Share

Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW
Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW
Author: Syatizha

Bab 1

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2023-08-05 22:49:35

"Vera? Kamu ngapain malam-malam ada di rumahku?"

Wanita yang baru saja membukakan pintu adalah Vera, sahabat yang selama ini aku percaya.

Setelah hampir empat tahun menjadi Tenaga Kerja Wanita atau TKW di luar negeri, akhirnya aku bisa pulang. Memang kepulanganku ke tanah air tanpa sepengetahun suami.

Niat hati ingin memberi kejutan pada sang suami, yang terkejut justru aku sendiri. Bagaimana tidak, jam sebelas malam ada wanita lain di rumah yang kubangun dari hasil aku bekerja di negeri orang. Apa mungkin benar, gosip yang aku dengar belakangan ini kalau Bang Dino berselingkuh dengan Vera?

“Siapa, Sayang?”

Suara itu ... Suara Bang Dino Saturus! Ternyata mereka benar-benar telah menusukku dari belakang. Gosip yang aku dengar ternyata benar!

Ya Allah, tolong kuatkan aku, tolong tenangkan aku.

Aku tidak boleh marah, tidak boleh curiga kalau mereka memiliki hubungan khusus. Harus berpikir jernih. Kalau marah-marah sekarang, aku bisa diusir mereka. Rumah ini, rumah yang dibangun dengan jerih payahku selama bekerja di luar negeri, harus menjadi milikku. Sekarang lebih baik pura-pura bodoh, pura-pura tidak tahu. Menarik napas panjang, menetralisir kemarahan agar tidak meluap.

“Re-Reni ....” Kulihat Bang Dino terkejut setengah mati. Kedua matanya melebar, menelan air liur sendiri.

Kutunjukkan senyuman yang menawan, seraya memandang Bang Dino dan Vera bergantian.

“Hai, Bang ... Aku kangen banget sama kamu, Bang ....” Kuhampiri Bang Dino yang berdiri terpaku tak jauh dari Vera. Membiarkan Vera tanpa ingin menyapa.

“Kamu ... kamu pulang ke-kenapa gak ... gak bilang dulu, Ren?” Melihat keringat Bang Dino bercucuran di pelipisnya, aku tersenyum.

“Kan biar surprise! Bang, Abang lagi ada tamu, ya?” kataku melirik Vera yang masih berdiri di dekat pintu. Bang Dino terlihat sekali canggung. Meskipun aku dan Bang Dino berdekatan, tapi seujung kuku pun tak ingin menyentuhnya.

“I-Iya. Memangnya kamu lupa dia siapa? Dia kan Ver –“

“Verek?” Aku menyela ucapan Bang Dino, sengaja.

“Eh, jaga bicaramu, Reni! Aku ini Vera, sahabatmu!”

Aku mengulum senyum, berhasil menghinanya. Memasang ekspresi terkejut, menutup mulut.

“Hah? Kamu ... kamu Ver-Verek? Eh, maksudku ... Vera? Tapi kok beda banget ya? Perutmu kenapa ... Kenapa melendung? Apa kamu terkena busung lapar?” tanyaku menyindir sekaligus menghina. Bodo amat!

Harusnya tak perlu dipertanyakan lagi, penyebab perutnya melendung? Pasti dia sedang hamil? Lalu, siapa yang menghamili pengkhianat ini. Apa mungkin si Dinosaurus? Ya Tuhan ... Tenangkan aku ... Tenangkaaan ....

Mereka boleh mengkhianatiku, tetapi aku? Aku tidak boleh terlihat bersedih, tidak boleh terlihat menderita apalagi membiarkan mereka hidup bahagia. Lihat saja, aku akan membalas kejahatan kalian dengan cara cantik!

“Enak saja busung lapar? Reni, kamu ini datang dari luar negeri, mulutmu makin tidak bermoral!”

“Ya kamu benar, Ver ... tapi untungnya Cuma mulutku yang tidak bermoral tapi sikapku tetap bermoral, tidak merebut suami orang! Tidak mengkhianati sahabat sendiri!”

“Hah? Kamu ... Kamu---“ Vera semakin meradang. Harusnya bukan dia yang meradang, tapi aku tak mau membuang energi sia-sia. Berulang kali dalam hati aku berdoa, agar Allah memberiku ketenangan menghadapi dua manusia busuk ini.

“Vera, Vera ... baiknya kamu pulang dulu. Ini sudah malam lho, nanti gak enak kalau dilihat tetangga. Mereka pikir, kita ada macam-macam!” Bang Dino mengajak Vera keluar rumah.

