Share

7

Author: Kireina76
last update Last Updated: 2021-09-06 15:50:45

Hati Shelina sakit saat Abizhar mengantarnya sampai ke makam anak mereka. Dapat dibacanya nama anaknya di sana. Shelby, gumam Shelina dalam hati. Sebelum kecelakaan itu terjadi, dia mengatakan pada Abizhar dia ingin menamakan nama anak mereka Shelby, gabungan nama mereka. Shelina pikir, Abizhar tidak mendengarnya saat itu.

Air mata Shelina tak terbendung lagi. Dia duduk di samping makam itu, meraung meminta maaf pada anaknya. Seharusnya sebagai ibu Shelina bisa menjaga kandungannya, tidak ceroboh membawa mobilnya sampai celaka. Shelina dirisak perasaan bersalah selama berada di makam tersebut.

Atau... tidak?

Entah mengapa, ada sisi di hatinya, yang tidak menyesali kepergian bayinya. Sekonyong-konyong ia mengingat sesuatu di masa lalu. Dia mendengar suaranya mengatakan pada dirinya sendiri, "Anak ini tidak seharusnya lahir. Tak boleh ada yang tahu siapa anak ini.." Shelina mencoba menggali ingatannya lebih jauh, tapi yang didapatkannya hanya kepalanya yang sakit. Sial, gerutunya. Apa yang harus kulakukan agar aku bisa mengingat semuanya?

Tiba-tiba Shelina merasa tubuhnya menggigil. Dia memeluk dirinya dengan kedua tangannya sendiri. Giginya gemelutuk tak beraturan. Abizhar yang mendampinginya bingung harus berbuat apa. Cuaca saat itu cukup panas, bahkhan sangat terik. 

Terlalu sedihkah dia, pikir Abizhar. Sehingga reaksinya menjadi begini? Sepulangnya dari makam, Abizhar menawarkan istrinya untuk ke rumah sakit, tapi Shelina menolak. Dia memilih untuk beristirahat di rumah saja sampai obatnya habis. Untuk urusan luka di tubuhnya, ia sudah meminta pihak rumah sakit untuk mengirim tenaga medis ke rumah.

Shelina keberatan untuk ke rumah sakit. Rumah sakit menyebabkan rasa tidak nyaman di pikirannya. Bau rumah sakit juga tidak disukainya. Jika bisa berobat di rumah, kenapa harus repot ke rumah sakit, bukan?

Abizhar tidak membantah, tapi dia tetap ingin Shelina dibawa ke dokter. Abizhar menerangkan kekhawatirannya pada sikap Shelina yang aneh. Sebelum-sebelumnya, Shelina jarang sekali menangis dan terlihat lemah di hadapan suaminya. Meski tak dikatakan suaminya, Shelina tahu maksudnya.

"Aku tidak berusaha mencuri simpati darimu," elak Shelina datar. "Aku juga tidak membela diri di hadapanmu. Kurasa, memang sikapku berubah karena kecelakaan itu. Menurutmu, aku inign menjadi lemah begini di hadapan laki-laki tidak setia macam dirimu?"

"Ya aku kan hanya menyarankan," jawab Abizhar dengan matanya yang tetap menghadap ke depan. "Atau, mungkin saja, sikapmu yang begini disebabkan terlalu lama kau tidak bekerja? Selama ini kau suka sekali dengan pekerjaanmu."

"Aku memang lupa pada hal-hal tertentu, tapi aku tidak lupa bahwa kau tidak pernah peduli apa yang kusuka dan apa yang tidak kusuka," jawab Shelina dingin. Ia diam sejenak. "Barangkali kau benar. Aku rindu kantor."

Abizhar menarik napas berat. "Kau bisa bekerja, tapi hanya dari rumah saja. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu."

"Tentu saja. Kalau sesuatu terjadi padaku, kau takkan bisa memperoleh tanah yang kau incar itu."

"Ya, karena itu juga. Sial betul kita menandatangani perjanjian nikah di mana harta yang kita punya adalah harta terpisah," jawab Abizhar datar. 

"Aku tidak bisa menyerahkanmu tanah itu, sebab sudah ada investor yang ingin membangun apartemen, dan proyeknya sudah jalan," sahut Shelina menjelaskan. "Nilai jualnya tidak akan sama lagi. Kau harus membeli gedung di atas tanah itu."

"Tidak masalah. Kau tahu sekarang uang bukan lagi problem kan buatku?"

Shelina menyadari itu. Kekayaan suaminya pasti jauh di atasnya, mengingat Abizhar merupakan direktur di perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia. Bukan hanya itu, orangtua angkatnya setahu Shelina juga menyerahkannya banyak saham di mana-mana.

