Share

Part 44

Tidak lama kemudian, lampu indikator padam, pertanda tindakan di ruang bedah sudah selesai, dan pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan. Aku masih belum bisa tenang sebelum melihat keadaan Raihan.

Seorang dokter berusia lebih dari setengah abad keluar sambil mengulas senyum kepada kami. Aku menghampiri sang dokter dan menanyakan keadaan anakku.

“Alhamdulillah, ananda Raihan sudah bisa melewati masa kritisnya. Insya Allah secepatnya dia akan siuman. Hanya saja, mungkin dia tidak mengingat separuh memorinya. Jadi, dimohon dari pihak keluarga untuk tidak memaksa dia untuk mengingat memori yang terhapus sementara di dalam ingatannya. Karena itu akan mengganggu kesehatannya,” ucap dokter panjang lebar.

Aku menghela nafas panjang, berusaha ikhlas dengan semua yang akan terjadi. Aku sangat yakin kalau putraku masuk akan tetap mengingat ibunya.

“Kita makan dulu, May. Kamu belum makan loh.” Ajak Abraham sembari mendekatiku yang masih berdiri di depan pintu ruang operasi.

“Nanti saja, Bram.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status