“Lho, Mas ... Kita kan emang ....”

Ternyata mereka benar-benar memiliki hubungan khusus. Entah sudah menikah atau hanya kumpul kebo. Awas saja, kalau kalian berani melakukan zina di rumah hasil jeri payahku, aku akan mempermalukan kalian berdua!

“Sudah, Vera ... Sekarang kamu pulang dulu, sudah malam. Apalagi kamu sedang hamil. Kamu tenang saja ya, besok aku suruh suamimu pulang. Supaya dia bisa menemanimu,” seloroh Dinosaurus alias Dino Satorus. Dia menggiring Vera, menyuruhnya pergi sambil bisik-bisik. Vera terlihat mengelak, tapi si Dinosaurus terus saja mendorong Vera keluar dari rumah.

Bang Dino menutup dan mengunci pintu, lalu berjalan ke arahku sambil tersenyum. Kedua tangannya membentang hendak memeluk, namun aku mengelak. Tak sudi, tubuh ini disentuh laki-laki pembohong, tukang selingkuh macam dia.

“Kenapa kamu gak mau Abang peluk, Sayang? Katanya kangeeen ....?" Ck, menjijikan! Menyebalkan! Tanganku rasanya sudah gatal ingin menampar mulutnya! Tapi, aku harus tenang ... Harus tahan emosi ....

“Maaf, Bang. Badanku bau, lengket, bau keringat. Ya maklum, habis perjalanan jauh. Aku mau mandi dulu. Bang, tolong bawa barang-barangku, ya? Sekalian rapikan.”

Mungkin sudah saatnya sekarang aku menjadi Ratu. Dulu, sebelum menjadi TKW, Bang Dino aku perlakuan bak seorang Raja. Segala titahnya selalu aku jalankan.

Namun kini, Perselingkuhan Bang Dino dan Vera membuatku terluka dan kecewa. Biarlah, mungkin lelaki sampah macam dia, pantas mendapatkan wanita sampah macam si Vera. Apa jangan-jangan, gosip yang dulu pernah aku dengar memang benar adanya? Astaghfirullahalazhiim ....

“Siap, Sayang.” Bang Dino langsung sumringah. Kalau dulu, disuruh ngambil sesuatu, dia tidak akan mau.

“Oh ya, Bang. Kamar kita yang mana?”

“Itu, Sayang. Itu kamar kita.” Melirik pintu yang berada tepat di depanku. Sejujurnya, aku tidak mau ada di kamar ini. Pastinya, salah satu kamar di rumah ini menjadi kamar Bang Dino dan Vera. Sebaiknya aku lihat-lihat dulu.

Membuka pintu kamar, mengitari sekeliling. Selimut acak-acakan, ada dua cangkir kopi dan juga asbak, di dalamnya banyak puntung rokok, ada juga bra yang tergeletak di atas lantai. Aku memalingkan muka. Sudah dapat ditebak kalau ini adalah kamar si Dinosaurus dan Verek.

“Bang, aku mau di kamar depan aja!” Bang Dino yang sudah berada di depan pintu membawa koper menatapku lekat.

“Kalau ... kamar depan, kamar tamu, Sayang.”

Bodoh atau sengaja ingin menyakitiku? Di dalam kamar itu sudah ada bukti kalau pernah dihuni wanita lain.

“Ya gak apa-apa. Besok aku mau kamar tamu di-cat ulang sesuai warna kesukaanku!”

“Siap, Sayang. Besok Abang akan suruh tukang bangunan buat nge-cat kamarmu!”

“Gak mau! Kalau orang lain yang nge-cat gak bagus nantinya. Aku mau kamu yang nge-cat, Sayang ....”

Dinosaurus berpikir kemudian mengangguk. Aku tersenyum bahagia. Satu persatu akan kubuat kalian menderita.

“Bang, tolong bawain barang-barangku ke sini!”

Berjalan cepat, menuju kamar paling depan. Membuka pintu, terlihat masih sangat lengang. Hanya ada ranjang ukuran king size dan juga lemari yang ukurannya lebih kecil dari kamar sebelumnya.

“Sayang, kamu yakin mau tidur di sini? Kamar Abang kan di sana,” tanya Bang Dino saat masuk ke dalam kamar. Aku menoleh sekilas.

“Kalau Abang ingin kamar itu, silakan saja. Aku mau di sini. Oh ya, Bang. Malam ini aku ingin tidur sendirian.”

Wajah Bang Dino terlihat bersedih. Najis! Amit-amit aku tidur sama dia!

“Abang tidur sendirian dong ....”