Dengan uang sebanyak itu, yang diinginkannya hanya tanah yang tak ada apa-apanya dibandingkan keseluruhan kekayaannya, pikir Shelina masam. Tanah yang diincar Abizhar memang strategis, di pertengahan kota, dan sudah dipastikan bisnisnya akan untung jika membuka usaha di sana. Tapi bukan Abizhar saja yang sulit mendapatkan tanah itu. Shelina juga.

Dia harus mendapat persetujuan keluarga agar ayahnya mau menghibahkan tanah itu padanya. Keluarga di sini adalah kakak dan adik ayahnya. Untuk mendapatkan persetujuan itu, terutama dari Oom Surya, dia mengorbankan hal yang besar dalam dirinya.

**

Shelina suka bekerja dari rumah. Sebagai direktur di perusahaan yang bergerak di bidang properti, kesibukannya tak pernah berkurang, tapi sejak kecelakaan itu wakil direkturnya yang mengambil alih. Shelina hanya memantau saja, dan memberi keputusan terkait kerjasama dengan klien.

Yang tak diduganya, Abizhar juga ikut-ikutan kerja di rumah. Suaminya beralasan ingin menjaganya. Meski Abizhar mengatakannya dengan nada dingin, tak urung hati Shelina terasa hangat. Dia senang bisa menghabiskan waktu bersama suaminya pada saat makan siang. Suaminya juga tidak menutup diri dari diskusi terkait pekerjaan mereka.

Hubungan mereka semakin erat, dan tampaknya Abizhar menjaga perasaannya dengan tidak membahas Yuni dan tanah di Kebon Kacang. Rasa percaya diri untuk menaklukkan suaminya mulai timbul.

Namun rupanya tidak semudah itu. Shelina masih keberatan untuk disentuh suaminya, dan dia bisa melihat kegusaran di wajah Abizhar. Dia berusaha untuk bisa dicumbu lagi, tapi hal itu sulit dilakukannya.

Ingatan itu datang lagi.

Dia bisa melihatnya dengan jelas. Melihat dirinya yang dinikmati oleh Oom Surya, dan itu membuat Shelina lompat ketakutan setiap suaminya merabanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   EPILOG

    Shelina masuk ke kamarnya, telentang di sebelah Abizhar yang tampak terlelap. Shelina memejamkan kedua matanya bersiap untuk tidur kemudian disadarinya tubuhnya dipeluk dari samping oleh Abizhar.Satu tangan Abizhar meremas dadanya. Shelina mengulum senyum, menikmati sentuhan pria itu, sampai kemudian dia mendengar Abizhar bergumam di sebelahnya, "Aku sangat mencintaimu, Shelina, sampai rasanya tak mungkin lagi kau bisa berdusta padaku. Aku kini mengenalmu dengan jelas."Shelina membuka matanya, menatap Abizhar yang tengah memandangnya. "Maksudmu?""Aku tahu kau pura-pura lupa ingatan. Aku tidak menyalahkanmu, justru aku senang itu artinya aku tak usah berjuang lagi untuk meyakinkanmu, kan?"Sorotan dalam mata Abizhar tidak menunjukkan kesinisan atau cemoohan. Shelina dapat melihat kesenduan di mata suaminya, yang tak urung membuat dada Shelina berdesir hangat.Bukannya gugup karena kebohongannya diketahui suaminya, Shelina malah tersenyum pahit. "Aku melakukannya agar kau tak usah la

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   69

    Pak Edward merasa berat saat tahu Shelina tidak memiliki memori tentang kejadian setelah pernikahan Shelina dan Abizhar. Dia tentu khawatir dengan kondisi otak Shelina, tapi ada hal lain juga yang merisaukannya. Sebulan terakhir, jabatan Shelina sebagai direktur di perusahaan propertinya dialihkan kepada wakil direktur yang ada. Dengan keadaan Shelina dalam keadaan sakit, dia tidak bisa lagi memaksa anaknya untuk kembali kerja di perusahaan. Diangkatnya wakil direktur itu untuk menggantikan Shelina. Selama itu juga dia memerhatikan Abizhar yang apik mengurus tetek-bengek Shelina yang dirawat di rumah sakit. Abizhar tak pernah meninggalkan Shelina sekali pun. Pak Edward menyadari, pria yang tak ada gunanya macam Abizhar itu telah berubah. Keinginan Pak Edward untuk memisahkan Shelina dari Abizhar semakin pudar. Lima hari setelah sadar, Shelina diperbolehkan untuk pulang dan mengonsumsi obat-obatnya di rumah. Pada waktu tertentu dia harus kontrol ke rumah sakit untuk mengecek keadaan

