang diadakan oleh tempat di mana suamiku itu berkerja mencari nafkah."Tapi bukan itu yang aku permasalahkan, Mas? Tapi foto ini. Kenapa sikap kamu sama mereka seolah kalian itu sudah sangat dekat. Dan perempuan itu, aku tidak pernah melihatnya selama beberapa kali turut serta dalam acara tahunan perusahaan.""Iya, dia memang pegawai baru. Alasan kenapa kamu bisa berpose seperti itu, itu karena bertepatan kami yang ikut serta dalam rombongan tidak membawa pasangan masing-masing. Itu hanya lelucon yang sengaja di buat untuk guyonan.""Tapi tidak masuk akal alasan kamu itu, Mas!" Aku tetap menyanggah alasan suamiku. Aku masih ragu dengan alasan dari Mas Irwan. Jika dia sengaja menyembunyikan sesuatu dari aku. Aku pastikan aku yang akan mencari tahu sendiri apa yang sudah ia sembunyikan dari istrinya ini.Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan
Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r
Waktu begitu cepat berlalu ....Dengan pertimbangan yang matang-matang Bu Nur memutuskan untuk mencari keberadaan Adel. Bukan tanpa alasan melainkan untuk bisa membantunya merawat Irwan.Dengan susah payah akhirnya Bu Nur menemukan Adel dengan kondisi yang cukup miris. Adel yang hanya sebatang kara harus hidup terkatung-katung di jajanan. Miris. Sangat berbanding terbalik dengan Adel yang sebelumnya. Kulit mulus karena rajin perawatan salon, telah berubah menjadi kulit kusam dan lebih gelap karena paparan sinar matahari dan juga debu di jalanan.Bu Nur menemukan Adel saat kondisinya memperihatinkan usai kecelakaan yang dialami oleh mantan menantunya akibat terserempet oleh mobil."Mas, kamu makan dulu." Adel menghampiri Irwan di kamarnya. Pria yang dulu dengan penampilan perlentenya itu kini sudah berubah menjadi pria dengan kulit yang membungkus tulangnya.Dengan telaten Adel merawat pria yang dulu pernah me-ratukannya. Daripada hidup di jalanan lebih baik ia tinggal kembali bersama
Karena diterpa emosi yang bertubi-tubi membuat Irwan tidak bisa berpikir dengan jernih. Tanpa pikir panjang dan mempedulikan siapapun. Irwan langsung mengusir Adel beserta dengan putrinya---Angel.Sudahlah pusing karena sakit hatinya ditinggal Rumana menikah. Terlebih yang menjadi suami baru mantan istrinya itu adalah mantan kakak iparnya. Irwan merasakan sakit hatinya yang begitu dalam.Sudah beberapa hari usai kejadian yang tidak terduga dan datangnya bersamaan. Irwan menjadi sosok yang tiba-tiba pendiam. Irwan memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Pandangan matanya kosong. Berhari-hari Irwan bahkan tidak mau memasukkan satu apapun ke dalam lambungnya. Mantan suami Rumana itu juga nampak sering uring-uringan tanpa sebab. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari yang tentu saja membuat Bu Nur yang usianya tidak lagi muda menjadi kerepotan. Untung saja masih ada tetangga mereka yang bersimpati hingga ada dari mereka yang menyarankan agar Bu Nur segera membawa putranya itu untuk b
"Sah.""Sah.""Alhamdulillah ....""Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."Di dalam ruang tamu rumah Rumana prosesi ijab kabul telah usai dan berjalan dengan lancar.Usai akad selesai, kedua mempelai dipertemukan di depan seorang penghulu dan tentunya disaksikan oleh para saksi dan tentu oleh wali.Semua tamu undangan dipersilahkan untuk menyicipi suguhan yang telah disediakan oleh tuan rumah."Rum, kamu cantik sekali," puji Hendra pada perempuan yang kini telah halal baginya. Rumana yang mendapatkan pujian dari suaminya itu sontak pipinya bersemu merah. Meski sebelumnya mereka telah saling mengenal lama. Namun kondisi dan situasi yang berbeda yang membuat keduanya sama-sama saling salah tingkah."Rum, Mas Hendra sudah ditunggu para tamu di depan," seru Nia dari balik pintu kamar Rumana. Sementara kedua anak Rumana asyik dengan teman baru mereka karena banyak tamu di rumah mereka yang membuat anak-anak kecil tersebut merasa senang karena rumah yang biasa
Di rumah Rumana. Di sana mulai banyak berdatangan tamu terkhusus keluarga dan juga tetangga dekat rumahnya. Toko yang ada di dekat rumahnya sengaja tutup untuk hari ini begitupun dengan toko onlinenya semua kegiatan transaksi sengaja diliburkan oleh Rumana atas saran dan juga nasihat dari Ibunya. Acara di rumah tersebut sudah di mulai sejak pagi tadi yakni berupa acara pengajian dan dilanjutkan sore hari yakni acara lamaran Rumana dari Hendra."Mbak Rumana cantik banget. Pangling banget loh. Gak kelihatan kalau sudah ada dua anaknya," celetuk salah satu pegawai Rumana yang memang datang untuk bantu-bantu acara di rumah tersebut."Bisa saja kamu ini, Lin.""Benar kata Lina, Rum. Kamu memang cantik banget hari ini," ucap Nia membenarkan apa yang diucapkan oleh salah satu pegawai yang bekerja di tempat Rumana."Pasti Mas Hendra pangling.""Kamu bisa saja, Nia." Rumana sengaja mengundang Nia dan juga keluarganya untuk datang ke rumahnya agar bisa menyaksikan acara penting di dalam hidupny