“Kan ada bantal guling, Bang! Oh ya, ATM mana?”

Bang Dino terkejut. Aku tersenyum manis.

“ATM apa, Sayang?”

“ATM, Abang lah ... Mana sini? Selama ini kan aku selalu mentransfer uang ke rekening Abang!”

“Tapi kan itu, tabungan kita, Sayang ....”

“Ya aku tahu. Makanya cepat kasihin ke aku! Sekarang aku udah di sini! Ayo dong, Sayang ....”

Bang Dino garuk-garuk kepala.

“Ada di kamar. Sebentar, ya?”

Bang Dino keluar kamar. Kedua tanganku mengepal kuat. Menahan emosi ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Dari tadi ingin rasanya aku maki-maki lelaki tak tahu diri itu!

Bang Dino kembali masuk kamar, membawa dompet. Aku langsung merebutnya. Kedua mataku membeliak, melihat isi dompet Bang Dino. Ternyata uangnya cukup banyak.

Mengeluarkan semua uang yang ada di dalam dompetnya beserta dua ATM yang terselip.

“Sayang, uang Abang kenapa diambil semua? Itu ATM nya juga. Jangan dong, Sayang ....”

Meletakkan dompet kosong ke atas meja rias, tersenyum manis.

“Abang tenang saja, ya. Mulai saat ini, keuangan aku yang pegang. Hampir empat tahun aku menafkahi Abang, sekarang giliran Abang yang menafkahiku! Oke, Sayang? Dah sana keluar! Aku mau mandi!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 30

    Aku terdiam, tidak langsung menjawab ungkapan perasaan Angga. Lelaki itu lantas mengeluarkan kotak cincin berwarna merah terang. Aku semakin terkejut dan tak percaya, kenapa Angga secepat ini melamarku?"Kalau kamu mau aku ajak menikah dalam waktu dua bulan, kamu bisa mengambil cincin ini. Aku sungguh-sungguh ingin menikahimu."Pandanganku berembun. Terharu sekaligus bingung. "Angga ...." panggilku lirih. Masih berpikir kalau lelaki yang duduk di hadapanku sedang bercanda. "Aku serius, Reni. Aku benar-benar ingin menikahimu."Belum sempat menimpali ucapan Angga, pelayan restoran datang, meletakkan beberapa menu makan kami. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku harap kamu mau kasih jawaban."Aku hanya menganggukkan kepala. Bukan aku tak suka pada Angga. Aku rasa, wanita mana pun pasti menyukainya. Angga tipikal lelaki yang sedari dulu tidak banyak tingkah. Mau bergaul dengan siapapun. Tidak melihat dia orang kaya atau orang yang tak punya. "Gimana, Ren? Kamu udah punya jawabannya?"

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 29

    Sudah dua bulan aku bekerja di perusahaan Angga. Meski hanya sebagai cleaning service. Tapi, aku bahagia. Kerjaannya tidak memberatkan dan santai. Tidak seperti kerja di luar negeri. Walaupun gajinya lebih besar, tapi kerjaannya luar biasa berat. Sudah dua bulan juga kau menyandang status janda. Persidangan perceraianku dengan Dino sudah diputuskan. Sejak saat itu, aku berusaha menghindari Dino dan juga Vera. Aku tidak mau diusik oleh mereka lagi. Mungkin juga sekarang si Vera udah melahirkan. "Reni?" Saat sedang merapikan pantry, seseorang yang suaranya aku kenal memanggil."Iya, Pak Angga?" sahutku formal. Angga tersenyum, menaikkan sebelah alisnya. "Jangan panggil aku, Pak kalau kita lagi berdua, Ren."Terkekeh mendengar ucapan Angga. Dia memang selalu berkata seperti itu. Melarangku memanggilnya dengan sebutan Pak Angga. Katanya kayak ke siapa saja. Lah jelas ke atasanku. Karyawan yang posisi jabatannya tinggi saja memanggil Angga, Pak Angga. Masa aku cuma office girl memanggil