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   68

    Abizhar meminta maaf pada Roland karena dia tidak bisa mendatangi proses pemakaman Yuni. Dia harus berada di dekat Shelina selama Shelina di rumah sakit. Roland mengangguk mengerti. Dia juga berkelakar sedikit, "Kali ini, kau bisa yakin Yuni takkan bangkit lagi."Mendengar itu Abizhar tersenyum masam. Mereka berpelukan untuk saling menguatkan. Dua orang yang selalu cekcok itu berada di titik terendah mereka. Sekali lagi Abizhar minta maaf pada Roland dan mengucapkan turut dukanya.Abizhar melirik sekilas pada mobil jenazah. Maafkan aku, Yuni, pikirnya. Entah betapa kali aku harus mengucapkan ini. Aku selalu mendoakanmu agar kau sampai di sisi-Nya.Diperhatikannya sekitar. Tak ada kehadiran Bu Lila di sana. Abizhar pun ragu ibunya itu akan melihat Yuni untuk terakhir kali. Lebih tepatnya, ibunya tidak akan memunculkan dirinya ke publik, sebab Abizhar tahu kali ini Pak Edward tidak akan main-main untuk memberi perhitungan pada Bu Lila.Berbeda dengan Abizhar yang pasrah-pasrah saja di r

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   67

    Pak Edward yang baru tiba di Jakarta dari urusan pekerjaannya di luar kota, langsung ke rumah sakit ketika dia ditelepon Abizhar. Dari suara Abizhar yang gemetar menjelaskan apa yang terjadi, Pak Edward tahu ada hal yang sangat buruk menimpa anaknya.Selama ini dia tahu Abizhar tidak pernah peduli pada Shelina. Saat dulu Abizhar memberitahunya Shelina mengalami kecelakaan, Abizhar tidak terdengar sekhawatir sekarang. Pak Edward meminta sopirnya mengantarkannya secepat mungkin.Di rumah sakit, Abizhar tidak merasa tenang. Jika sesuatu terjadi pada Shelina, dia akan ikut melukai dirinya sendiri. Bu Lila sama sekali tidak bersalah saat melihat Shelina pingsan. Dia malah tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. "Ya katakan saja pada Edward bahwa anaknya yang jahanam ini baru saja celaka karena Mama, Abizhar!"Abizhar tidak menggubris ocehan ibunya. Dia berteriak minta tolong pada petugas medis, sementara Roland membentak Bu Lila dengan nada penuh peringatan. "Anda memang bukan manusia.

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   66

    Shelina cuti seharian. Dia menelepon Leo untuk membantu wakil direkturnya dan beberapa Kepala Divisi untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Untuk dokumen yang hanya bisa Shelina tandatangani, ditaruh saja di meja kerjanya, dan bila hal itu mendesak Leo-lah yang membawa dokumen itu ke rumah.Rumah lama Shelina dan Abizhar.Semalaman Abizhar menata barang-barang Shelina di dalam koper, sementara Shelina tidur di atas tempat tidur. Pada dini hari setelah Abizhar selesai mengemas, dia tak melewati batas dengan tidur satu ranjang dengan Shelina. Saat Shelina bangun pada pagi harinya, dia melihat Abizhar tidur di sofa dekat ranjangnya.Semoga kita selalu damai seperti ini, pinta Shelina dalam hati. Dia dan Abizhar kembali ke hidup mereka semula. Di rumah yang telah menyaksikan berbagai kenangan bagi mereka. Kali ini, Abizhar tidak mau menghancurkan rumah tangganya dengan tidak memperhatikan Shelina. Sama dengan Abizhar, Shelina pun mencoba untuk mendengar Abizhar dan tidak meninggikan suarany

  • Suamiku Mencintai Wanita Lain   65

    Abizhar tampak tak senang saat dia melihat Shelina berjalan dengan pria yang tidak dikenalnya. Selama ini yang suka membuntuti Shelina adalah Roland, dan kini pria muda dan ganteng dekat-dekat dengan Shelina, membuat Abizhar menahan kekesalannya.Dia sudah lama menunggu di kedai kopi yang ada di lantai dasar gedung kantor Shelina. Dia menunggu sampai Shelina bekerja. Seharian itu, Abizhar tidak ke kantor dan menghabiskan waktunya dengan laptop-nya untuk membuat CV dan mencari pekerjaan di situs pencari kerja."Sayang!" teriak Abizhar mengangkat satu tangannya.Muka Shelina memerah saat Abizhar memanggil-manggilnya. Orang-orang di lobi berhenti untuk memandang Abizhar, kemudian mereka melanjutkan langkah mereka dengan senyum di wajah mereka.Shelina mengingatkan Leo untuk datang lebih pagi besok, karena ada dokumen tender yang perlu disubmit sebelum jam delapan. Seharusnya sih Leo yang mengingat sendiri, tapi karena dia masih baru, Shelina-lah yang ikut melakukannya.Shelina menghampir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status