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 28

    "Barang-barang furniture di rumah kamu gak dibawa semua? Kamu cuma bawa ini doang?" Tiba-tiba Angga bicara. Aku menoleh, menapat lelaki yang berdiri di dekat ruang tamu tanpa ada sofa atau televisi. Apartemen ini memang masih kosong. Belum ada barang-barang rumah tangga lainnya. "Iya. Ribet bawanya. Lagian aku kan cuma hidup sendirian. Paling nanti mau beli alat-alat dapur. Kalau sofa, gampang nyusul," jawabku membuka pintu kamar.Kalau tempat tidur aku sudah membelinya kemarin. Menyuruh penjaga apartemen untuk mengangkat ke atas. Begitu pula lemari pakaian. Selesai memasukkan kedua koper, aku keluar, ke dapur. Di sana baru ada dispenser, kompor dan magicom. "Silakan diminum," ucapku meletakkan kedua gelas di depan Angga dan Windy yang duduk di atas karpet. "Padahal bawa aja, Ren. Barang-barang di rumah sebelumnya kan milikmu," kata Angga sambil menegak air yang aku suguhkan. "Males, Ga.""Dia mah emang begitu, Angga. Orangnya gak mau ribet. Aku juga sempat mengingatkannya, bara

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 27

    "Pindah? Kamu mau pindah sekarang, Ren?"Dari arah belakang, muncul Vera sambil mengelus perut buncitnya."Iya. Aku mau pindah sekarang," jawabku tanpa beban. Aku sudah tidak sabar hidup seorang diri tanpa bayang-bayang mereka berdua. Sepasang manusia yang udah putus urat malunya. "Terus kami gimana, Ren? Kamu ini kalau jual rumah kok gak mikirin nasib kami sih?"Astaghfirullah ... kok ada manusia gak tau diri seperti si Vera? Amit-amit nauzubillahiminzalik. Aku menggelengkan kepala, mendekati Vera. "Asal kalian tau, aku emang gak pernah mikirin nasib kalian. Ih, amit-amit. Kamu kok Ver, gak punya malu banget. Emang waktu kalian selingkuh, mikirin nasib aku yang bekerja di luar negeri sana? Enggak kan?"Kupelototi dua makhluk yang sifatnya melebih makhluk astral itu. Mereka benar-benar membuatku kesal dan emosi. Kalau si Vera lagi gak hamil besar, ingin sekali tangan ini menjambak rambutnya yang jarang sekali dikeramas. Aku sih bukan menghina, tapi si Vera hamil itu gak cantik sama

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   BAB 26

    "Kamu jangan salah paham dulu, Ren. Aku dari dalam kamar Vera gak ngapa-ngapain. Kita cuma ngobrol aja kok. Sumpah dah." Aku tersenyum miring mendengar alasan Bang Dino. Tidak peduli juga mereka mau ngapain berduaan di dalam kamar. Toh sebentar lagi aku dan Bang Dino akan bercerai. "Bener, Ren. Aku sama Mas Dino cuma ngobrol biasa aja."Halah, si Vera juga ikut-ikutan mengelak. Aku mendekati keduanya. Memandang mereka satu persatu. "Aku ... enggak ... pe-du-li."Membalikkan badan, meninggalkan dua manusia munafik itu. Tak ingin mendengar ucapan atau alasan mereka lagi. Bodo amat. Aku melangkah ke dapur, membuat susu cokelat hangat. Entah mengapa malam ini aku tidak bisa tidur. "Ren, apa kamu gak bisa batalin jual rumah ini?" Tanpa kusadari, Bang Dino sudah berdiri di samping. Menoleh ke belakang, Vera sudah tidak ada. "Enggak bisa," jawabku singkat, mengaduk susu cokelat hangat. "Ren, aku gak mau pisah sama kamu. Kamu jangan ceraikan akulah, Ren. Aku masih cinta kamu, Ren. Masi

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 25

    PoV VeraSungguh, aku tak menyangka diam-diam Reni mau menjual rumah yang baru ia dan Bang Dino bangun. Aku pikir dia tidak akan mau menjual rumah ini soalnya dibangun dari hasil keringatnya selama bekerja menjadi TKW. Ternyata tanpa aku dan Bang Dino ketahui, Reni sudah berniat menjualnya. Duh, kalau rumah ini dijual, aku mau tinggal di mana? Apalagi tadi Reni sempat bilang, katanya dia akan menggugat cerai bang Dino. Ah, menyebalkan. Kenapa semua rencanaku dan Bang Dino jadi berantakan? Ditambah sekarang para tetangga kanan kiri sudah tahu statusku yang menjadi selingkuhan Bang Dino. Aku tadi benar-benar dibuat malu sama si Reni. Gara-gara dia, warga di sini tahu kalau aku dan Bang Dino berselingkuh. Sialan!Sudah pukul sebelas malam, aku masih enggak bisa tidur. Bang Dino juga belum masuk kamar padahal tadi dia sempat bilang, katanya pengen ngobrol hal penting sama aku. Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu membuatku tersentak. Perlahan, aku turun dari ranjang, berjalan dan membuka p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status